Bunuhlah Aku Sepuas Hatimu… - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Cerbung Berbalas Fiksi

Bunuhlah Aku Sepuas Hatimu…

Mahfud Ikhwan oleh Mahfud Ikhwan
24 Januari 2019
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Baca cerita sebelumnya di sini.

Trisutrisno Wahyu Suharto alis Surti akhirnya ditemukan dan bisa kembali berkumpul dengan keluarga. Aparat menemukanya dalam keadaan tangan dan kaki terikat. Di kepalanya, maksudnya, tepatnya di daun telinganya, tertempel lekat-lekat dengan lakban coklat sebuah tape recorder kecil yang tersambung ke aki di sudut ruangan tempat penyekapan. Tape itu masih menyala, dengan kaset yang masih berputar, saat aparat melepas benda itu dari pelipis Surti. Suara ratapan Mirnawati dalam lagu “Jeritan Hati” masih mengalun.

Tuduhlah aku sepuas hatimu

Atau bila kau perlu… bunuhlah aku.

Tak jauh dari tubuh terikat Surti, tergeletak sebuah kotak kaset kosong bertajuk Dangdut Hits ’88. Sampulnya merupakan kolase wajah Mirnawati, Mega Mustika, Itje Trisnawati, dan Ayo Soraya, Mansyur S., Hamdan ATT, dan Latif Khan.

Surti ditemukan bersamaan dengan penggerebekan yang dilakukan pasukan antiteror terhadap sebuah bekas warung kopi yang orang sudah lupa kapan terakhir buka.  Polisi antiteror menembak tiga terduga teroris, atau yang sejauh ini dianggap demikian. Di tempat terpisah, Rokeman, lelaki lewat paruh baya, seorang mantan penyanyi tidak jadi, yang juga dikenal sebagai tukang reparasi elektronik yang tidak laku, digelandang keluar rumahnya yang tak jauh dari kantor polsek setempat. Tak seberapa lama, Ulid, anak Rokeman, pemuda luntang-lantung yang dianggap sedang kurang waras, dicokok juga.

Baca Juga:

Warisan Penting Didi Kempot untuk Musisi Indonesia Zaman Kiwari MOJOK.CO

Warisan Penting Didi Kempot untuk Musisi Indonesia Zaman Kiwari

26 Februari 2023
Dangdut koplo dan legenda Abah Lala MOJOK.CO

Dangdut Koplo dan Senggakan Abah Lala yang (Semoga) Tak Sekadar Menginterupsi Zaman

1 November 2022

Operasi ini dilakukan tak lama setelah pemeriksaan forensik terhadap mayat Kaji Badrun menyimpulkan bahwa ia dibunuh.

“Sejauh ini, kita bisa simpulkan bahwa upaya teror ini berasal dari kelompok lama yang berkonsolidasi kembali. Dari data-data yang kita punya, para pelaku, yang terpaksa kita lumpuhkan karena melakukan perlawanan, terdeteksi sebagai sisa-sisa Organisasi Tanpa Bentuk atau OTB yang sekitar 30-35 tahun lalu tak benar-benar berhasil ditumpas oleh aparat. Namun, dua orang kolaborator jaringan ini, salah satunya berinisial R, yang tampaknya menduduki posisi komando yang lebih penting dalam gerakan ini dan mengambil peran yang lebih sentral, berhasil kami amankan,” kata juru bicara kepolisian, sembari membeber beberapa alat bukti seperti sekantong plastik pentol, tiga buah topeng wajah Meggy Z., dua buah tape recorder berukuran sedang dan kecil, beberapa kaset dangdut lawas, topi AC Milan, dan dua buah kuali pindang yang masih tersisa isinya. Baunya amis sekali.

“Tidak ada senjata dan bahan peledak, Ndan?” seorang wartawan bertanya.

“Sejauh ini tidak ada. Dan mereka memang tidak melakukan teror dengan cara yang biasa dilakukan kalangan teroris. Tapi ini,” Pak Polisi mencincing plastik berisi pentol bakso, menunjukkannya kepada seluruh wartawan yang hadir, “ini boleh jadi sejenis senjata baru. Mungkin kimia atau biologi, tim kami masih menelitinya.”

“Lalu, ada apa dengan dangdut, Pak?” tanya seorang wartawan lainnya.

“Anda bertanya kepada saya?” Pak Polisi bertanya balik. “Tentu saja saya tidak tahu. Saya tidak tahu dangdut, dan tidak suka. Saya senang dengan tembang uron-uron.”

Lalu jumpa pers ditutup.

“Beres semua, kan?” tanya sebuah suara di telepon genggam Pak Polisi, begitu ia keluar dari ruangan jumpa pers.

“Siap. Beres semua, Pak. Ya, ya. Siap laksanakan, Pak.”

***

“Ulid!”

Ulid menoleh ke belakang. Ia melihat seseorang berlari ke arahnya, mengejarnya.

“Ulid, ‘kan?”

Ulid mengangguk.

“Kok sudah bebas?”

“Aku edan.”

“Maksudnya?”

“’Wong edan kwi bebas’, to? Begitu kata Sodiq.”

“Wih, sejak kapan kau mengutip Sodiq?”

“Sejak aku bebas.”

“Tidak mengutip Rhoma Irama lagi?”

“Masih. Lagu ‘Bebas aku bebas,’ itu ‘kan? Tapi Rhoma tidak menyebut-nyebut soal edan. Jadi, dalam hal ini Sodiq lebih komplit.”

“Jadi kau sekarang suka koplo juga?”

“Tidak. Tapi aku menerimanya.”

“Maksudnya?”

“Ah, kau tahulah maksudku.”

“Oh ya, bagaimana kabar bapakmu?”

“Mati. Kata polisi bunuh diri di penjara. Mungkin dibunuh.”

“Makmu?”

“Mati juga. Pasti karena ngenes. Suaminya mati. Anaknya edan.”

“Wah, aku turut berduka.”

“Tak apa. Aku tidak sedih, kok. Oh ya, kamu sudah tahu kalau Pakde Tato, Pakde Parut, dan Om Meji mati?”

“Ya, aku tahu.”

“Tahu dari mana?”

“Aku tahu lebih banyak dibanding yang kau pikirkan.”

“Apa yang kau tahu?”

“Ada seseorang yang memanfaatkan bapakmu dan ketiga pamanmu, orang-orang lama yang mencintai dangdut dengan tulus itu, untuk memusuhi musik koplo. Lalu, setelah apa yang mereka lakukan, mereka disikat balik. Oleh orang yang sama.”

“Kau tahu siapa dia?”

“Tahu. Dia orang yang membela sesuatu yang lebih lawas dibanding dangdut lawas. Ia melihat koplo jauh lebih merusak dari apa pun yang pernah dihadapinya. Kita membicarakan orang yang sama, ‘kan?”

Ulid mengangguk-angguk. “Oh ya, kalau begitu, kau pasti sudah tahu kalau aku sakti?”

“Oh ya?”

“Katanya tadi tahu banyak?”

“Kalau itu aku tidak tahu.”

“Bapakku yang bilang. Aku awalnya tidak percaya, lalu kucoba. Ternyata benar. Mau coba kesaktianku?”

Ulid menoleh ke tempat yang kosong. Tak ada siapa pun di sampingnya.

***

Di halaman belakang sebuah rumah besar yang rindang, dengan gazebo, kerangka besi untuk rerambatan angrek, pot-pot bunga, tiang-tiang besi panjang dan pendek tempat menggantung sangkar-sangkar burung, Jend Polisi (Purn.) P. Eko Aryanto, tidur-tiduran ayam di kursi malasnya. Matanya pejam, kepalanya bergoyang-goyang kecil. Suara gamelan Jawa yang lembut mengalun dari dalam rumah. Sore sebentar lagi senja.

“Selamat sore, Pak Jenderal.”

Pak Jenderal membuka matanya. Mukanya terlihat sangat terganggu.

“Kan aku sudah bilang tadi, janga…. Siapa kamu?”

Ulid berdiri dengan canggung, tak jauh dari kaki Pak Jenderal yang menggantung. “Saya Ulid. Anak Rokeman.”

Muka Pak Jenderal mengernyit. “Aku tidak kenal Rokeman.”

“Mungkin Pak Jenderal tidak kenal Bapak saya. Tapi Bapak saya kenal Pak Jenderal.” Ulid mengulurkan foto tua. Dua orang berjas kuning berjoget bersama.

“Bagaimana kamu masuk?”

“Saya minta izin pada pengawal Pak Jenderal. Dan diizinkan.”

“Kok bisa?”

“Saya sakti, Pak.”

Pak Jenderal hendak berteriak, tapi Ulid mencegah dengan menggelengkan kepalanya. “Tidak ada gunanya, Pak. Untuk sementara waktu, para pengawal Pak Jenderal sedang lupa tugasnya. Jangan lupa, saya sakti, Pak.”

“Lalu apa maumu?”

“Ingin bertemu Pak Jenderal.”

“Terus?”

“Mau tanya apa cara mati paling tidak menyenangkan menurut Pak Jenderal.”

“Kau mau membunuhku?”

“Tidak, bukan saya. Musik dangdut yang akan membunuh Pak Jenderal.”

Pak Jenderal tampak tidak mengerti, tapi ia bisa sedikit tersenyum begitu mendengar kata-kata yang terdengar berlebih-lebihan dan tidak serius itu.

“Apakah kau akan memaksa orang lain yang tidak menyukai dangdut mendengarkan dangdut, seperti bapakmu?”

“Tidak. Bapak saya terlalu sabar. Saya tidak sesabar Bapak. Dan saya tidak membayangkan Pak Jenderal menyukai dangdut. Jadi, saya tidak ingin membuang waktu. Saya ingin Pak Jenderal mati karena musik dangdut.”

“Apa yang ingin kau lakukan? Lagi pula kenapa kau pakai payung?”

“Oh, dari tadi saya pakai payung ya.” Ulid seperti terkejut, dan memandang dengan takjub dan konyol ke arah gagang payung di tangannya. “Ingat pepatah sedia payung sebelum hujan, Pak.”

Pak Polisi bingung.

“Saya inginnya bikin Pak Polisi joget sampai mati dengan iringan lagu Santa Hoky, seperti yang dulu dilakukan Bapak saya kepada para pemuda pengganggu kampanye Golkar. Tapi sepertinya itu tidak menarik. Sudah pernah. Saya mau sesuatu yang baru. Saya akan menghujani Pak Polisi dengan kepingan-kepingan VCD dangdut.”

“Itu metafora ya?”

“Tidak. Ini betulan.”

Persis dengan saat Ulid berhenti bicara, sebuah benda bening ringan meluncur dari ketinggian, menghantam permukaan payung Ulid dengan kecepatan tinggi, sehingga mental dan menghantam muka Pak Jenderal. Pak Jenderal terkejut. Namun, begitu ia menengadah ke atas, menelisik udara kosong di antara kerindangan pohon-pohon dan bebungaanya di halaman belakang rumahnya, ia menjadi ketakutan.

“Karena Pak Jenderal sangat membenci koplo, maka saya pilihkan VCD-VCD koplo saja. Ini koplo semua, Pak.”

Dua kepingan menyusul jatuh meluncur. Kali ini langsung ke muka Pak Jenderal.

“Tanpa plastik  pembungkus dan tak pakai sampul, jadi nanti siapa pun yang mau ambil langsung bisa memutarnya.”

Lalu sekitar sepuluh keping VDC seperti diguyurkan dari langit, menghantam Pak Jenderal dari berbagai arah. Pak Jenderal lintang pukang. “Aduh!” Ia menutupi mukanya dengan kedua lengannya. Tapi puncak ubun-ubun kepalanya yang agak botak tak terlindungi. “Aduh! Aduh!”

“Oh ya, semuanya murni bajakan, Pak. Lebih murah. Dijamin rumah Pak Jenderal akan diguyur lebih banyak keping VCD.”

Sekitar lima belas menit kemudian, Ulid dengan gontai keluar dari rumah besar yang sekarang sudah jadi gunungan tumpukan jutaan keping VCD bajakan dangdut koplo itu. Tanpa menoleh ke belakang, seperti seorang jagoan di film perang Amerika, ia menggumam:

Dalam renunganku sorang

Di ambang sore nan layu

Di simpang tiga titian

Tamasya indahku bisu

Terakhir diperbarui pada 24 Januari 2019 oleh

Tags: berbalas fiksicerpendangdutkoploRhoma Irama
Mahfud Ikhwan

Mahfud Ikhwan

Novelis. Pemenang pertama Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2014. Pemenang pertama Kusala Sastra Khatulistiwa 2017. Novel-novelnya yang sudah terbit adalah "Ulid", "Kambing dan Hujan", dan "Dawuk". Pencinta sepak bola dan film India.

Artikel Terkait

Warisan Penting Didi Kempot untuk Musisi Indonesia Zaman Kiwari MOJOK.CO
Esai

Warisan Penting Didi Kempot untuk Musisi Indonesia Zaman Kiwari

26 Februari 2023
Dangdut koplo dan legenda Abah Lala MOJOK.CO
Esai

Dangdut Koplo dan Senggakan Abah Lala yang (Semoga) Tak Sekadar Menginterupsi Zaman

1 November 2022
Synchronize vs Pestapora, tentang Invisible Curator di Antara Indie Kopi Senja dan Dangdut Koplo MOJOK.CO
Esai

Synchronize vs Pestapora: Invisible Curator di Antara Indie Kopi Senja dan Dangdut Koplo

13 Oktober 2022
kericuhan di lippo mall mojok.co
Hukum

Acara Musik Band Koplo di Lippo Mall Jogja Ricuh, Sebelas Orang Luka-luka

13 Juni 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya

Kisah Jenazah Makan Sate di Mall Bekas Rumah Sakit

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka MOJOK.CO

Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka

15 Maret 2023

Bunuhlah Aku Sepuas Hatimu…

24 Januari 2019
Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Ego di Jalan Raya MOJOK.CO

Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Hawa Nafsu di Jalan Raya

18 Maret 2023
jurusan kedokteran mojok.co

Selektivitas 7 Jurusan Kedokteran Terbaik di Indonesia 

16 Maret 2023
Pesugihan Haji N Menyebabkan Kematian Massal Ibu-ibu di Rembang MOJOK.CO

Pesugihan Haji N Menyebabkan Kematian Massal Ibu-ibu di Rembang

16 Maret 2023
Honda Supra X 125 Tetap Juara di Pelosok Indonesia MOJOK.CO

Honda Supra X 125: Tetap Juara di Pelosok Indonesia

20 Maret 2023
unair mojok.co

10 Prodi UNAIR yang Sepi Peminat dan Persaingannya Tidak Ketat

15 Maret 2023

Terbaru

partai prima

Menangkan Aduan Partai Prima, Bawaslu Tekankan 5 Poin Ini

21 Maret 2023
Jenazah AI, korban mutilasi dibawa ke rumah setelah diautopsi, Senin (20/03/2023). Polisi akhirnya menangkap pelaku mutilasi sehari setelah korban ditemukan. MOJOK.CO

Sempat Bersembunyi di Temanggung, Polisi Tangkap Pelaku Mutilasi

21 Maret 2023
Angklung tidak boleh tampil karena Pemda DIY tengah mengajukan kawasan sumbu filosofi sebagai Warisan Tak Benda ke UNESCO. MOJOK.CO

Pemkot Larang Angklung di Malioboro, Alasannya Bukan Alat Musik Asli Jogja

21 Maret 2023
dkv mojok.co

7 PTN yang Punya Jurusan DKV Paling Diminati

21 Maret 2023
perlawanan tirto adhi soerjo mojok.co

4 Jalan Perlawanan Tirto Adhi Soerjo, Termasuk Melalui Start Up Pribumi Pertama yang Dia Rintis

21 Maret 2023
Keluh Korban Jalan Rusak di Jalur Neraka Yogyakarta: Ibu Saya Harus Opname 3 Hari. MOJOK.CO

Keluh Korban Jalan Rusak di Jalur Neraka Yogyakarta: Ibu Saya Harus Opname 3 Hari

21 Maret 2023
syarat nyaleg lampirkan cv dan esai motivasi

Seperti Daftar Beasiswa, Bacaleg Diminta Lampirkan CV dan Esai Motivasi

21 Maret 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Kunjungi Terminal
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In