MOJOK.CO – Kepada Bapak Unai Emery, Arsenal sudah seharusnya menang dengan nyaman atas klub hotel melati itu. Semoga bapak sedang senggang dan sempat membaca surat saya.
Dear, Pak Unai Emery
Semoga Bapak selalu sehat dan nggak banting-banting barang di kamar ganti setelah Arsenal gagal menang dari Tottenham Hotspur. Bapak memang layak ngamuk ke beberapa pemain. Namun ingat, Pak. Bapak Emery juga punya andil dalam kegagalan ini.
Meski cuma imbang dengan skor 2-2, tapi rasanya sudah seperti kekalahan. Ya gimana ya, Pak. Spurs datang ke Emirates Stadium dengan kekuatan yang tidak sempurna. Bahkan sebetulnya pertahanan mereka jelek betul. Cuma, kok ya seperti kembali ke khitah asli Arsenal ketika semuanya “dimudahkan” oleh sesuatu.
Pak Emery, melanjutkan “warisane simbah” Arsene Wenger itu sangat baik. Terutama ketika berani menggunakan pemain muda di laga-laga penting. Namun, Pak Emery, tolong pakai filter kalau mau memilih meneruskan warisan. Yang baik diambil, yang jelek ya ditinggal. Salah satunya itu membuat sulit sesuatu yang sebetulnya mudah. Jangan kayak Orba, Pak Emery; kalau bisa dipersulit, kenapa dipermudah.
Pertama, dimulai ketika Pak Emery memilih memainkan Lucas Torreira sejak awal pertandingan. Pada awalnya saya mengira Pak Emery ingin banyak “tukang pukul” di lapangan tengah. Tapi ternyata, setelah melihat jalannya pertandingan, Torreira berposisi paling tinggi ketimbang Granit Xhaka dan Matteo Guendouzi.
Torreira seperti ditugaskan untuk sesering mungkin berada di dekat striker. Pak Emery, bukankah tugas itu akan bisa dilakukan dengan mudah dan lebih baik oleh Dani Ceballos, bahkan Mesut Ozil? Lha wong terbukti, Torreira tidak banyak berguna ketika posisinya lebih tinggi ketimbang gelandang lainnya. Torreira bukan gelandang yang jelek, tapi spesifikasinya enggak cocok untuk peran yang Bapak berikan.
Lha wong terbukti untuk kedua kalinya, setelah Ceballos masuk di babak kedua, Arsenal bisa mendapatkan banyak peluang dari penetrasi di zona 5 lawan. Sepakan jarak jauh Ceballos contohnya, Pak. Lalu ada asis yang bisa diberikan Guendouzi untuk Aubameyang. Keduanya berasal dari keberanian mesuk ke depan kotak penalti. Contoh yang tidak bisa diperlihatkan Arsenal di babak pertama.
Yang mau saya bilang, Pak. Bapak kudu lebih berani mengambil risiko. Narasi yang terbaca dari Torreira adalah usaha untuk membuat lini tengah Arsenal terasa aman. Namun, Pak, kalau hubungan itu terlalu nyaman itu biasanya malah nggak awet. Nggak ada dinamika di sana. Padahal, Arsenal sesuatu yang bikin greget pertahanan klub hotel melati. Kalau nggak ada greget, jangan-jangan itu cuma dijodohkan.
Coba Pak Emery lihat lagi rekaman gol Lacazette dan Aubameyang. Gol-gol itu berasal dari keberanian pengumpan mengambil risiko. Umpan datar Pepe ke dalam kotak penalti, misalnya, padahal pemain Spurs menumpuk di situ. Umpan Guendouzi, misalnya, dengan “berani” menerobos bek tengah Spurs yang mulai rapat.
Keprihatinan kedua saya, Pak, adalah cara bertahan Arsenal. Bapak Emery bilang lebih suka menang dengan skor 4-3 ketimbang 1-0. Boleh saja kalau Bapak mau berpikiran begitu. Tapi, mbok ya lebih serius membenahi cara bermain ketika menyerang. Dimulai dari jangan sampai salah bikin susunan starting XI tentu saja, Pak.
Ketika bermain dengan tiga striker, harus ada pemain kreatif yang dekat dengan mereka. Tujuannya untuk sesering mungkin bawa bola ke tempat berbahaya. Mau pakai tiga atau empat atau lima striker, kalau tidak ada bola-bola matang ke arah mereka, tidak ada hasil yang akan bisa dicapai, Pak.
Keprihatinan ketiga saya, Pak, terkait kebijakan memainkan Aubameyang dan Lacazette bersama-sama. Memang menyenangkan melihat keduanya bermain bersama ditambah Nico Pepe di sebelah kanan. Namun, sudah saatnya Aubameyang dipasrahi peran striker tengah. Artinya, sudah saatnya juga Reiss Nelson diberi tanggung jawab yang lebih besar di sisi kiri.
Aubameyang, bisa dikatakan, sebagai salah satu poacher terbaik di dunia. Bukan maksud mengecilkan kontribusi Lacazette. Tetapi sudah saatnya ada rotasi di depan. Tidak mungkin Aubayemang dan Lacazette bermain bersama selama satu musim penuh.
Keprihatinan keempat dan terakhir saya, Pak, adalah soal Granit Xhaka. Pak Emery, sudah tiga pertandingan ini Xhaka tidak bermain bagus. Bagi pemain yang performanya terus menurun, sudah saatnya diberi sedikit teguran. Misalnya dengan mencadangkan mereka di pertandingan selanjutnya.
Sudah saatnya Arsenal memasrahkan posisi #6 kepada Guendouzi, pemain terbaik di North London Derby. Lini tengah akan semakin berwarna dengan kombinasi Guendouzi, Ceballos, dan Ozil. Atau kalau Ozil belum juga fit, Bapak bisa memaksimalkan Joe Willock. Selain tetap bertenaga, lini tengah Arsenal akan semakin sedikit bikin blunder. Harapannya, sih, begitu.
Guendouzi, meski masih berusia 20 tahun, sudah lebih dari layak dipasrahi tanggung jawab yang lebih besar. Boleh dikata, pemain asal Prancis ini akan menjadi pusat galaksi Arsenal di masa depan. Memainkannya sebagai #6, setidaknya, akan mengamankan proses build-up fase pertama Arsenal.
Pak Emery, sebelum laga melawan Spurs, saya sempat bilang kalau jangan sampai meremehkan lawan. Nah, ketika ramalan itu terbukti, rasanya malah sangat sedih. Arsenal punya segalanya untuk menang dengan nyaman. Namun, sekali lagi, malah bikin susah diri sendiri. Kelihatannya Bapak Emery masih bingung untuk menentukan 11 pemain utama Arsenal dan cara bermainnya.
Demikian surat saya yang nggak mungkin sampai kepada Bapak. Tapi setidaknya, surat ini akan sampai di hati fans Arsenal sedunia, yang kemarin meremehkan lawan dan berlagak sudah menang sebelum perang terjadi.
Salam
arsenalskitchen
BACA JUGA Kebohongan Unai Emery Seperti Tipikal Cowok Menghindari Konflik dengan Pacarnya atau tulisan Yamadipati Seno lainnya.