MOJOK.CO – Apakah Real Madrid memang sama bodohnya seperti Barcelona, ketika tidak menghalangi kepindahan Hakimi menuju Inter?
Konon dikabarkan kalau Internazionale sudah berhasil mendapatkan kata “Ya” dari Achraf Hakimi sejak Maret 2020. Kalau benar adanya, kerja tim transfer Inter perlu mendapatkan apresiasi. Menarik keluar bek muda potensial Real Madrid dengan mahar 40 juta euro adalah bisnis yang, bisa dikatakan, bagus sekali.
Sementara itu, di sisi lain, banyak orang yang terkejut ketika Real Madrid mengizinkan Hakimi pergi. Bek sayap potensial yang bergabung direkrut akademi Madrid di usia 8 tahun itu dianggap sebagai suksesor Dani Carvajal. Menjual bek berdarah Maroko itu dianggap kesalahan, bahkan kebodohan.
Sebuah kebodohan Real Madrid yang dianggap sama seperti kebodohan Barcelona di kasus transfer Arthur dan Miralem Pjanic. Barcelona “sangat ingin” mendapatkan Pjanic dari Juventus. Sebuah kebijakan yang bahkan dipertanyakan fansnya sendiri. Mengingat usia yang tidak lagi muda dan performa Pjanic sudah jauh menurun.
Melihat skuat Barcelona saat ini pun, sebetulnya, Pjanic tidak terlalu dibutuhkan. Untuk posisi #6, masih ada Sergio Busquets. Jika Busquets tidak berada dalam performa terbaik, masih ada Frankie De Jong, yang selama ini dimainkan bukan di posisi idealnya. Sejak masih memperkuat Ajax Amsterdam, De Jong diproyeksikan sebagai #6 yang akan melebihi kualitas Busquets.
Di belakang De Jong mengantre jebolan akademi La Masia. Para pemain muda dengan potensi tinggi. Namun, selamanya mereka tidak akan bisa menapaki level tertinggi jika tidak mendapatkan kesempatan. Jadi, sebetulnya, Barcelona tidak butuh #6 lagi, melainkan striker muda atau bek tengah potensial untuk meneruskan karier Gerard Pique.
Sementara itu, sebetulnya, Arthur enggan hengkang ke Juventus. Sikap yang seharusnya didukung Barcelona mengingat usia yang masih muda dan kualitasnya di atas rata-rata. Lini tengah Barcelona, biasanya, diisi gelandang kreatif, fleksibel, dan mengusung identitas La Masia. Kini, corak itu semakin tidak terasa.
Oleh sebab itu, pertukaran antara Arthur dan Pjanic dianggap sebagai “sebuah kebodohan”. Sebuah anggapan yang kini juga dicapkan ke jidat Real Madrid ketika tidak menghalangi pendekatan Inter kepada Hakimi. Sebetulnya, mengapa Real Madrid terlihat santai saja ketika akan ditinggal salah satu bek sayap potensial itu?
Carvajal dan kebutuhan pemain senior Real Madrid
Kompetitor Hakimi di pos bek kanan adalah Dani Carvajal. Bek asal Spanyol ini masih berada di usia emas, 28 tahun. Sudah tidak lagi muda, tetapi juga tidak bisa dibilang sudah masuk senja karier. Carvajal sendiri adalah salah satu bek kanan terbaik di dunia, meski banyak orang enggan mengakuinya.
Menggeser Carvajal bukan perkara mudah. Melihat konsistensi di atas lapangan, mempertimbangkan pengalaman dan kondisi mental, Hakimi pasti akan kalah bersaing. Setidaknya untuk jangka pendek, maksimal 2 tahun, kalau perkiraan saya, sebelum akhirnya Carvajal mengalami penurunan performa dan kualitas fisik.
Namun, masa 2 tahun bukan periode singkat untuk seorang pemain muda yang mendapatkan menit bermain melimpah ketika dipinjamkan ke Borussia Dortmund. Real Madrid pasti menyadari hal itu dan tidak menghalangi keinginan Hakimi untuk hengkang ke Inter. Meskipun dari sisi nilai transfer, bisa dikatakan kecil untuk bek sayap potensial.
Nah, menganalisis dari sisi Real Madrid, melepas Hakimi bisa dikatakan sebuah keputusan yang “harus diambil”. Saat ini, sosok yang akan menjadi penerus Sergio Ramos dan Marcelo sebagai leader adalah Carvajal dan (mungkin) Raphael Varane. Keduanya akan ditemani Toni Kroos dan Luka Modric.
Pemain senior ini yang akan menjadi tulang punggug, penopang barisan muda Real Madrid. Selama beberapa tahun terakhir, Los Blancos membeli banyak pemain muda potensial. Sebuah kebijakan yang manis sekali. Mengingat jika telat membeli, harga pemain muda ini bisa melambung lebih tinggi.
Mikel Arteta, pelatih Arsenal, mengungkapkan alasannya memperpanjang kontrak David Luiz. Salah satu alasannya adalah pemain senior dibutuhkan sebagai “penyeimbang”. Bukan hanya untuk urusan bermain di atas lapangan, tetapi penyeimbang sisi mental di ruang ganti.
Jadi, sangat mungkin terjadi, pemain seperti David Luiz tidak akan lagi mendapatkan kesempatan bermain. Namun, keberadaannya mutlak harus ada demi kondisi mental pemain muda. Sama seperti ketika Arsene Wenger mempertahankan Per Mertesacker dan hanya memainkannya di final Piala FA.
Untuk alasan ini, kebijakan Real Madrid bisa dibilang masih masuk akal. Dan, ini yang penting, ternyata tidak bodoh amat seperti aktivitas transfer Barcelona. Sampai saat ini, saya masih bingung dengan latar belakang Barcelona membeli Pjanic. Cuma dapat 10 juta euro lagi dari pertukaran antara Arthur dengan Pjanic.
Saya yakin, fans Real Madrid pasti masih patah hati ketika kelak melihat Hakimi mengenaka seragam Inter. Namun, saya hanya ingin mengingatkan, Real Madrid selalu punya cara untuk “mendapatkan apa yang mereka mau”. Ingat, mereka bisa mengganti Theo Hernandez dengan Ferland Mendy, pun dengan “harga yang bagus”.
Pada titik tertentu, percaya saja kepada Opa Florentino Perez. Presiden dengan tangan emas itu punya mata yang ketajamannya melebihi insting bisnis presiden klub lainnya.
BACA JUGA Kisruh Real Madrid dan Gareth Bale: Ketika Orang Mabuk Angka atau tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.