MOJOK.CO – Kolombia vs Inggris | Spartak Stadium, Rusia| Live TransTV, K Vision, Usee TV | Rabu, 04 Juli 2018 | 01.00 WIB dini hari | Prediksi: Inggris menang.
Untuk mengukur kelebihan dan kekurangan Kolombia, kita harus memutar ingatan kembali ke babak putaran grup. Kelemahan Kolombia bisa kita petakan dari dua laga melawan Jepang dan Senegal. Sementara itu, kelebihan Kolombia terlihat ketika mengalahkan Polandia di pertandingan terakhir babak putaran grup.
Ketika melawan Jepang, skuat Kolombia sangat rentan dengan tim yang punya kedisiplinan dan bermain dengan intensitas tinggi. Ketika bertemu lawan seperti ini, skuat asuhan Jose Pekerman kehilangan koordinasi. Akibatnya, Kolombia sangat rentan dengan kesalahan, terutama di lini pertahanan mereka.
Jepang, dengan koordinasi permainan yang baik, berhasil mengeksploitasi lini pertahanan Kolombia. Pada dasarnya, ketika tertekan, pemain-pemain Kolombia menjadi lebih ceroboh. Kartu merah kepada Carlo Sanchez ketika menggunakan tangan untuk mencegah Jepang mencetak gol merupakan salah satu contohnya. Contoh yang lain adalah ketika mengalahkan Senegal.
Senegal, terutama di paruh awal babak pertama laga, bermain dengan garis pertahanan tinggi. Senega memaksa Kolombia bermain di wilayah mereka sendiri. Meski berusaha membangun serangan dari bawah, Kolombia sangat kesulitan meladeni lawan yang agresif.
Puncaknya adalah ketika Davinson Sanchez menekel Sadio Mane di dalam kotak penalti. Beruntung, VAR menyelamatkan Kolombia. Ketika menghadapi Senegal, hampir sepanjang babak pertama, pemain-pemain Kolombia tak pernah menyentuh bola di kotak penalti Senegal.
Kesulitan menghadapi lawan yang agresif dan terkoordinasi dengan baik, Kolombia bisa sangat berbahaya ketika diberi kesempatan untuk mencari ritme mereka. Ketika mengalahkan Polandia dengan skor 3-0, Kolombia diizinkan menikmati ruang-ruang di sepertiga akhir lapangan. Situasi ini memungkinaka Kolombia menunjukkan kebolehan mereka lewat serangan balik yang tajam.
Kecepatan dan situasi bola mati adalah kelebihan Kolombia. Dua senjata yang lebih dari cukup untuk menyulitkan Inggris.
Sayangnya, lawan Kolombia di babak 16 besar Piala Dunia adalah Inggris. Skuat asuhan Gareth Southgate ini adalah jenis lawan yang menjadi antithesis Kolombia, yaitu bisa agresif menekan, punya kemampuan mempertahankan penguasaan bola yang baik, dan terkoordinasi dengan baik. Laga Kolombia vs Inggris bisa menjadi mimpi buruk bagi Jose Pekerman.
Bermain dengan pola dasar 3-5-2, Inggris di bawah Southgate bukan lagi “Inggris yang dulu”. Inggris yang penuh kecerobohan dan rentan dengan kesalahan individu. Pada titik tertentu, Kolombia saat ini adalah Inggris di kompetisi-kompetisi antar-negara yang dulu. Ceroboh dan tak kuat dengan tekanan.
Bermain dengan tiga pemain di belakang, Inggris menjadi lebih mudah melakukan progres serangan dari lini pertama. Sebuah pemandangan yang “asing” bagi timnas Inggris selama ini.
Keberadaan “lima” di dalam skema 3-5-2 membuat skuat ini lebih stabil. Lima di dalam skema diisi oleh tiga gelandang yang tidak berdiri sejajar dan dua bek sayap agresif menyerang dan bertahan. Jordan Henderson sebagai #6 mengontrol tempo dan alur.
Menemani Henderson, ada Dele Alli yang sudah pulih dari cedera dan Jese Lingard. Henderson berposisi di belakang dua gelandang muda dan kreatif tersebut. Alli dan Lingard diberi kebebasan, biasanya berposisi dekat dengan Raheem Sterling dan Harry Kane di depan. Kombinsi bola pendek cepat di antara keempat pemain ini juga menjadi salah satu opsi menyerang.
Untuk urusan width (pemain yang menyediakan diri di sisi lapangan untuk menerima bola), Inggris menggunakan kedua bek sayap, Kieran Trippier di kanan dan Ashley Young (atau Danny Rose) di kiri. Dua bek sayap ini punya kemampuan yang komplet. Agresif ketika menyerang dan seimbang ketika bertahan.
Tiga bek tengah, dua bek sayap, dan tiga gelandang Inggris bermain dengan koneksi yang baik. Misalnya ketika bola berada di kaki Trippier (bek sayap kanan), penguasaan bola bisa dengan mudah dipindahkan ke sisi lain menggunakan umpan pendek.
Henderson sebagai basis dan Alli/Lingard yang cair selalu menyediakan diri sebagai penerima umpan. Oleh sebab itu, ketika bermain dengan performa terbaik mereka, Inggris bisa terlihat begitu cair dengan kecepatan menyerang yang enak ditonton. Tentunya, dengan begitu, Inggris jadi lebih mudah masuk ke kotak penalti lawan dan membuat peluang sembari tetap stabil di lini tengah dan belakang.
Ingat, Inggris bisa menjadi sangat agresif menekan lawan sejak lini pertama. Di lain waktu, Inggris bisa begitu sabar mengendalikan tempo dan mengurangi kemungkinan lawan menguasai bola. Dua catatan ini saja sudah cukup untuk mengalahkan Kolombia. Oleh sebab itu, Kolombia vs Inggris bisa jadi akan berat sebelah.
Laga Kolombia vs Inggris juga seperti uji kelayakan status unggulan yang tersemat ke dada Inggris. Dua laga di putaran grup, Inggris hanya menghadapi Tunisia dan Panama. Sementara itu, di laga terakhir, Inggris lapis kedua menghadapi Belgia. Meski kalah, laga melawan Belgia tak bisa dijadikan parameter.
Oleh sebab itu, kemenangan dari laga Kolombia vs Inggris adalah bentuk jawaban dari uji kelayakan status unggulan. Lawan-lawan Inggris setelah Kolombia akan semakin berat. Sebuah situasi yang bakal menentukan, apakah Inggris sudah benar-benar berubah, atau ini hanya letupan sesaat?