MOJOK.CO – Mikel Arteta seperti dengan mengumbar alibi. Padahal, masalah Arsenal bukan kepada skema, tetapi eksekusinya di atas lapangan.
Setelah kalah dari Wolves di kandang sendiri, Mikel Arteta berada dalam tekanan nyata. Kekalahan itu menjadi penanda bahwa Arsenal tengah melewati awal musim terburuk dalam sejarah Liga Inggris. Tekanan itu bahkan termanifestasikan menjadi tuntutan untuk mundur yang disuarakan banyak fans lewat media sosial.
Salah satu tudingan yang dialamatkan kepada Mikel Arteta adalah kegagalannya menunjukkan intensi yang jelas ketika Arsenal bermain. Menggunakan bahasa yang lebih sederhana, kamu bisa menyimpulkannya menjadi, Arsenal tidak jelas kalau bermain, terutama di lini depan.
Dalam sebuah wawancara bersama DAZN, Mikel Arteta mengakui bahwa dirinya ingin menggunakan skema 4-3-3. Namun, untuk saat ini, Arsenal masih membutuhkan beberapa pemain. Pelatih asal Spanyol itu secara spesifik menyebut lima sampai enam pemain baru supaya skema 4-3-3 bisa dipakai secara ideal.
Sebetulnya, pernyataan soal skema 4-3-3 ini sudah fans Arsenal ketahui sejak awal musim. Bahkan sejak awal kepelatihan Arteta di paruh akhir musim lalu. Pengaruh ide Pep Guardiola ditengarai berbekas di dalam kepala Arteta. Oleh sebab itu, jika dia lalu bermain dengan 4-3-3 seperti Pep, semuanya bukan keanehan.
Namun, melihat konteks situasi yang sedang terjadi, pernyataan soal skema bermain seperti sebuah alibi saja. Seakan-akan, Mikel Arteta hendak bersembunyi dari rentetan kegagalan Arsenal: cuma mendulang 13 poin dari 10 pertandingan dan mengalami lima kekalahan dari delapan laga terakhir.
Seakan-akan, Arteta ingin bilang bahwa kegagalan yang tengah terjadi disebabkan karena Arsenal tidak menggunakan skema yang dia inginkan. Berbagai pernyataan bergelayut di dalam pikiran saya.
Pertama, kalau memang ingin mencoba skema 4-3-3, kenapa tidak dicoba saja? Kedua, kalau merasa belum memiliki pemain yang tepat, kenapa tidak mencoba pemain yang ada? Siap tahu, pemain yang ada bisa diadaptasikan ke dalam skema 4-3-3. Bukankah mengubah pemain menjadi lebih “bisa dipakai” adalah tugas pelatih?
Memang, ada beberapa pemain yang sangat sulit untuk dibantu berkembang ketika dimainkan di posisi dan peran yang tidak ideal. Namun, selama ini, bukankah Mikel Arteta sendiri berani mencoba Kieran Tierney sebagai bek tengah? Bukayo Saka sebagai gelandang serang sebelah kiri? Ainsley Maitland-Niles sebagai hybrid wing back yang terbukti bagus?
Namun, yang terjadi adalah Mikel Arteta tetap bertahan dengan skema tiga bek yang tidak efektif. Ketika beralih ke skema empat bek, Arteta menggunakan dua pivot yang terlalu lambat dalam transisi. Bahkan Dani Ceballos lebih banyak mengokupansi sisi kanan ketimbang bermain lebih ke depan.
Pikiran saya sangat sederhana: kalau memang ingin, bahkan menjadi misi, kenapa tidak dicoba dahulu? Melihat komposisi pemain yang ada, Arsenal bisa menggunakan skema 4-3-3.
Untuk pos lini tengah, komposisi Xhaka, Elneny, dan Ceballos bisa dipakai. Ketika Partey dalam kondisi bugar, komposisi Xhaka, Partey, dan Ceballos juga menarik. Namun, Mikel Arteta tidak mencobanya. Dia bertahan dengan skema tiga bek atau dua pivot. Alibi apa lagi yang akan dipakai?
Terkadang, sekadar ingin dan mau mencoba itu hanya dibatasi oleh niat saja. Dan di balik niat, ada ego manusia yang luar biasa besarnya. Kalau Mikel Arteta harus menunggu ada lima ada enam pemain baru, Arsenal tidak akan bisa berkompetisi untuk musim ini.
Gambarannya seperti ini:
Jika menggunakan logika Arteta, di Januari 2021 nanti, Arsenal harus membeli lima pemain. Sebuah “misi” yang terlalu naif untuk diharapkan terjadi. Di tengah pandemi, membeli banyak pemain bukan urusan mudah. Apalagi, Arsenal harus menjual pemain dulu untuk membebaskan beban struktur gaji tim.
Beberapa pemain akan habis kontrak di Juni 2021. Melihat situasi itu, klub peminat mungkin akan menahan diri. Ketimbang keluar duit di Januari, tentu lebih enak menampung di Juni saja karena tidak perlu membuang duit untuk biaya transfer.
Meskipun keluarga Kroenke akan membantu dengan suntikan dana, mau seberapa besar yang akan diterima Arsenal? Bermain dengan skema 4-3-3 ideal membutuhkan tidak hanya pemain bagus, tetapi juga mereka yang berbandrol mahal.
Saya tahu, sebatas misi atau keinginan saja tentu tidak menjadi masalah. Namun, pernyataan yang dilontarkan Mikel Arteta, saya rasa, keluar tidak pada waktu yang pas. Buat apa ganti skema kalau di atas lapangan Arsenal masih “tidak jelas”?
Arsenal menjadi salah satu tim di Liga Inggris dengan pencatatan peluang bersih sangat rendah. Bahkan ketika kalah dari Wolves, mereka hanya bisa mengkoneksikan tiga umpan silang dari 33 kali percobaan. Artinya, ada masalah besar dalam hal kepelatihan.
Intinya, masalah Arsenal bukan kepada skema yang sedang dipakai. Masalah mereka adalah eksekusi skema di atas lapangan sehingga pemain terbantu untuk bermain lebih baik. Untuk soal ini, “komposisi dosa” lebih besar ke pelatih, sedikit ke pemain yang terlihat sangat “terisolasi” dengan ide Arteta.
Perlu dicatat bahwa tulisan ini bukan sebuah tuntutan bagi Mikel Arteta untuk mundur. Tulisan ini adalah sebuah kritik kepada pelatih yang terdengar sedang mencari alibi dari masalah yang terjadi. Solusinya ada di depan mata. Solusinya ada di dalam diri sendiri.
BACA JUGA Arsenal Perlu Belajar Determinasi dari Manchester United Angkatan 1995: You Can’t Win Anything with Kids dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.