MOJOK.CO – Awal dan akhir kekacauan antara Mesut Ozil dan Arsenal, bisa dibilang, adalah “blunder”. Apakah blunder baru bakal muncul lagi?
Pemain asal Jerman itu dianggap “blunder” ketika menyerang otoritas Cina tentang nasib Uighur. Setelah itu, Arsenal dianggap melakukan blunder ketika membekukan Ozil dari skuat utama. Kini, blunder baru bisa saja terjadi ketika kepindahan terjadi.
Ketika Mesut Ozil dibekukan dari skuat utama, pada awalnya, semuanya terasa baik-baik saja. Bersama Mikel Arteta dan skema tiga bek, Arsenal berhasil memenangi piala FA dan Community Shield. Mereka juga mengawali kompetisi 2020/2021 dengan sebuah gebrakan. Semuanya terasa akan baik-baik saja.
Namun, penurunan performa dan rentetan cedera yang terjadi mengubah peruntungan Arsenal. Berbagai skema yang dicoba Arteta tidak membuahkan hasil manis. Hingga sampailah mereka pada satu titik di mana narasi terbesar di media adalah apakah Arsenal bakal degradasi musim ini. Medioker sekali ya.
Peruntungan Arsenal kembali berubah ketika Arteta akhirnya kembali ke skema yang paling akrab untuk mereka, yaitu 4-2-3-1. Keberanian Arteta memberi kesempatan untuk Emile Smith Rowe bermain sebagai #10 mengubah semuanya. Skema ini membuahkan hasil tiga kemenangan beruntun.
Tiga kemenangan yang sukses menjauhkan Arsenal dari zona degradasi dan kini cuma berjarak 10 poin dari puncak klasemen. Kompetisi yang begitu rapat dan terbilang gila. Dua minggu sebelumnya sebuah tim diprediksi akan degradasi, kini tim ini dianggap punya kans untuk masuk zona Eropa. Namun tetap, medioker sekali ya.
Kemunculan Emile Smith Rowe sebagai #10 seperti penegasan bahwa langkah Arsenal membekukan Mesut Ozil adalah blunder. Nyatanya, The Gunners membutuhkan pemain kreatif untuk bermain sebagai #10. Tidak ada pemain lain di dalam skuat mereka, yang lebih cocok, selain Ozil, dan tentu saja Smith Rowe.
Namun, jika membaca narasi yang tersiar di media, nampaknya manajemen Arsenal tidak terlalu ambil pusing dengan kesalahan sendiri. Mereka berusaha melepas Mesut Ozil, sembari mengejar pemain kreatif lainnya karena rekam jejak cedera Smith Rowe terbilang mengkhawatirkan.
Mengapa manajemen tidak berusaha “mengampuni” Mesut Ozil dan memberinya kesempatan di Januari ini? Terkadang, ego yang terlalu tebal menghalangi manusia untuk melihat ke dalam diri sendiri, meminta maaf, dan memperbaiki silaturahmi yang pernah retak. Manusia lebih suka diam dan enggan berubah. Ego. Medioker sekali ya.
Ego tebal itu pula yang membuat saya khawatir Arsenal akan melakukan blunder selanjutnya. Jika Mesut Ozil memang akhirnya pergi, dengan rasa getir di lidah, belum tentu The Gunners bisa membeli dan mendapat pengganti sepadan. Emi Buendia, pemain Norwich City yang tengah diincar, adalah pemain bagus. Namun, risiko gagal tidak mungkin dicoret dari daftar kemungkinan.
Ketika skema 4-2-3-1 yang membuat Arsenal lebih produktif membutuhkan #10 berkualitas, banyak fans berharap Mesut Ozil dikembalikan ke skuat utama. Namun, pada akhirnya, perpisahan memang bagian dari perjumpaan. Bahkan mungkin ada baiknya Ozil menyambut tawaran menjadi pemain DC United.
Ketimbang menjadi korban ghosting Arsenal, di ujung kariernya, pasar Amerika Serikat sangat menarik untuk Mesut Ozil. Salah satu paket yang ditawarkan DC United adalah ekspansi besar-besaran jenama M10 di penjuru Amerika.
DC United sudah menjanjikan memasukkan jenama kopi milik Ozil yang bernama 39 Steps Coffee menjadi salah satu tenant di Audi Field Stadium, kandang DC United. Selain itu, wajah Ozil akan dijadikan wajah DC United sebagai bagian dari kampanye ekspansi berbagai jenama milik sang pemain.
Banyak investor di Amerika juga sudah melakukan kontak agen Ozil, Dr. Erkut Sorgut. Agen yang berjasa “menerbangkan” Wayne Rooney ke Amerika Serikat.
Selain jenama kopi dan kafe, Mesut Ozil juga berpeluang mengembangkan beberapa usahanya. Misalnya, yayasan amal, akademi sepak bola, produk fashion, dan markas e-sport yang sedang dirintis Ozil. Potensi bisnis di Amerika dengan jenama Mesut Ozil yang sudah sedemikian kuat memang sangat menjanjikan, bahkan di tengah pandemi sekalipun.
Beberapa waktu yang lalu, Arsene Wenger, mantan pelatih Arsenal yang membawa Ozil ke Inggris berujar bahwa dia sudah tahu masa depan si pemain. Banyak yang memprediksi kalau Mesut Ozil tidak akan bertahan. Tinggal menentukan tujuan selanjutnya saja, antara Amerika atau Turki. Dua tujuan itu sama-sama menguntungkan dari sisi bisnis.
Yah, dari sisi bisnis, bukan sebuah dosa kalau Mesut Ozil memilih segera menuju Amerika di Januari ini. Sebagai kepala keluarga, tentu sangat masuk akal kalau dia memikirkan kestabilan ekonomi keluarga di masa depan. Apalagi kompetisi belum jelas kapan akan bergulir sementara otoritas liga dan pihak kepolisian belum memberi kejelasan. Gaji dan kontrak pemain nasibnya bagaimana, Bos?
Ahh, maaf, itu kalau di Indonesia, sih….
Melepas Mesut Ozil, memang memberi beberapa keuntungan untuk Arsenal. Salah satunya, jika Sokratis menyusul Ozil dan Kolasinac pergi, manajemen bisa mendaftarkan satu pemain non-home ground lagi. Di sini, nama Buendia menjadi sangat menarik.
Kerugiannya, Arteta akan kehilangan salah satu #10 terbaik di dunia. Masih ditambah risiko yang dibawa pemain baru kelak. Ke depan, tampaknya, yang namanya blunder masih akan melekat ke dalam tubuh Arsenal. Mau gimana, tim ini, ah, medioker sekali ya.
BACA JUGA Mesut Ozil dan Paul Pogba: Teralienasi, Menjadi Tumbal Rakusnya Sepak Bola Industri dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.