Ini adalah artikel perpisahan rubrik Balbalan yang mulai pekan depan tak akan muncul lagi. Adiós!
“Tak ada yang bisa memahami maksud hati Arsene Wenger, selain dirinya sendiri dan Tuhan Yang Masa Esa,” begitu kata seorang kawan Gooners yang bermukim di Riau. Sudah sejak lama kami mengimani kalimat tersebut. Dan setelah jendela transfer musim panas ditutup Jumat (1/9) kemarin, kalimat itu seperti menemui kebenarannya sendiri.
Sudah sejak pertengahan Agustus, Alexis Sanchez menyatakan diri terbuka dengan kemungkinan hengkang. Negosiasi antara perwakilan Alexis dan Arsenal tak berjalan dengan baik. Meski sudah menaikkan tawaran gaji hingga 300 ribu poundsterling per pekan, pemain asal Cile tersebut masih enggan memperpanjang masa bakti bersama The Gunners.
Seiring habisnya waktu jendela transfer, suasana hati Alexis semakin tak menentu. Beberapa klub kaya Eropa melakukan pendekatan, dengan tawaran gaji yang tentu lebih tinggi ketimbang tawaran Arsenal. Dan Alexis sendiri menyambut baik berbagai tawaran terebut, terutama dari Mancester City.
Setidaknya tiga kali City mengajukan proposal penawaran untuk mendapatkan tanda tangan mantan pemain Barcelona tersebut. Salah satunya, tersiar kabar bahwa City siap memasukkan nama Raheem Sterling ke dalam proposal penawaran. Arsenal bergeming dan tidak memberi jawaban yang tegas.
Ketika tawaran City sudah menyentuh angka 70 juta poundsterling, Arsenal masih saja menentukan syarat terlebih dahulu. Syarat yang diminta Mbah Wenger adalah Arsenal harus lebih dahulu dapat pengganti yang sepadan sebelum melepas Alexis ke City. Sayangnya, kelambanan Arsenal justru merugikan banyak pihak.
Dua sikap Arsenal di atas seperti menyimpan bangkai. Bau tak sedap tentu akan mengganggu kehidupan klub asal London Utara tersebut.
Menahan pemain yang tak lagi cinta dengan klub tentu tak ada gunanya. Ia justru bisa mengancurkan suasana harmonis ruang ganti. Sejak kalah dari Liverpool, Alexis tak lagi menunjukkan wajah optimis. Wajahnya seperti wajah cemas ketika perut sakit menahan boker dan sudah ada tai yang mengintai di ujung lubang anus.
Sikap Wenger yang menghalangi perkembangan karier Alexis membuat manajemen City hendak menempuh jalur hukum. Wenger dipandang mempersulit keadaan setelah harga sudah disepakati. Bahkan konon, Alexis sudah membubuhkan tanda tangan di atas kontrak.
Bermain sepak bola adalah perihal kebahagiaan. Jika Alexis sudah tak bahagia bersama Arsenal, Wenger bisa apa? Jika Wenger bersikeras tak melepas Alexis, artinya ia mementingkan kebahagiaannya sendiri.
Bangkai kedua yang disimpan Wenger adalah sikapnya yang meremehkan situasi, baik dinamika harga transfer, maupun kekuatan finansial para rival.
Sudah sejak Juni yang lalu, Wenger mendekati Thomas Lemar. Tawaran Arsenal ada di sekitar 45 juta poundsterling ketika AS Monaco meminta 60 juta poundsterling. Selisih hanya 15 juta poundsterling, dan nilai tersebut tentu tak berat buat Arsenal. Namun Wenger enggan memenuhi permintaan Monaco karena mengejar harga yang lebih murah.
Dan di pengujung jendela transfer, ketika Arsenal membutuhkan pengganti Alexis, Monaco manaikkan harga Lemar hingga 100 juta poundsterling. Arsenal merespons dengan tawaran 92 juta poundsterling dan Monaco memandang proposal terbaru ini sudah cukup proporsional. Monaco pun menerimanya.
Masa tenggat transfer masih tersisa sekitar satu jam ketika Arsenal tiba-tiba membatalkan kesepakatan. Wenger beralasan bahwa tak cukup waktu untuk menyelesaikan pembelian Lemar. Sungguh pembohong yang buruk, lantaran Chelsea bisa menyelesaikan pembelian Danny Drinkwater ketika tenggat transfer tinggal 20 menit.
Batalnya kesepakatan dengan Monaco, artinya batal pula kesepakatan dengan City perihal Alexis. Tiga entitas sekaligus ia kecewakan lewat satu aksi.
Jika mempertimbangkan alasan Wenger bahwa tak cukup waktu untuk menyelesaikan transfer Lemar, kita tahu betapa naifnya pelatih asal Prancis tersebut.
Salah satu alasan kegagalan mendapatkan Lemar adalah Monaco sudah melepas beberapa pemain penting dalam satu jendela transfer. Bernardo Silva dan Benjamin Mendy ke City, Tiemoue Bakayoko ke Chelsea, dan Kylian Mbappe ke Paris Saint-Germain. Padahal, Wenger sudah mendekati Lemar jauh-jauh hari sebelum klub-klub tersebut mempreteli skuat Monaco.
Apa yang dilakukan Wenger dari bulan Juni hingga Agustus hingga gagal mendapatkan Lemar? Entahlah. Mungkin sudah saatnya Wenger pensiun dan beternak lele.
Ternak lele jauh lebih berfaedah karena bisa membuka lapangan kerja ketimbang menyimpan bangkai di dalam tim.
Oya, ada satu lagi “bangkai” yang disimpan Wenger. Ia bernama Theo Walcott, seorang pemain yang tak bisa menentukan posisi bermainnya sendiri. Dan kepada “bangkai” ini, Wenger menaruh cintanya.
Haesh, ngising!