MOJOK.CO – Laga Korea Selatan vs Meksiko diwarnai pertarungan serangan balik, pameran akselerasi, pressing intensitas tinggi sejak menit pertama, dan gol-gol cantik.
Inti dari laga Korea Selatan vs Meksiko di babak pertama adalah secepat mungkin membunuh lawan. Peragaan serangan balik, akselerasi, pressing, dan aksi individu mewarnai babak pertama. Satu hal yang menjadi pembeda adalah gol Carlos Vela untuk Meksiko lewat titik putih. Kembali, Piala Dunia 2018 diwarnai dengan gol dari bola mati.
Korea Selatan vs Meksiko menunjukkan kecenderungan yang sama. Dua tim ini identik, namun juga berbeda. Identik pada soal ide menyerang di paruh awal babak pertama. Perbedaannya, terletak kepada bagaimana ide tersebut dieksekusi.
Kita berbicara soal paruh awal laga, tentang ide menyerang masing-masing negara. Pertama, Meksiko, skuat asuhan Juan Carlos Osorio ini mencoba membangun serangan dari bawah. Tujuan mereka adalah menggunakan lapangan tengah sebagai “jembatan” untuk mencapai sisi lapangan sebelah depan yang diisi Hirving Lozano, Javier Hernandez, dan Carlos Vela.
Permainan kombinasi di depan dimulai ketika Lozano di kiri atau Vela di kanan menerima bola. Hernandez, yang bergerak secara berbas, bertugas menarik perhatian pemain lawan dan menyediakan ruang bagi lini kedua untuk menusuk. Javier “Chicharito” Hernandez punya naluri mencari celah di antara pemain lawan. Meski bertubuh kecil, Chicharito sulit dikawal.
Sementara itu, Korea Selatan, ketika membangun serangan dari bawah, intensi mereka adalah langsung menusuk ke dalam kotak penalti. Olah bola dan permainan kombinasi langsung dilakukan di dekat kotak penalti. Sisi lapangan hanya digunakan untuk merenggangkan blok pertahanan Meksiko yang malam ini tak rapat-rapat amat, berbeda ketika mereka melawan Jerman.
Meksiko punya Lozano dan Vela yang unggul secara individu jika berada dalam situasi satu lawan satu dengan bek sayap Korea Selatan. Beberapa kali, Lozano berhasil menusuk dari sisi kanan pertahanan Korea dan melepaskan tembakan. Prosesnya mirip dengan gol Lozano ke gawang Jerman.
Korea sendiri betul-betul memanfaatkan kecepatan pemain di lini depan. Son Heung-min punya pengalaman yang cukup untuk berduel dengan bek-bek Meksiko. Ia paham betul kapan harus berlari cepat, kapan harus mengerem dan mengoper bola. Sementara itu, Hwang Hee-chan punya kecepatan di atas pemain bertahan Meksiko. Kecepatan ini cukup merepotkan kiper Meksiko, Ochoa, di paruh awal babak pertama.
Perubahan terjadi di paruh akhir babak pertama. Baik Meksiko maupun Korea Selatan tak terlalu banyak memanfaatkan lini tengah sebagai “jembatan antar-lini”. Keduanya bermain lebih direct sehingga aksi di lapangan tengah menjadi minimal. Meksiko berusaha secepat mungkin mencapai sisi lapangan, sementara Korea terburu-buru melakukan penetrasi dengan kecepatan.
Alhasil, intensitas pertandingan memang sedikit bertambah, namun ketajaman serangan masing-masing tim justru berkurang. Mengapa begitu? Karena serangan kedua tim menjadi lebih mudah ditebak dan bersifat spekulatif. Tidak ada perencanaan yang matang seperti di paruh awal babak pertama. Oleh sebab itu, skor turun minum laga Korea Selatan vs Meksiko tetap 0-1.
Babak kedua laga Korea Selatan vs Meksiko menunjukkan warna yang tidak terlalu berbeda. Sebuah serangan balik Meksiko berbuah gol via kaki Chicharito. Seperti yang saya jelaskan di atas, striker mungil ini bisa menemukan ruang yang tepat dengan kecepatan yang tepat pula untuk menerima umpan lalu melakukan feint ke arah mulut gawang. Tipuan sederhana yang mengecoh bek Korea Selatan dan membuat Chicharito bisa membidik gawang dengan lebih nyaman.
Unggul 0-2, Meksiko mengubah susunan pemain depan dengan menarik Vela dan Lozano. Keluarnya kedua pemain ini mengurangi ketajaman serangan Meksiko secara drastis. Sementara itu, Korea Selatan meningkatkan tempo untuk memburu gol. Setelah berbagai percobaan, sepakan indah dari Son Heung-min gagal dijangkau Ochoa.
Yang menarik adalah lini pertahanan Meksiko yang banyak membuat kesalahan di paruh akhir babak kedua. Sebuah situasi yang tentunya tak akan luput dari pengamatan calon lawan mereka di babak 16 besar. Curiganya, Meksiko adalah sebuah tim di mana levelnya menyesuaikan dengan lawan. Ketika melawan Jerman, mereka bisa tampil gemilang. Melawan Korea, Meksiko susah payah di paruh akhir pertandingan.
Satu hal yang pasti, berkat kemenangan ini Meksiko berhasil lolos ke babak 16 besar. Untuk urusan juara grup, masih menunggu semua pertandingan selesai dimainkan.