Kok Bisa ya, ESPN Setuju Barcelona Bakal Juara Liga Champions, Ini Bukan Panggung Messi tapi Mbappe

Kok Bisa ya, ESPN Setuju Barcelona Bakal Juara Liga Champions, Ini Bukan Panggung Messi tapi Mbappe MOJOK.CO

Kok Bisa ya, ESPN Setuju Barcelona Bakal Juara Liga Champions, Ini Bukan Panggung Messi tapi Mbappe MOJOK.CO

MOJOK.COBarcelona calon juara Liga Champions? Bercanda betul. Lionel Messi saja ditelan oleh pemuda 22 tahun bernama Kylian Mbappe.

Kalau tidak salah menghitung, saya belajar analisis sepak bola paling dasar selama dua tahun. Diawali dengan mengikuti kelas Fandom Menulis, disambung belajar analisis secara mandiri dengan menonton, mungkin, ratusan pertandingan dan cuplikan video kemampuan pemain.

Apa yang saya dapat? Saya mendapati diri ini masih tidak tahu apa-apa. Masih sangat banyak ilmu yang saya tidak tahu. Oleh sebab itu, sampai detik ini, menganalisis (atau memprediksi) tim mana yang akan menang atau menjadi juara itu tidak selalu berani saya lakukan.

Kalau untuk senang-senang atau konten tweet di Twitter @arsenalskicthen tentu beda urusan. Untuk analisis yang serius, saya harus sangat berhati-hati. Apalagi sekarang ini, sudah banyak yang melek dan mau belajar taktik. Tidak sembarangan “menentukan” itu baik adanya.

Nah, satu hari sebelum laga Barcelona vs PSG, akun Twitter ESPN mengunggah sebuah infografik. Isinya adalah “hasil analisis” peluang juara Liga Champions musim ini. Saya agak kaget dengan hasil analisis itu.


Jadi, untuk unggulan pertama, ada nama Manchester City. Nomor dua adalah Barcelona. Nomor tiga ditentukan dan diisi Bayern Munchen. Selanjutnya ada Liverpool, Real Madrid, Chelsea, Juventus, Atletico Madrid, dan Borussia Dortmund.

Infografik yang menempatkan Barcelona sebagai unggulan kedua itu dibuat oleh FiveThirtyEight (sering ditulis 538). Sebuah situsweb berbasis di Amerika Serikat yang fokus ke analisis hasil jajak pendapat, analisis politik, ekonomi, dan olahraga.

Begitu tahu kalau FiveThirtyEight berbasis di Amerika Serikat, saya langsung sadar. Ya mohon maaf ya sebelumnya untuk orang Amerika. Saya agak susah untuk percaya dengan analisis dari orang-orang yang menempatkan Tom Brady, pemain american football, sebagai atlet paling terkenal di dunia melebihi Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, dan Kylian Mbappe.

Dan, analisis mereka terbukti “ngawur” sejauh ini. Barcelona dihajar PSG dengan skor 1-4. Tahukah kamu, di dalam hasil analisis FiveThirtyEight dan dibagian ulang oleh ESPN, tidak ada nama PSG di sana. Makian “konyol” mungkin terlalu halus untuk peristiwa memalukan ini.

Apa yang dipikirkan FiveThirtyEight sebelum menentukan Barcelona dengan dongeng kedaluwarsa Lionel Messi di dalamnya sebagai jagoan nomor dua? Nyatanya, dari cara bermain hingga performa individu, Messi “ditelan” oleh seorang pemuda 22 tahun bernama Mbappe, yang hebatnya, mencetak tiga gol.

Kalau Camp Nou berisi suporter, saya yakin Mbappe akan mendapat standing ovation. Mbappe dan tiga gol yang dia cetak seperti membuka tabir bahwa favoritisme itu nyata di sepak bola. Apakah keberadaan Messi membuat Barcelona otomatis punya kekuatan besar untuk juara Liga Champions?

Ingat, dalam 11 tahun terakhir, di tengah golden age seorang Lionel Messi, Barcelona hanya menang satu piala Liga Champions saja. Eits, jangan kaitkan isi tulisan ini dengan fakta bahwa saya fans Arsenal yang belum pernah juara Liga Champions ya. Saya hanya menyampaikan fakta… dan faktanya, Barcelona sudah membuang usia emas Messi begitu saja.

Mari menengok sejarah barang sebentar. Sejak 2006 hingga 2021, di momen-momen penting Liga Champions, Messi tidak menciptakan “keajaiban” itu sendirian. Dia selalu dikelilingi, bahkan “digendong” pemain lain dan ini sangat sulit dibantah ketika melihat komposisi skuat 10 tahun terakhir.

Pada 2006, Barcelona ditopang oleh Ronaldinho dan Samuel Eto’o di lini depan. 2009, Busquets, Xavi, dan Iniesta menggendong seluruh tim. 2010, Messi menghilang ketika ditelan Inter. 2012, gagal mengeksekusi penalti penting. 2013, menghilang ketika melawan Bayern.

Pada 2014, kalah dari Atletico Madrid. 2015, Neymar muncul sebagai bintang baru dan menggendong tim (tapi banyak orang enggan mengakuinya). 2016, kembali ditelan Atletico. 2017, 2018, 2019, ditelan Juventus, AS Roma, dan Origiiiii!!!!

2020, dibantai Bayern Munchen 8-2 dan baru saja, digebuk PSG dengan skor 1-4 dengan Mbappe mencetak tiga gol. Messi adalah pemain luar biasa. Namun, dia butuh lingkungan yang mendukung. Semua pemain bakal bagus ketika dikelilingi pemain yang mendukung. Itu fakta dan skuat Barcelona sangat buruk di lima tahun terakhir.

Jika kita menengok klasemen La Liga dan mengamati cara bermain Barcelona lekat-lekat, kamu tidak akan sampai hati menjadikan mereka sebagai unggulan nomor dua. FiveThirtyEight dan ESPN mabuk apa, nih, kalau boleh tahu kayaknya nendang banget.

Lantas, apakah Barcelona sebetulnya bisa menjadi juara Liga Champions? Ya tentu saja bisa. Namanya sepak bola, pasti menyimpan misteri yang kadang mengejutkan, kadang menyebalkan. Selama belum tersingkir, semua klub punya peluang.

Satu hal yang ingin saya tegaskan lewat tulisan ini adalah, analisis sepak bola yang beneran itu tidak sembarangan. Ada logika yang membungkus angka. Ada akal sehat yang harus didahulukan ketimbang favoritisme. Oleh sebab itu, para analis yang baik terus belajar tanpa henti. Bukan cuma bisa memaki “pala lu bengkoang!” saja

BACA JUGA Lionel Messi, Peti Mati Barcelona, dan Tabir Kebusukan Bartomeu dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.

Exit mobile version