MOJOK.CO – Kieran Tierney menampar Arsenal dan kita semua yang mudah menyerah dengan disiplin diri, kerja keras, dan konsistensi.
Dini hari sebelum menulis artikel ini, saya menonton konten video Mobile Legend milik Jess No Limit di YouTube. Di dalam video itu, dua teman Jess malah AFK sejak awal game. Salah satu teman Jess kehilangan kepercayaan diri dan merasa pasti kalah ketika kill meter tertinggal 1-5.
Jess tetap tenang menghadapi situasi yang tidak menguntungkan itu. Dalam posisi tiga lawan lima, Jess menegaskan bahwa tim mereka masih bisa menang. Kuncinya adalah bermain sabar dan cerdas. Jika kamu pernah menonton konten tersebut, Jess tidak hanya bermain dengan sabar dan cerdas.
Jess menunjukkan bahwa determinasi untuk menang bisa mengalahkan banyak halangan. Bahkan berhasil menciptakan banyak situasi menguntungkan di dalam game. Misalnya, beberapa kali lawan salah langkah dan terjebak dalam situasi tiga lawan satu. Konon, keberuntungan datang kepada mereka yang berusaha paling keras.
Ucapan Jess terbukti di late game. Lawan kehilangan momentum dan terdesak ke base sendiri. Tim Jess mengakhiri game dengan kill meter 22-20. Melihat Jess No Limit, mantan atlet e-sport dengan determinasi tinggi dan ketenangan diri mengingatkan saya kepada Kieran Tierney, bek kiri Arsenal.
Sebagai fans Arsenal, tidak hanya membuat saya teringat, tetapi juga merasa tertampar oleh determinasi Kieran Tierney. Ketika Arsenal berada dalam periode buruk, banyak pemain senior kehilangan gairah. Fans, di berbagai belahan dunia, kehilangan selera untuk menonton dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk menuntut pemecatan Mikel Arteta.
Mengganti pelatih, mungkin, menjadi solusi paling mudah bagi mereka yang enggan melihat ke dalam diri sendiri. Bagi mereka yang tidak ingin berpikir lebih panjang. Kenyataannya, sebagian masalah Arsenal tidak terletak di pundak pelatih. Sebagian masalah ada di dalam diri pemain. Di dalam mereka yang bertarung di atas lapangan.
Banyak pemain yang tidak menghargai menit bermain yang disediakan Arteta. Para pemain senior justru lebih banyak menyakiti Arsenal ketimbang memberi kebanggaan. Ketika Arteta mengubah skema dan cara bermain, Kieran Tierney sadar bahwa usaha untuk bangkit tidak membutuhkan banyak teori.
Mundur ke 2017, Kieran Tierney bermain di laga Final Piala Liga Skotlandia melawan Aberdeen. Pada menit 27, dagu Tierney terhantam ayunan siku striker Aberdeen, Jayden Stockley. Dagu yang remuk tidak menghentikannya untuk bermain dan memberikan yang terbaik. Pada akhirnya, Celtic menang dan menjadi juara.
Dalam sebuah wawancara, Kieran Tierney menegaskan tidak akan berpikir dua kali untuk mengorbankan dagunya lagi jika artinya Celtic bisa menjadi juara. Berapa banyak dari kita yang sudah merasa paling menderita ketika kelingking kaki terantuk pinggiran meja?
Selain “menampar” banyak orang dengan determinasinya, Kieran Tierney juga mengingatkan kita akan kesederhanaan. Selama membela Arsenal, Tierney mengaku belum pernah plesiran ke Central London. Dia lebih banyak menghabiskan waktu dengan berlatih dan di rumah saja.
Suatu kali, dia tertangkap kamera wartawan datang ke stadion dengan tas punggung sederhana dan menenteng tas kresek Tesco berisi pakaian. Sangat kontras dengan pemain lainnya, yang tidak punya gairah ketika situasi memburuk, yang datang ke stadion dengan tas mewah dan setelan rapi.
Kieran Tierney seperti mas-mas anak kos Jogja yang sewa satu bulan cuma Rp500 ribu. Untuk belanja bulanan, dia pergi ke Mirota Kampus untuk beli sampo sasetan, sabun batangan biar awet, dan minyak rambut merek Gatsby paling murah. Pulangnya jajan kue pukis rasa cokelat dan pandan yang masih hangat masing-masing satu biji karena harganya agak mahal.
Kerja keras dan kesederhanaan Kieran Tierney terlihat di atas lapangan. Sejak Desember 2020, bek kiri Arsenal berusia 23 tahun itu sudah membuat 15 peluang. Terbanyak di antara bek-bek Liga Inggris lainnya.
Ada berapa peluang yang sudah dibuat banyak pemain senior di rentang waktu yang sama? Saya tidak sempat menghitung. Namun, saya yakin, para pemain kreatif itu lebih banyak mengeluh dan menyindir di media sosial ketimbang berkaca dan bekerja keras dalam diam.
“Menurutmu, apa yang menjadi penyebab titik balik Arsenal?”
“Kerja keras secara konsisten,” jawab Kieran Tierney pendek.
Kerja keras dan konsistensi adalah dua hal yang berbeda. Ada yang bisa bekerja keras dalam waktu singkat. Namun, nyatanya, sangat sulit untuk konsisten. Ada berapa dari kita yang lebih memilih untuk banyak mengeluh ketimbang mencoba terlebih dahulu?
Kieran Tierney bukan seperti bek-bek kiri kelas dunia dengan kemampuan teknis yang tinggi. Dia bukan bek kiri yang luwes melewati dua atau tiga pemain dengan giringan bolanya. Tierney bermain dengan determinasi dan kemampuan mendobrak. Dia tidak takut gagal. Dia akan terus mencoba. Bahkan ketika dagunya remuk atau staminanya habis.
Tierney mengingatkan Arsenal dan kita semua bahwa pada awalnya adalah kerja keras. Bagi banyak orang, tahun ini bakal lebih berat ketimbang tahun lalu. Akan lebih banyak orang menderita tahun ini. Disiplin diri dan niat untuk kerja keras, dilandasi konsistensi dan semangat berbagi yang menjadi kunci.
Hal-hal fundamental dalam hidup itu bisa kamu temukan dalam diri Kieran Tierney yang sederhana itu. Ada berapa banyak dari kamu ‘tertampar’ oleh kerja keras Tierney?
BACA JUGA Bukayo Saka, Bocah yang “Dipaksa” Memikul Beban Berat Bernama Arsenal dan Timnas Inggris dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.