MOJOK.CO – Sudah sangat betul kalau Kai Havertz menolak Manchester United, Liverpool, apalagi Arsenal. Bayern Munchen itu pilihan bijak demi ketenangan batin.
Usianya baru 20 tahun, Kai Havertz sudah mencatatkan lebih dari 100 pertandingan bersama Bayer Leverkusen. Jumlah pertandingan ini penting untuk melihat besarnya kualitas Kai. Bukan lagi soal potensi. Dan dengan jumlah pertandingan lebih dari 100 itu, sosok Kai diidamkan oleh separuh klub kaya di Eropa.
Wajar, jika pada akhirnya, Kai Havertz memilih Bayern Munchen di “musim panas” yang akan datang. Sky Jerman melaporkan kalau pemain berkaki kidal itu akan menolak pendekatan Barcelona. Kalau sekelas Barcelona saja ditolak, mau apa klub-klub seperti Manchester United, Liverpool, apalagi Arsenal.
Apa, sih, masalahnya ketika Kai Havertz nanti berseragam Bayern Munchen? Sama sekali tidak ada. Hanya fans snob dan keras hati yang memandang pindah ke Bayern adalah pilihan buruk. Kalau mau bicara prestasi, klub yang dominan di Bundesliga itu juga jaminan. Dan nggak cuma Bundesliga saja, Bayern adalah salah satu kekuatan besar di Eropa.
Tidak aneh kalau Bayern Munchen menjadi klub yang diidamkan oleh banyak pemain muda dari Jerman. Kalau kita tidak memasukkan aspek prestasi pun Bayern tetap pilihan yang sangat bijak. Bahkan ideal untuk karier Kai Havertz ke depan. Kenapa bisa begitu?
Bayern Munchen, mulai tahun 1980, sudah begitu gigih membangun kekuatan finansial. Bisa dikatakan, mereka bisa mandiri secara finansial. Mereka tidak mengandalkan, meminjam istilah teman saya Bram Sitompul: “Dan kini mereka sangat sukses meskipun tanpa bantuan raja minyak Rusia atau saudagar kaya Timur Tengah.”
Tanpa uang dengan aroma minyak dari Rusia atau Timur Tengah, Bayern Munchen jauh dari “kontroversi finansial”. Coba tengok klub-klub yang dimandikan dengan uang minyak. Pasti menemui masalah. Chelsea dengan embargo transfer, Manchester City yang melanggar Financial Fair Play, dan Paris Saint-Germain yang dibantu negara untuk “membeli” Neymar.
Perlu kamu ketahui, kestabilan klub dari sisi finansial, yang mana artinya tidak ada kasus di dalamnya, juga bisa menjadi pertimbangan pemain. Kestabilan karier dan jauh dari kontroversi itu krusial banget. Paling tidak, membuat pemain merasa nyaman. Kerja mereka hanya di lapangan hijau saja, tidak perlu ikut memikirkan masa depannya bersama klub.
Selain mandiri secara finansial, Bayern Munchen menawarkan kestabilan bagi Kai Havertz. Secara tim, Bayern unggul satu level dari semua klub Bundesliga. Kalau prestasi menjadi bahan pertimbangan bagi pemain muda, aspek ini sangat penting. Ketika bergabung dengan Bayern kamu tahu hanya tinggal menjaga konsistensi untuk menjadi juara.
Saya rasa ini sebuah kemewahan bagi pemain muda. Ketika dia mendapatkan sebuah garansi bahwa prestasi itu tidak jauh dari gapaian tangan. Perlu diakui, kestabilan tim ini belum bisa ditawarkan oleh klub-klub dari luar Jerman yang minat kepada Kai Havertz.
Barcelona? Ketika sebuah tim tidak tahu mau ngapain di bursa transfer, sebaiknya klub seperti ini dijauhi. Barcelona jauh lebih butuh berinvestasi di bek tengah dan striker ketimbang gelandang seperti Kai Havertz. Pun kamu tahu kalau Presiden Barcelona adalah “orang jahat”. Dia menggunakan sebuah firma untuk menyerang lawan-lawannya, baik klub rival, mantan pemain, bahkan pemain yang saat ini berseragam Barcelona. Mau gabung sama orang jahat?
Remember when Barcelona paid a venture capital firm to smear players, potential presidents, and club legends on social media?
According to @sport‘s @xavitorresll , Barcelona tapped into La Masia’s budget to pay the firm’s invoices. https://t.co/vrfkKYCk4i
— Zach Lowy (@ZachLowy) April 12, 2020
Manchester United? Kalau mau downgrade karier demi sebuah tantangan, Manchester United adalah pilihan tepat. Kai Havertz adalah sosok pemenang. Arah menuju juara menjadi jalan yang harus dia pilih, bukan bertarung di papan tengah dan kadang-kadang di jurang degradasi. Gelandang yang selevel dengan Manchester United itu ya seperti Jesse Lingard dan para medioker yang “dipelihara dengan baik”.
Liverpool? Klub naif yang belum bisa menentukan prioritas seperti Liverpool ini sangat berbahaya. Terutama bagi kesehatan pikiran. Hasrat memenangi tiga piala kandas karena Jurgen Klopp yang terlalu naif. Enggan memberi istirahat kepada pemainnya di momen penting. Namun memang, kalau pilihannya cuma Manchester United, Liverpool, dan Arsenal, Kai perlu memilih…bertahan saja di Leverkusen.
Arsenal? Aduh. Jangan. Mau jadi penerus Mesut Ozil? Bergabung ke sebuah tim yang sangat tidak seimbang ini tidak baik untuk kesehatan jantung. Apakah Kai Havertz adalah seorang masokis yang “menikmati kesakitan” karena dikhianati harapan setiap minggu? Sudah, jangan, berat. Biar fans Arsenal saja, Kai, kamu tidak kuat.
Menjadi pemain Arsenal adalah sebuah perjuangan melawan ketidakpastian. Kalau memikirkan yang tidak pasti adalah makanan sehari-hari, ngapain mau membahas prestasi, apalagi juara di akhir hari.
Maka dari itu, memilih Bayern Munchen adalah pilihan bijak, selain bertahan saja di Leverkusen. Toh Leverkusen bukan tim sembarangan. Saat ini, mereka duduk di posisi kedua. Cukup konsisten, meskipun karena keberadaan Bayern, mereka mendapatkan julukan “Never-Kusen”.
Christian Seifert, CEO Bundesliga sudah mengingatkan kalau potensi transfer dengan nominal besar bisa gagal terjadi di musim panas karena efek pandemi corona. Sebuah pengingat yang penting untuk diperhatikan mengingat banderol Kai Havertz lebih dari 100 juta euro. Namun, Bayern adalah Bayern. Kemandirian secara finansial mungkin akan berpengaruh besar ketika jendela transfer kembali terbuka kelak.
Sudah, Kai, demi kenyamanan, kepastian, dan kesehatan jantung, jangan berpikir dua kali untuk menolak Manchester United, Liverpool, apalagi Arsenal. Bayern saja. Sudah paling benar.
BACA JUGA Arsenal x Manchester United: Perlombaan Menjadi Pecundang Sejagat Raya atau tulisan-tulisan lainnya dari Yamadipati Seno di rubrik BALBALAN.