Haruna Out? Goodbye Shin Tae-yong, Revolusi PSSI Cuma Sebatas Angan

Haruna out? PSSI bakal tetap gini-gini aja. Malah kita harus siap melepas Coach Shin Tae-yong.

Haruna Out? Goodbye Shin Tae-yong, Revolusi PSSI Cuma Sebatas Angan

Ilustrasi Haruna (mojok.co/ega fansuri)

MOJOK.COKampanye Haruna Out tidak akan maknanya. Revolusi PSSI itu cuma angan saja. Goodbye Coach Shin Tae-yong. Semoga sehat selalu.

Senin (17/1) pagi, mungkin sejak pukul tujuh pagi, saya menimbang topik Haruna untuk ditulis. Gaung kampanye #HarunaOut berkumandang sangat keras. Diawali komentar-komentar aneh anggota Exco PSSI di sebuah podcast, rakyat bersatu untuk mendukung Shin Tae-yong.

Komentar Haruna tentang Shin Tae-yong sebenarnya bukan hal aneh. Kalau kamu terkejut, justru agak janggal. Kita sama-sama tahu kualitas dari isian PSSI. Pada titik tertentu, oraganisasi itu nggak perlu dipancing untuk membuka bobrok sendiri. Mereka akan melakukannya tanpa diminta atau dipancing.

Kamu tinggal mencari jejak Haruna di sepak bola Indonesia. Tidak ada bau harum dari jejak beliau. Saya tidak mengada-ada atau sedang menuduh, tapi memang begitu yang tersaji di banyak platform media. Lagian, memaksakan “orang lama” untuk membicarakan “hal baru” dalam hal ini konsep Shin Tae-yong, adalah pekerjaan sia-sia.

Haruna sendiri mengakui bahwa menghargai proses itu tidak ada dalam kamus PSSI. Penginnya serba instan, langsung juara, apalagi setelah PSSI mengganjar Shin Tae-yong dengan gaji tinggi. Lucunya, kalau Coach Shin memang memburu gaji tinggi, dia tinggal menerima tawaran sebuah klub dari Cina, bukannya malah menderita berhadapan dengan sebuah organisasi sepak bola Indonesia yang sudah terlalu sering bikin sakit hati.

Bapak Exco terhormat itu bahkan menyebut konsep Shin Tae-yong adalah sepak bola direct. Lewat kalimat ini, kita tahu seberapa dalam pemahaman Haruna akan konsep sepak bola modern yang dibawa Coach Shin. Bahkan, jangan-jangan, Bapak Exco terhormat itu nggak nonton timnas di AFF lalu.

Terkadang, kita melakukan pekerjaan sia-sia ketika berharap orang lama bisa menelurkan output baru padahal cara berpikirnya masih pakai pola lama. Apa, sih, yang dimaksud pola lama?

Ya cara berpikir orang-orang lama yang mengisi PSSI saat ini. Misalnya, mereka berharap timnas langsung menelurkan prestasi di bawah asuhan Shin Tae-yong. Padahal, kualitas liga, dari level tertinggi sampai amatir, terhitung menyedihkan. Ya soal jadwal, lisensi klub, kualitas wasit, kekerasan yang tak terselesaikan, dan lain sebagainya.

Teorinya selalu sama, kok. Kalau timnas mau berprestasi, benahi dulu kompetisinya. Well, kata “benahi” pun mungkin masih terdengar terlalu canggih untuk isian PSSI. Bagi mereka, tidak ada yang perlu dibenahi, kok. Yang penting status quo tetap terjaga, langgeng, dan bisa menjadikan sepak bola Indonesia sebagai batu loncatan.

Kompetisi payah? Sudah lebih dari satu dekade tidak ada hal baru yang ditawarkan. Tidak ada terobosan yang bikin kita terpukau. Oleh sebab itu, meski isian PSSI “dikatakan” berubah, meski Haruna sukses dipaksa keluar dari lingkaran sepak bola Indonesia, tidak akan ada perubahan.

Makanya, kampanye #HarunaOut itu nggak ada gunanya. Pola pikir mereka masih sama.

Gimana, ya. Saya, sih, menganjurkan teman-teman yang mencintai sepak bola dan timnas untuk siap-siap kecewa. Ketika Shin Tae-yong bilang ingin mengubah kultur sepak bola Indonesia, kita seharusnya sadar masa depannya bersama timnas tidak akan lama lagi.

Mengubah kultur itu seperti menekan tombol reset pabrik sebuah perangkat elektronik. Mengembalikan semuanya ke pengaturan awal, lalu mengubah isian menjadi “hal baru” bukan pekerjaan mudah. Selain itu, mereka yang sudah berada di dalamnya, seperti Haruna, pasti akan terancam hilang.

Padahal, kita sama-sama tahu, PSSI tidak akan menjadi baik ketika pengurus yang sama kasih ada di sana. Bahkan, aman untuk dikatakan, kalau “orang lama” masih mencelupkan tangannya di sepak bola Indonesia, ya semuanya masih akan seperti ini.

Kondisi negatif ini pasti akan dijaga dengan segala cara. Kembali lagi, contohnya adalah prestasi timnas. Kalau kualitas kompetisi tidak pernah ditingkatkan, jangan pernah berharap timnas berprestasi. Sudah begitu, Shin Tae-yong yang punya harapan tinggi, pasti disingkirkan perlahan. Polanya sudah begitu dari dulu.

Kita pasti bersatu untuk mendukung Shin Tae-yong. Sudah pasti itu. Kita, yang waras dan punya harapan baik, bisa melihat makna dari proses yang dibangun Coach Shin. Permainan timnas di AFF memang belum memuaskan, tapi kita melihat hal baru yang tidak bisa dibangun pelatih lama dalam waktu singkat.

Yah, oleh sebab itu, saya akhiri tulisan ini sampai di sini. Selebihnya cuma akan jadi usaha saya untuk memperpanjang tulisan demi reading time sebuah website. Kampanye Haruna Out tidak akan maknanya. Revolusi PSSI itu cuma angan saja.

Goodbye Coach Shin Tae-yong. Semoga sehat selalu.

BACA JUGA PSSI dan Indra Sjafri Mencoreng Arang ke Kening Sendiri dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.

Penulis: Yamadipati Seno

Editor: Yamadipati Seno

Exit mobile version