MOJOK.CO – Arsenal punya catatan buruk di laga pembuka Liga Inggris. Dari empat musim terakhir, mereka mencatatkan 1 kali menang dan 3 kali kalah. Hobi kok kalahan.
Sejarah di sepak bola punya kecenderungan untuk terulang. Ada yang butuh satu dekade, ada yang rutin terjadi di setiap awal musim. Betul, yang saya maksud adalah catatan sejarah laga pembuka musim Arsenal yang kurang menyenangkan.
Sejak musim 2015/2016 hingga 2018/2019, Arsenal hanya menang satu kali di laga pembuka Liga Inggris. Selebihnya, mereka selalu kalah. Entah karena ekspektasi yang terlalu tinggi, inkonsistensi yang mandarah daging, atau memang bertemu dengan lawan dengan kualitas lebih baik.
Musim 2015/2016, secara mengejutkan mereka kalah dari West Ham United dengan skor 0-2. Laga itu berjalan begitu lambat. West Ham menikmati betul kebingungan Arsenal membangun serangan. Memang betul The Gunners mengusasi penguasaan bola, namun tak pernah bisa melukai pertahanan West Ham.
Justru West Ham yang menghukum Arsenal dengan dua gol yang dibuat oleh Cheikhou Kouyate dan Mauro Zarate. Kalah dari West Ham melukai sejarah panjang Arsenal yang tidak kalah di laga pembuka Liga Inggris selama 14 tahun.
Kekalahan dari West Ham itu menjadi ikonik ketika setelah laga, Alexis Sanchez terlihat langsung latihan di lapangan Emirates demi mengembalikan kebugarannya. Sebuah pemandangan yang menyedihkan. Pemain yang baru pulang dari Piala Dunia, justru menjadi yang paling peduli dengan kondisi klub. Ia ingin segera bisa membantu tim. Masa-masa suram bagi Arsenal.
Musim berjalan, laga pembuka terjadi lagi. Musim baru, 2016/2017, Arsenal melanjutkan tren kekalahan ketika tunduk dari Liverpool dengan skor 3-4. Lagi-lagi kekalahan di laga pembuka Liga Inggris yang digelar di Emirates. Ini jadi kemenangan kedua Liverpool dalam 21 kali lawatan ke kandang Arsenal. Entah kenapa, Arsenal memang hobi memberikan rekor menyenangkan untuk lawan.
Hasil berbeda terjadi di Liga Inggris musim 2017/2018 ketika The Gunners menjamu Leicester City. Kali ini, mereka menang dengan skor 4-3. Sebuah parade gol yang sukses membuat jantung Gooners berdetak lebih sangat kencang.
Festival gol ini menandakan buruknya lini pertahanan The Gunners. Setelah menang dari Leicester, mereka kalah dua kali beruntun dari Stoke City dan Liverpool. Melawan Liverpool, mereka dibantai dengan skor 4-0. Sungguh, inkonsistensi yang konsisten.
Kekalahan lagi-lagi terjadi laga pembuka Liga Inggris 2018/2019. Kamu bisa berkilah kalau di dua laga awal musim ini, The Gunners sudah harus melawan Manchester City dan Chelsea. The Gunners, yang mulai musim 2018/2019 dilatih Unai Emery, kalah dengan skor 0-2 dan 3-2. Meski kalah, cara bermain dan determinasi tim ini sudah membaik.
Bagaimana dengan laga perdana Liga Inggris musim 2019/2020? Untuk kali pertama dalam empat tahun terakhir, Arsenal akan tandang ke rumah Newcastle United. Stadion yang tidak terlalu ramah kepada The Gunners. Dan yang bakal bikin jantung Gooners akan dipacu sekali lagi adalah kondisi tim yang belum bisa langsung diajak tancap gas.
Ada kemungkinan Nicolas Pepe, Alexandre Lacazette, dan David Luiz belum akan bermain karena kondisi fisik. Sementara itu, Kieran Tierney jelas akan absen karena cedera pinggang dan baru akan kembali di Oktober 2019 nanti.
Untungnya, catatan pra-musim The Gunners cukup baik, terutama ketika Emery memainkan banyak pemain muda. Terasa lebih segar, para pemain muda The Gunners seperti bermain tanpa beban. Reiss Nelson, Joe Willock, dan Gabriel Martinelli bisa memberikan dimensi yang berbeda. Pemain muda cenderung tanpa takut dan punya gairah tinggi ketika terus mendapatkan kepercayaan.
Jadi, kesimpulannya, Emery akan menghadapi catatan sejarah yang, seperti saya katakan di awal, cenderung berulang. Emery punya skuat yang sudah mulai “panas” untuk mematahkan sejarah buruk itu. Bisa, dong?
Kejutan kecil di sebuah laga Liga Inggris yang nggak terlalu big match
Laga pembuka Liga Inggris 2019/2020 sudah akan diwarnai laga “big match” antara Manchester United melawan Chelsea. Well, mempertimbangkan kondisi skuat, laga ini sudah nggak terlalu “big” lagi. Namun, bukan berarti tidak punya kejutan untuk dinantikan.
Sepeninggal Romelu Lukaku, bek terbaik United, Anthony Martial dan Marcus Rashford akan menjadi dua andalan di depan. Posisi ideal keduanya adalah penyerang tengah. Posisi yang musim lalu tak bisa sering-sering mereka rasakan karena keberadaan Lukaku. Jika keduanya dikembalikan ke posisi aslinya, United mungkin bisa menemukan kembali duet legendaris mereka: Andrew Cole dan Dwight York dalam diri Martial-Rashford.
Ketika bisa dijaga tetap dalam performa terbaik, Martial sulit dibendung bek-bek Liga Inggris. Ia cerdik, berani beradu fisik, dan punya end product yang lumayan. Atribut yang cocok dengan duetnya, Rashford.
Sementara itu, dari kubu Chelsea, kejutan yang bisa mereka berikan adalah kenyataan bahwa ide Frank Lampard sudah mulai bisa diterima. Skuat yang justru menjadi dekat karena tidak boleh membeli pemain membuat Chelsea bisa menjadi tim yang berbahaya. Meski “tanpa bintang” sepeninggal Eden Hazard, tim yang bersatu akan selalu sulit dikalahkan.