MOJOK.CO – El Clasico harusnya jadi arena perang bagi Real Madrid versus Barcelona. Namun, musim ini El Clasico adalah tempat memadu kasih kedua rival tersebut.
Tak ada rivalitas yang lebih romantis daripada Barcelona dan Real Madrid. Pertemuan keduanya yang digelari El Clasico mestinya membuat mereka saling benci. Tapi eh tapi, kebencian itu malah sering bikin kedua tim berpegangan tangan secara tak sadar kayak di adegan teenlit.
Perebutan gelar juara La Liga bisa jadi contoh jelas.
Musim ini Real Madrid dan Barcelona sama-sama punya rekrutan baru. Antoine Griezmann merapat ke Barcelona, Real Madrid merekrut Eden Hazard. Kedua pemain tersebut prestasinya bukan kaleng-kaleng. Dunia tidak sabar menunggu kedua pemain tersebut bertarung di El Clasico.
Antoine Griezmann membawa Atletico Madrid ke final Liga Champions dua kali dan menjuarai La Liga. Ia juga ada di timnas Prancis ketika menjadi kampiun Piala Dunia 2018. Sedangkan Eden Hazard membawa Belgia menjadi juara 3 Piala Dunia 2018 dan membantu Chelsea keluar sebagai juara Liga Inggris dan liga malam Jumat.
Dan keduanya sama-sama belum mampu mengulang performa buas di tim baru masing-masing.
Real Madrid dan Barcelona memang sedang bahagia atas performa wonderkid mereka. Ansu Fati membawa Barcelona memenangi duel lawan Inter Milan dan menjadi pencetak gol termuda di Liga Champions. Rodrygo Goes mencetak hattrick ke gawang Galatasaray dan menjadi pemain termuda kedua Real Madrid yang mencetak hattrick.
Lebih romantis lagi, Real Madrid dan Barcelona di musim ini berbagi poin yang sama dan sepertinya saling pekewuh untuk menyalip satu sama lain. Memang Barcelona sempat menyalip Real Madrid, tapi setelah itu praktis tidak ada perubahan sama sekali. Real Madrid yang sempat meninggalkan Barcelona justru terlihat “menunggu” Barcelona mendapat poin sementara dia sendiri terkesan membuang poin.
Setelah poinnya sama, kedua tim tersebut juga kayak sepakat untuk membuat dagelan yang tidak lucu. Masak ya salip-salipan di El Clasico doang?
Di matchday 12, UD (bukan unit dagang) Levante membantai Barcelona 3-1. Mengetahui mereka bisa menyalip Barcelona di puncak, Real Madrid yang datang dengan kekuatan penuh justru bermain imbang melawan Real Betis. Kejadian yang sama terulang di matchday 17.
Real Sociedad dan Valencia menahan imbang kedua tim pemuncak klasemen. Diperkuat Messi, Barcelona gagal meraih poin penuh di kandang lawan setelah pertandingan berakhir 2-2.
Di tempat lain, Real Madrid tidak memainkan Casemiro dan memainkan Kroos-Modric-Valverde. Alih-alih memainkan Bale, Zidane justru mendapuk Isco sebagai left winger. Gol pun baru datang di pengujung laga, menit 90 +5.
Menuju El Clasico yang juga penuh drama karena jadwalnya berubah berkali-kali, saya tidak begitu yakin Real Madrid dan Barcelona akan saling menggigit seperti masa Ronaldo masih di Real Madrid. Valverde seperti tidak tahu mau diapain Barcelona dan Zidane puyeng dengan gelombang cedera serta pemain cadangan yang belum menunjukkan kapasitas setara.
Besar kemungkinan Hazard tidak akan memperkuat Madrid di El Clasico nanti karena cedera. Pelapisnya di sayap kiri, yaitu Vinicius Junior, belum bisa diandalkan. Vinicius ini dikritik fans Madrid karena dianggap bermain demi menjadi YouTube highlight doang. Kemungkinan menggeser Rodrygo ke kiri dan memainkan Bale masih memungkinkan, tapi semenjak tragedi “Wales, Golf, Madrid. In that order”, Zidane masih urung memainkan Bale sebagai starter.
Melawan Madrid yang pincang, Barcelona harusnya di atas angin di laga El Clasico nanti. Namun, kita berbicara Barcelonanya Valverde, yang secara ajaib diremuk Liverpool tanpa memberi perlawanan sama sekali dan terlalu bergantung sama Messi.
Harusnya kekuatan Barcelona adalah kolektivitas permainan yang tidak bergantung pada satu pemain. Ia tim yang tidak mudah dihancurkan meskipun satu pemain terkunci karena sistem permainan yang jelas. Padahal tim tanpa sistem, mau diperkuat pemain-pemain terbaik dunia sekalipun, akan mudah dihancurkan tim lain.
Messi, meskipun alien, dia tidak akan bisa terus-terusan membuat keajaiban jika sistemnya terus-terusan tidak bisa mendukungnya. Keajaiban Messi tidak muncul saat melawan Sociedad, dan tidak menutup kemungkinan sihir Messi kembali tidak muncul di El Clasico.
Laga El Clasico nanti akan menjadi gambaran yang sempurna akan keromantisan kedua tim ini. Tidak akan mengagetkan kalau kedua tim ini menunjukkan permainan yang gila. Tapi tidak mengherankan juga kalau kedua tim ini malah menujukkan permainan yang anti-klimaks.
Sejatinya, mereka berdua adalah cinta sejati yang saling membenci. Saking cintanya, Madrid sampai tidak mau menggeser Barcelona meski gagal menang. Hasuuu.
BACA JUGA Neymar Menjerat Kaki Real Madrid dan Barcelona dan/atau artikel menarik lainnya di rubrik BALBALAN.