MOJOK.CO – Apakah Arsenal akan dibuat menyesal ketika kelak melepas Xhaka yang bermain baik bersama timnas Swiss di Euro 2020? Atau malah bahagia?
Saya pribadi akan sangat menyesal jika Arsenal melepas Granit Xhaka selepas gelaran Euro 2020. Apalagi, harga transfer pemain berpaspor Swiss itu konon tak lebih dari 20 juta euro. Bisa jadi, AS Roma akan mendapatkan pemain bagus dengan harga murah.
Saya juga memahami kalau di luar sana banyak fans Arsenal kesulitan menemukan bagusnya Xhaka tuh di mana. Memang, menyukai pemain seperti Xhaka ini butuh pengetahuan akan sepak bola yang agak lumayan. Maklum, kontribusi mantan pemain Moenchengladbach ini tidak “terlihat mencolok”.
Banyak fans Arsenal yang agak lambat cara berpikirnya berpikir bahwa Xhaka itu pemain jelek karena “selalu” bikin blunder, “sering” kartu kuning, larinya lambat, mainnya kasar, dan lain sebagainya. Hal-hal ini memang ini memang mencolok dan kita kadang nggak bisa dan mau melihat kebaikan orang karena menutup diri dengan prasangka.
Satu hal yang tidak dipahami fans seperti ini adalah lini tengah Arsenal kehilangan “jembatan” ketika Xhaka absen. Persentase umpan sukses tim menurun. Sirkulasi bola menjadi tidak nyaman. Nah, ini hal-hal yang “tidak terlihat” oleh mata bebal. Makanya, pemain yang main bagus bersama timnas Swiss itu sering menjadi kambing hitam kalau Arsenal kalah. Sedih.
Yah, itu satu hal. Ada satu hal lainnya yang menarik siang ini. Fabrizio Romano mengabarkan bahwa Arsenal sudah mengajukan tawaran resmi untuk membeli Albert Sambi Lokonga. Apakah anak muda ini akan menjadi pengganti Xhaka di lini tengah?
Dilema Arsenal?
Terkait Xhaka dan Lokonga, memang bisa dikatakan bahwa Arsenal akan terjebak dalam dilema. Namun, di sisi lain, The Gunners akan terhindar dari kekecewaan untuk jangka panjang. Mari saya jelaskan.
Seorang pesepak bola pasti akan bermain sepenuh hati ketika mengenakan seragam timnas. Dia akan mendisiplinkan diri lebih keras, sepenuhnya fokus, dan bertanggung jawab atas kepercayaan yang sudah diberikan. Nggak tahu kalau pemain timnas Indonesia yang sudah terpilih tapi malah makan gorengan dan bikin ulah. Duh, abangkuhhh… hasshh!
Ketika di pemain bermain di kompetisi besar, misalnya Xhaka dan timnas Swiss, determinasi untuk memberikan yang terbaik pasti ada di dalam kepala. Oleh sebab itu, sering terjadi, seorang pesepak bola bermain lebih bagus atau stabil ketika membela timnas. Contohnya James Rodriguez bersama timnas Kolombia.
James berhasil membawa performa terbaik yang dia tunjukkan bersama AS Monaco ke timnas Kolombia di Piala Dunia 2014. Dia bahkan membuat gol terbaik di turnamen sepak bola terbesar di dunia itu. Berkat performanya itu, James diboyong Real Madrid, bahkan mendapat nomor punggung 10.
Setelah itu, yah, kamu semua tahu bagaimana karier James. Yang ingin saya katakan adalah: performa bersama timnas tidak bisa dijadikan patokan tunggal terkait performa pemain setelah membela klub. Ada banyak aspek yang perlu dipikirkan. Misalnya, adaptasi, perbedaan komposisi pemain, perbedaan cara bermain, perbedaan peran di lapangan, dan lain sebagainya.
Arsenal bisa saja akan sangat menyesal melepas Xhaka yang bermain bagus bersama Swiss dengan harga murah. Apalagi si pemain sedang di usia puncak. Namun, di sisi lain, The Gunners bisa jadi berhasil menghindari kekecewaan berlebih di masa depan. Xhaka, yang bermain bagus bersama Swiss, memang masih berusia 28 tahun.
Namun, jika melihatnya dari sisi yang berbeda, usia produktif pemain kidal ini tidak akan lebih dari 4 tahun. Satu hal lagi, Serie A bukan lagi liga dengan tempo bermain lambat. Liga Italia kini sangat kompetitif, tempo cepat, penuh darah muda, dan sangat taktikal.
Fans Arsenal seharusnya sangat hafal dengan kebiasaan klub yang gagal menjual pemain di ujung kontrak. Ketika kompetisi sudah sepak mula lagi, kontrak Xhaka hanya akan menyisakan 2 tahun produktif. Melepasnya dengan harga 20 juta euro menjelang akhir kontrak di musim depan bukan keputusan yang buruk.
Selain itu, uang penjualan pemain memang tengah dibutuhkan Arsenal. Bukan hanya untuk membeli pemain baru seperti Lokonga. The Gunners juga perlu cermat mempertimbangkan keseimbangan gaji. Mengingat mereka yang membawa pulang gaji dengan nominal besar belum ada kabar akan dilepas.
Yah, kalau saya pribadi, mempertahankan Xhaka itu penting juga untuk tim. Namun, di sisi lain, tentu saya tidak akan keberatan apabila penjualan pemain memang ditujukan untuk kepentingan yang lebih besar, misalnya untuk perubahan cara bermain menuju cara-cara positif. Arteta ingin bermain dengan tiga gelandang dan menjadikan Thomas Partey sebagai gelandang bertahan tunggal. Memang agak susah memasukkan Xhaka ke dalam sistem ini.
Pada akhhirnya saya hanya ingin mengingatkan. Jangan menilai pemain dengan takaran suka atau tidak. Gunakan takaran yang objektif dan pertimbangkan banyak sisi. Mereka yang terlihat buruk rupa, ternyata baik hatinya. Kita tidak akan pernah tahu jika memang tak pernah mau memahami.
BACA JUGA Apologia Granit Xhaka: Punggung Kapten Arsenal dan Kelam Selebritas dan tulisan Yamadipati Seno lainnya.