MOJOK.CO – Kalau Arsenal, Liverpool, Chelsea, dan banyak klub Liga Inggris mendukung kampanye kesetaraan hak LGBT di dunia olahraga, kamu mau apa?
Dua hari yang lalu, kolom notifikasi Twitter @arsenalskitchen ramai dengan perdebatan soal LGBT. Perdebatan ini tidak ujug-ujug muncul. Apa pasal? Liga Inggris, dan banyak klub di dalamnya, menyatakan dukungan kepada kaum Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender atau LGBT. Kampanye yang mereka serukan adalah “This is everyone’s game.” Ini olahraga untuk semua orang.
Arsenal, Liverpool, Chelsea, dan banyak klub Liga Inggris lainnya menunjukkan dukungannya kepada kaum LGBT dengan sebuah penanda. Mulai dari tali sepatu, ban kanten, hingga kotak penyangga bola, diwarnai dengan warna pelangi. Otoritas Liga Inggris memang sudah sejak musim lalu bekerja sama dengan Stonewall, sebuah organisasi yang mengampanyekan kesetaraan hak kaum LGBT di dunia olahraga.
Saya ulangi ya. Kerja sama antara Liga Inggris dan Stonewall sudah terjalin sejak musim lalu. Dan, setiap kali tiba hari kampanye persamaan hak LGBT di dunia olahraga (dan di semua bidang kehidupan), ontran-ontran terjadi. Dan seperti biasa, mereka yang tanpa dosa, berkotbah soal azab. Heboh kok terjadwal.
Menjadi lucu kemudian adalah ada sebuah akun fanbase Arsenal, di Indonesia, yang mengajak followers mereka, untuk ramai-ramai unfollow akun Twitter resmi Arsenal. Jangan tanggung-tanggung bos, sekalian tutup akun sekalian kalau memang menolak kaum LGBT, yang didukung Arsenal.
Semakin goblok, ketika akun ini berkicau, bahagia, ketika Arsenal berhasil mengalahkan Tottenham Hotspur. Katanya ngajak ramai-ramai unfollow Arsenal. Kok masih pakai embel-embel Arsenal di nama akun? Sampai saat ini, kita punya istilah untuk mereka-mereka yang seperti ini. Namanya “munafik”. Nggak tahu kalau sudah ganti. Nggak takut kena azab, bos? Menjadi munafik kan juga dilarang di agama.
Lagian perdebatan soal azab karena mendukung kesetaraan hak LGBT ini juga lucu. Teriak-teriak takut kena azab, dosa, hina, tapi sejak lahir hingga bisa bikin akun Twitter, dirinya tak bersih dari dosa. Ya sama seperti sebuah akun pendukung Arsenal yang mengajak unfollow tapi masih follow. Kamu termasuk kaum munafik?
Buat siapa saja, yang merasa tidak pernah bikin dosa, silakan maju duluan untuk ngehina kampanye kesetaraan hak LGBT di dunia olahraga!
Sebetulnya, sejak zaman Nabi Luth, yang dikecam itu perilaku seksual atau orientasinya? Kalau kata Windu Jusuf: sodominya atau homoseksualitasnya?
Windu menyajikan argumen yang menarik soal ini. Biar kamu semua melek pengetahuan, sodomi itu tidak terbatas kepada aktivitas seks anal saja. Menurut Undang-Undang di banyak negara di Eropa, sodomi meliputi aktivitas seksual yang tidak pro-kreasi, atau yang tidak menghasilkan keturunan.
Maka dari itu, seks oral juga masuk ke dalam kategori sodomi. Menggunakan definisi tersebut, seluruh aktivitas seks yang tidak bertujuan bikin anak adalah haram. Ini baik yang dilakukan berpasangan, ramai-ramai, atau solo karier.
Jadi, kalau “pacarmu adalah tangan sebelah kanan”, lalu gemar mencipratkan cairan semen ke tembok kamar mandi, atau berakhir di lembar-lembar tisu, yang kamu lakukan juga sodomi. Haram! Kalau sudah begitu, apa bedanya dengan justifikasi kaum LGBT bakal kena azab? Matek koen!
Saya sih tidak terlalu peduli dengan preferensi para pemain–sudah banyak pemain sepak bola yang mengaku gay–klub, dan otoritas sebuah liga. Jika mereka mau mendukung kampanye kesetaraan hak LGBT, saya, kamu, kita semua, bisa apa?
Yang saya nikmati setiap akhir pekan adalah sepak bola itu sendiri. Merayakan sepak bola, bagi saya, adalah menghormati setiap orang yang sudah terlibat di dalamnya. Mereka yang bekerja untuk sebuah kesenangan yang kita rindukan. Kita merutuki jeda pertandingan internasional karena membuat klub kesayangan tidak bermain di akhir pekan. Maka, nikmati saja permainan itu sendiri. Simpan preferensi seksualmu, jauh di dalam hatimu yang busuk itu.
Oya, kecuali para mafia bola, tukang atur skor, saya tidak bisa menaruh hormat kepada mereka.
Oleh sebab itu, kalau Arsenal, Liverpool, Chelsea, Manchester City dan banyak klub Liga Inggris lainnya mendukung LGBT, kamu mau apa? Mau tidak lagi mendukung mereka? Kalau mengikuti logikamu sih, harusnya tidak lagi mendukung klub-klub itu.
Harusnya kalian unfollow akun-akun klub bola kesayangan kalian. Pindah ke olahraga karambol saja malah lebih cocok. Di sana belum ada kampanye kesetaraan hak LGBT di dunia olahraga. Jangan jadi kaum munafikun.
Sekali lagi, buat siapa saja, yang merasa tidak pernah bikin dosa sejak lahir, silakan maju duluan untuk ngehina kampanye kesetaraan hak LGBT di dunia olahraga!