Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Corak Curhat

Berteman dengan Sosialita: Bikin Bahagia tapi Juga Sungkan

Audian Laili oleh Audian Laili
19 Januari 2019
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Seorang perempuan menceritakan tentang kegalauannya mengikuti gaya hidup sosialita teman dekatnya, yang bisa bikin bahagia dan sungkan dalam sekali waktu.

TANYA

Perkenalkan, nama saya Jijah. Saya terlahir dari keluarga yang biasa-biasa saja. Definisi biasa saja yang menggambarkan keadaan saya adalah: ibu masak telur goreng sebiji dicampur terigu biar bisa dimakan berempat. Jadi, setiap waktu makan selalu berasaskan 4 sehat 5 sambat.

Permasalahan dimulai ketika saya masuk kuliah—dengan beasiswa. Orang tua saya selalu mengajarkan saya untuk tidak pilih-pilih teman. Alhasil, bertemanlah saya dengan seorang kawan, sebut saja Mince. Mince ini memang terlahir kaya raya. Apa yang dikenakannya branded semua. Kaos oblong yang Mince pakai bahkan setara dengan uang kos saya… satu tahun!

Meski begitu, Mince bukan anak sombong. Pertemanan kami pun cukup dekat. Tak ayal, saya sering kecipratan makanan mahal atau barang-barang mahal—yang dia rasa nggak eman jika diberikan kepada saya. Semisal, dia pernah memberikan jaket seharga 2 juta secara cuma-cuma.

Bukannya saya merasa iri dengan keadaan dia. Namun, bayangkan jika setiap hari saya makan di Mekdi atau mengerjakan tugas di Starbak. Baru jalan satu minggu, uang saku saya sebulan bisa ludes tak bersisa. Sebetulnya, Mince selalu siap sedia untuk mentraktir. Namun, saya nggak enak jika terus-terusan ditraktir. Saya cukup tahu diri.

Terkadang, Mince juga mengikuti flow kehidupan mahasiswa menengah ke bawah seperti saya. Seperti makan di burjo atau nongkrong di angkringan. Dia sungguh bisa menyesuaikan diri dengan habitat saya. Tapi giliran saya yang mengikuti gaya hidupnya, demi Tuhan… saya bisa mati muda dengan bergelimang hutang.

Ini masih soal makan. Belum tentang belanja, liburan, dan kehidupan sosialita lainnya.

Bagi saya, berteman dengan Mince adalah anugerah, terlepas dari gunjingan teman-teman yang lain—bahwa saya berteman dengan Mince biar panjat sosial saja. Meski terhalang kesenjangan sosial—yang sangat senjang, pertemanan saya dengan Mince masih baik. Tapi kalau jujur, sebetulnya saya agak tertekan.

Kira-kira bagaimana solusinya, supaya pertemanan kami tidak renggang karena terhalang keadaan. Keadaan saya lebih tepatnya.

JAWAB

Hai Jijah yang sedang merasa tertekan karena punya teman dekat yang terlahir kaya raya dengan gaya hidup sosialita.…

Ngomong-ngomong, kamu adalah orang yang sudah cukup kuat dalam menghadapi kesejangan pertemanan yang sangat senjang semacam itu. Ya, bagaimana lagi, tantangan dalam hubungan ini tidak hanya ada di antara kalian. Namun laiaknya yang kamu katakan, banyak teman-teman yang sok ikut campur dengan hubungan pertemanan kalian. Dilihat dari ceritamu itu, sepertinya kamu termasuk pribadi tangguh dan bodo amat yang tidak mengindahkan omongan orang lain…

…dan ini keren! Pasalnya, tidak peduli dengan omongan orang lain adalah sesuatu yang sulit dilakukan di zaman yang memberikan kesempatan berlambe turah semakin besar seperti ini.

Memiliki teman seperti Mince memang sebuah keberuntungan. Pasalnya, tidak banyak teman yang betul-betul ingin berteman dengan kita tanpa memepedulikan bagaimana latar belakang kita. Seperti katamu, Mince adalah teman yang bisa menerimamu apa adanya. Apalagi dia bukan sosok yang sok mengatur dan mengontrolmu harus menjadi seperti dia, misalnya. Justru Mince mau berusaha untuk mengikuti gaya hidup sederhanamu. Anugerah Tuhan macam apa yang ingin kamu abaikan dengan punya teman seperti Mince ini, Jijah?

Sementara mengenai kondisi tertekanmu itu, saya pikir kejujuran adalah jalan paling baik untuk mengatasinya. Tuntutan hidupmu yang lain sudah sangat berat dan menguras energi, apalagi jika kamu justru memaksa dirimu sendiri untuk hidup dalam kepura-puraan.

Iklan

Akan lebih baik jika kamu tidak membiarkan pikiranmu terlalu dipenuhi prasangka tanpa melakukan apa-apa. Kasihan kamu, yang tersiksa sendiri, mengeluh sendiri. Sangat sayang energi yang terbuang percuma hanya karena kamu memikirkan sesuatu, yang diam-diam namun pasti, menganggu kebahagiaanmu.

Masak karena merasa tidak enak dan sungkan dengan kebaikan Mince, kamu tiba-tiba menjauh dari kehidupan Mince? Lalu, apa yang ada di pikiran Mince, jika tiba-tiba dijauhi oleh teman dekatnya sendiri, tanpa ia tahu apa yang sebetulnya terjadi? Menjauh tanpa memberi kejelasan, itu sungguh kekanak-kanakan dan tidak menyelesaikan masalah, Jijah.

Jadi, tidak ada alasan untukmu merasa malu atau ragu untuk mengkomunikasikan dan menceritakan apa yang kamu rasakan kepada Mince. Tentang keadaanmu yang merasa sulit mengikuti gaya hidupnya. Serta perasaan sungkan dan nggak enak jika terlalu sering ditraktir—meski Mince memang tidak pernah bermasalah dengan itu.

Kalau kamu memang betul-betul merasa nyaman berteman dengan Mince sebagai pribadi—terlepas tentang bagaimana latar belakang keluarganya, tentu keinginan untuk menjadikan pertemanan ini awet, menjadi salah satu prioritas dalam hidupmu. Buka ruang untuk berdialog, daripada kamu terus menahan perasaan-perasaan tidak enak dan berharap Mince ujug-ujug punya wangsit bisa membaca alam pikirmu—yang sedang rumit itu.

Kamu tidak perlu merasa menjadi benalu dalam hubungan itu, Jijah. Sumbangsih dalam pertemanan itu bukan sekadar uang. Namun juga waktu dan tenaga. Jika kamu memang ingin membalas segala kebaikannya padamu, kamu bisa menyediakan diri jika dia membutuhkan sesuatu. Sesungguhnya, waktu, tenaga, dan kesetiaan justru sulit tergantikan oleh apapun.

Terakhir diperbarui pada 19 Januari 2019 oleh

Tags: Kaya RayaPertemananpertemanan perempuansosialita
Audian Laili

Audian Laili

Redaktur Terminal Mojok.

Artikel Terkait

ilustrasi Jika Ada Kawanmu yang Tukang Cepu Artinya Lingkar Pertemananmu Dihuni Ular Berbisa mojok.co
Pojokan

Jika Ada Kawanmu yang Tukang Cepu Artinya Lingkar Pertemananmu Dihuni Ular Berbisa

23 Agustus 2021
7 Kiat Kaya Raya kafe basabasi
Esai

7 Kiat Kaya Raya yang Bikin Kamu Enggan Melakukannya

22 Agustus 2021
Dudu Sosialita, Urip neng Ndesa Kiye Biaya Sosiale Tetep Larang MOJOK.CO
Rerasan

Dudu Sosialita, Urip neng Ndesa Kiye Biaya Sosiale Tetep Larang

26 September 2020
kebiasaan menyebalkan makan kecap ngetik kenceng sibuk main hape pertemanan daftar mojok.co
Pojokan

9 Kebiasaan Menyebalkan yang Pelakunya Sering Nggak Sadar kalau Itu Menyebalkan

30 Januari 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.