Lo Spirito Milan dan Omong Kosong Usia Senja Zlatan Ibrahimovic

Lo Spirito Milan dan Omong Kosong Usia Senja Zlatan Ibrahimovic MOJOK.CO

Lo Spirito Milan dan Omong Kosong Usia Senja Zlatan Ibrahimovic MOJOK.CO

MOJOK.COKetika Zlatan Ibrahimovic sudah kembali, AC Milan akan menjadi monster dengan kekuatan yang utuh dan semakin sulit dikalahkan.

Banyak yang mengolok-olok AC Milan ketika di dua pertandingan terakhir mereka gagal menang. Setan Merah yang lebih berkelas ketimbang setan dari Manchester itu hanya bermain imbang dengan Parma dan Genoa. Tipikal fans bebal akan menertawakan Milan. Namun, mereka yang memahami makna perjuangan akan angkat topi.

Saya tidak sedang menulis kalimat satire atau sarkas. Saya sedang menegaskan sebuah pencapaian.

Biar saja keunggulan AC Milan dari Inter kini tinggal terpaut satu poin saja. Dua hasil imbang memang tidak menguntungkan. Namun, jika kamu punya pikiran jernih, justru Milan sedang menunjukkan kedewasaan dan profesionalitas ketika pemain terbaik mereka, Zlatan ibrahimovic, sedang absen karena cedera.

Ketika melawan Parma, skuat asuhan Stefano Pioli ini tertinggal dua gol terlebih dahulu. Kondisi yang sama terjadi lagi ketika dijamu Genoa. Satu kesamaan, AC Milan tidak kalah di dua laga tersebut. Mereka bisa bangkit dengan tenaga sendiri. Mereka menunjukkan semangat lo spirito yang sebetulnya menjadi jenama klub rival, Juventus.

Serie A memang kompetisi yang unik. Ketika banyak klub di liga lain tidak lagi menggantungkan nasib ke satu pemain, di Serie A, hal seperti itu masih dianggap kewajaran. Satu pemain saja, di Serie A, bisa mengubah aura sebuah klub. Orang Italia menyebutnya sebagai protagonista, dia yang menjadi aktor utama dan menjadi penentu.

Sang penentu, ketika berhasil menularkan aura tak mau kalah dianggap mencapai level yang lebih tinggi lagi. Level grande, satu level di bawah status legenda. Di mata saya, Milan saat ini sudah tertular oleh “arogansi” dan gairah tak mau kalah dari Zlatan Ibrahimovic. Satu sisi yang mungkin sedang menjadi bahan tertawaan fans rival. Para fans yang merayakan dua hasil imbang Milan.

Dibandingkan dengan capaian bersama Ajax, Juventus, Inter, Barcelona, PSG, atau LA Galaxy, menurut saya, Zlatan menemukan cintanya yang utuh bersama AC Milan. Cinta yang menguasai, sedikit posesif, tak mau kalah. Namun, di balik semua itu, cinta yang ada ternyata sangat tulus.

Zlatan dan Milan seperti sudah menjadi satu entitas ketika berhadapan dengan halangan. Mereka berdua seperti menjadi wujud dari kalimat, “Sombong karena bisa.” Mungkin, akan lebih tepat jika kalimat itu berbunyi, “Arogan karena bisa.” Dan tidak selamanya sikap seperti itu selalu bermakna negatif.

Tahukah kamu, Zlatan Ibrahimovic punya determinasi sangat tinggi untuk menjaga kebugarannya. Persis seperti cara pandang Cristiano Ronaldo dan Ryan Giggs tentang pentingnya menjaga kebugaran di “usia senja”.

Marini Anggitya, lewat The Flankers menjelaskan dengan sangat apik tentang usaha keras Zlatan di balik lapangan yang mungkin tidak kita sadari. Pandangan kita cenderung tertutup oleh ego dan arogansinya. Padahal, di balik itu semua, bisa dikatakan, Zlatan adalah atlet yang paripurna.

“Saat pindah ke Manchester United, ia turut mengangkut fisioterapinya, Dario Fort. Pria asal Italia itu melatih Zlatan sejak berkostum Milan pertama kali pada 2011 dan ikut menjejak ke PSG pada 2012. Fort pula yang membantu Zlatan melewati proses penyembuhan selama sembilan bulan saat cedera ligamen di United,” tulis Marini.

Begitulah cara protagonista Milan menjaga tubuhnya. Melihat kegigihannya menjaga tubuh dan performa di lapangan, bukan tidak mungkin Zlatan bisa bermain sampai usia 41 tahun seperti Giggs. Bahkan, Mino Raiola, agen super itu, bilang Zlatan bisa bermain sampai usia 50 tahun. Raiola menambahkan satu hal: dia bisa main sampai usia 50 karena dirinya! Agen dan pemain sudah sama-sama gila!

Usia senja, bagi monster seperti Zlatan sudah seperti omong kosong saja. catatan usia bukan penentu kariernya. Kelak, ketika memutuskan pensiun, saya rasa bukan usia yang menjadi alasan. Melihat sosok dan perangai, mungkin alasan seperti bosan atau sudah mencapai semuanya yang terlontar.

Meski terdengar arogan, buktinya, silap tak mau kalah itu menular juga ke pemain AC Milan lainnya. Perlu kalian catat, sebelum ditahan imbang Parma dan Genoa, Milan mencatatkan dua kemenangan atas Fiorentina dan Sampdoria. Di dua laga ini, Zlatan masih belum bermain karena cedera.

Merangkumnya dalam empat laga Serie A dan dua laga Liga Europa, tanpa sosok protagonista, Milan masih belum terkalahkan. Lo spirito Milan ini sangat berbahaya. Mereka sudah tahu caranya untuk tidak kalah. Terkadang, di Serie A, catatan tidak kalah itu nilainya sangat tinggi. Bahkan ketika sebuah klub cuma bermain imbang.

Sekarang, banyak fans rival tertawa ketika AC Milan gagal menang di dua laga terakhir. Namun, jangan lupa juga mencantumkan fakta bahwa mereka masih tidak terkalahkan. Ketika Zlatan Ibrahimovic, il personaggio principale atau pemeran utama sudah kembali, skuat mereka akan “sempurna” lagi. Saat itu, Setan Merah dari Italia ini akan menjadi kekuatan yang utuh dan semakin sulit dikalahkan.

Lo spirito Milan itu sangat berbahaya. Ketika tahu caranya untuk tidak kalah, sebuah tim menjadi sulit dihentikan. Ketimbang menertawakan dua hasil imbang, ada baiknya para rival mencari cara untuk tetap konsisten. Kalau gagal, monster Serie A yang tengah bangkit itu tidak akan bisa dihentikan.

BACA JUGA AC Milan dan Liverpool: Kematangan Ibrahimovic dan Diogo Jota, il Personaggio Principale Menghancurkan Keterbatasan dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.

Exit mobile version