Edy Rahmayadi FC vs Skuat Jurnalis Baik, Dari Tirto.id Hingga Panditfootball

MOJOK.CO – Kata Edy Rahmayadi FC, supaya timnas baik, wartawan juga harus baik. Maka, mengikuti kata Gubernur Sumut, inilah skuat jurnalis dan wartawan baik!

Sudah gajinya kecil, wartawan masih menjadi kambing hitam pula. Ketika timnas gagal memenuhi ekspektasi juara AFF 2018, Edy Rahmayadi, dengan sangat ringan mencari kambing hitam. “Wartawan-nya harus baik. Kalau wartawan baik, timnasnya akan baik,” begitu kata beliau yang multitasking namun hasilnya njengking itu.

Ehh nanti dulu. Ini wartawan juga bertanya ke orang yang salah. Lha wong Gubernur Sumatera Utara kok ditanyain soal prestasi timnas. Tanya ke Ketum PSSI, dong.

Lagian ini sangat membingungkan. Terminologi “wartawan baik” itu yang seperti apa? Sejauh yang saya tahu, kerja wartawan dan jurnalis sepak bola di Indonesia sudah cukup baik.

Mas Zeno Adam, lewat tulisannya di Mojok menegaskan bahwa wartawan sepak bola justru jauh dari godaan-godaan menulis hoaks. Ranah yang diampu berbeda dengan politik, misalnya, yang dekat dengan berita bohong.

Hasil laporan pertandingan disajikan dengan ringkas, namun bernas. Analisis dan editorial mereka sangat terukur. Sangat jauh berbeda dengan “kolumnis” situsweb PSSI. Kalau timnas kalah, yang mereka bikin cuma mengulang tulisan dengan narasi “mendapat pelajaran berharga” saja untuk bagian judul. Main aman, buos?

Apakah yang dimaksud Edy Rahmayadi, Gubernur Sumut, yang seperti itu? Atau sekalian tulis timnas menang, ketika sebetulnya kalah? Tulis #EdyIn, ketika teriakan #EdyOut membahana? Yah, apapun itu, mengikuti kemauan Gubernur Sumut, alih-alih Ketum PSSI, supaya timnas menjadi “baik”, bubarkan saja liga. Selanjutnya, sekali lagi, supaya “timnas baik”, sekalian saja bikin timnas dengan awak wartawan dan jurnalis untuk mengisi skuat. Biar, “sama-sama baik”.

Memahami kegelisahan publik, Mojok Institute sudah melakukan penelitian komprehensif terkait skuat wartawan dan jurnalik “baik” untuk mengisi timnas. Oya, beberapa hari yang lalu, sebuah akun Twitter bernama @farizanbr sudah menyusun skuat wartawan. Inilah dia:

Mojok Institute tentu punya versi yang berbeda. Penelitian kami berupa diskusi tiga orang selama 30 menit. Melibatkan imajinasi dan otak-atik gathuk. Berikut skuat timnas baik untuk melawan arogansi klub federasi: Edy Rahmayadi FC.

Kiper: Tirto.id

Untuk sepak bola modern, peran kiper semakin penting. Ia tidak hanya harus punya teknik dasar kiper, namun juga terlibat dalam permainan. Kedua kaki harus lincah, otak encer, dan tangguh mengawal mistar PSSI. Oleh sebab itu, Tirto.id paling cocok menempati pos penting ini.

Sebagai kiper “muda”, Tirto.id punya rubrik #PeriksaFakta. Sebuah rubrik penjaga kewarasan masyarakat, supaya tidak mudah termakan oleh hoaks. Kalau hoaks saja dijagain biar nggak bobol ke telinga warga, apalagi cuma bola hasil tendangan pemain Thailand.

Bek kanan: nu.or.id

Sebagai media kanan (agak ke tengah), nu.or.id adalah salah satu penjaga keimanan umat. Situsweb yang digawangi oleh Nahdliyin, nu.or.id bukan hanya komprehensif menyajikan berita-berita untuk umat Islam. Situsweb ini juga aktif menangkis berita hoaks perihal agama yang sering meresahkan umat.

Selain jago bertahan, bek kanan juga harus bisa membantu serangan. Mereka yang seimbang, biasanya, lebih disukai. Oleh sebab itu, nu.or.id menjadi jawaban yang cocok akan kebutuhan bek kanan tradisional, namun juga modern.

Dua bek tengah: Kompas dan Jawa Pos

Bek tengah, biasanya diisi bek senior, matang akan pengalaman. Kombinasi bek senior dan bek muda juga sering terlihat. Untuk tim wartawan dan jurnalis yang baik, bek tengah sebaiknya diisi yang senior, yaitu Kompas dan Jawa Pos.

Kompas pernah dibredel. Artinya, sebagai awak, media ini sudah kenyang dengan serangan-serangan frontal dari penyerang “lawan”. Apalagi pernah melewati laga berat melawan salah satu klub terkuat di Indonesia: Klub Orba, yang saat ini tiarap dan ditinggal pemainnya karena bangkrut. Mungkin ke depan mau bikin PT dulu bernama PT Orba Saestu, sebelum bikin klub baru rasa lawas bernama PS ORBA.

Mendampingi Kompas, dinamisnya Jawa Pos adalah pilihan yang tepat. Meski senior, namun ia berjiawa muda. Agresif, dengan editorial yang mencuri perhatian. Misalnya ketika menaiktayangkan editorial berjudul “#EdyOut: Jabatan Bertumpuk, Prestasi Bapuk”. Mashoook, Cak!

Bek kiri: indoprogress.com

Tak ada yang paling cocok untuk jadi bek kiri selain indoprogress.com. Tagline mereka saja berbunyi “media pemikiran progresif”. Sebagai bek kiri, indoprogress.com ini seperti Roberto Carlos atau Marcelo. Bertahannya biasa saja, namun sangat agresif menyerang. Tenang, mereka tetap terukur.

Oleh sebab itu, ketika tim jurnalis baik ini kesulitan membobol pertahanan Edy Rahmayadi FC, indoprogress.com akan ditempatkan sebagai penyerang. Shoot power indoprogress.com ini seperti Roberto Carlos, yaitu 99. Cocok untuk main gung ho!

Dua gelandang pengangkut air: Detik dan Kumparan

Dalam skema 4-2-3-1 yang digunakan oleh skuat ini, “2” pivot di tengah punya peran yang sangat penting. Maka, dua gelandang pengangkut air dan penyeimbang harus ditempati Detik dan Kumparan.

Bagaimana tidak, baik Detik maupun Kumparan punya cover area yang luas. Nggak cuma sepak bola, keduanya juga meng-cover berita politik, gaya hidup, ekonomi, otomotif, hingga perceraian artis. Ibarat minimarket, mereka ini Alfamidi, lebih komplet ketimbang Alfamart. Oleh sebab itu, kemampuan mengawasi area yang luas sangat cocok bermain sebagai double pivot.

Gelandang serang/playmaker: MOJOK.CO

Sebagai playmaker dan bermain di belakang striker tunggal, tiada yang lebih cocok ketimbang kami sendiri, MOJOK.CO. Playmaker yang lihai dibutuhkan untuk membongkar pertahanan Edy Rahmayadi FC yang penuh jebakan mematikan (baca: komentar nyeleneh).

Terobosan-terobosan lewat celah sempit seperti melewati lubang jarum bisa kami lakukan dengan mudah. Penuh tipu daya, mengecoh lawan dengan mudah. Bahkan kawan sendiri pun kami kecoh. Kami juga luwes memainkan bola (baca: isu). Sampai-sampai tak perlu pakai tagar #Satire kalau mau nulis yang sarkas-sarkas. *kedip-kedip ke media sebelah. Heuheuheu…

Gelandang serang kanan: Kontan

Untuk mengimbangi keliaran sang playmaker, yang mana kami sendiri, dibutuhkan gelandang serang yang lebih penuh perhitungan dan pragmatis. Maka, untuk pos gelandang serang kanan, wartawan Kontan yang paling tulen.

Menullis berita ekonomi butuh perhitungan yang matang. Bergelut dengan data sudah seperti menyeruput kopi sambil menghisap kretek sehabis bangun pagi dan berolahraga. Gelandang serang sebelah kanan juga harus rajin membantu pertahanan dan menemani dua pivot. Sehingga, kompaksi tim tetap terjaga demi meredam agresivitas Edy Rahmayadi FC.

Gelandang serang kiri: VICE

Tren naturalisasi sudah menjadi budaya di sepak bola Indonesia. Oleh sebab itu, tim ini juga sebaiknya diisi oleh media naturalisasi demi transfer ilmu. Maka, VICE jawabannya. Karena sudah mendapatkan paspor Indonesia, mencium bendera merah putih sambil pakai peci warna hitam, menyanyi Indonesia Raya, dan hapal Pancasila, namanya berubah menjadi VICE Indonesia.

Sebagai naturalisasi, VICE Indonesia menghadirkan kesegaran dan ilmu baru. Tidak menghamba kepada Google Trends, trefik, apalagi peringkat Alexa, VICE Indonesia mengangkat tema-tema yang segar dan otentik. Kebaruan mereka berikan. Paling tidak lebih baik ketimbang pemain-pemain naturalisasi Edy Rahmayadi FC yang sudah ketuaan dan skill-nya mulai menukik itu.

Striker: NetTV

Penyerang yang masih muda, agresif, dan efisien dibutuhkan untuk tim jurnalis baik ini. Pilihan jatuh kepada NetTV. Sebagai rising star, NetTV menghadirkan program-program yang menarik, tajam, dan up to date. Terbukti, mereka bisa bersaing dengan penyerang muda lainnya yang juga naik daun, yaitu Youtube-lebih-dari-teve.

Itulah komposisi skuat jurnalis dan wartawan baik. Untuk pos pelatih, kami percayakan kepada remotivi.or.id, sebuah pusat studi media dan komunikasi. Supaya permainan kami tetap terarah sesuai kaidah jurnalistik yang (semoga) baik.

Terkait siaran sepak bola, selain tim yang berlaga, dibutuhkan juga komentator. Kita semua tahu, komentator sepak bola Indonesia sekarang ini kurang mendidik, hanya condong ke arah “drama” saja. Oleh sebab itu, pos komentator bakal diisi panditfootball.com berpasangan dengan fandom.id. sebetulnya mau jadi trio bareng football-tribe.com. tapi yang terakhir ini seperti hidup tak mau, mati segan. Cuma admin medsosnya yang rajin ngetwit.

Sudah kaya akan ilmu, panditfootball dan fandom adalah penyaji analisis sepak bola terbaik saat ini. Bahkan yang disebut terakhir sudah rajin menerbitkan buku sepak bola. Kurang literasi apa coba?

Nah, sebagai penutup, sepak bola tentu kurang gereget jika digelar tanpa penonton. Oleh sebab itu, yang paling cocok menjadi suporter adalah tribunnews.com. Dari nama saja sudah sangat stadion: tribun. Nggak tau juga mereka ini tribun terbuka atau tertutup. Semoga nggak nunggu jebolan tapi beli tiket.

Awak mereka mungkin jumlahnya ribuan, dari Sabang sampai Merauke. Dari makassar.tribun.com, hingga jateng.tribun.com. Ini kalau boleh, mereka juga bakal bikin malaysia.tribun.com. Malaysia klaim batik kita, Tribun klaim media mereka. Matek!

Itu sudah. Skuat jurnalis dan wartawan baik versus Edy Rahmayadi FC. Prediksi skor, lur?

Exit mobile version