Arsenal ‘Memaafkan’ Mesut Ozil dan Guendouzi untuk Memulai Semuanya dari Nol Lagi?

Arsenal Arteta ‘Memaafkan’ Mesut Ozil dan Guendouzi Untuk Memulai Semuanya dari Nol Lagi? MOJOK.CO

Arsenal Arteta ‘Memaafkan’ Mesut Ozil dan Guendouzi Untuk Memulai Semuanya dari Nol Lagi? MOJOK.CO

MOJOK.COArteta sudah menegaskan kalau siapa saja akan mendapatkan kesempatan di Arsenal. Objektivitas Arteta ini bisa menjadi kabar baik untuk Mesut Ozil dan Guendouzi.

Suatu kali, Mikel Arteta pernah menjernihkan masalah yang melingkupi Mesut Ozil dan Matteo Guendouzi. Tidak ada hubungannya dengan pemotongan gaji, Arteta menegaskan kalau keduanya tidak lagi masuk tim utama Arsenal karena murni alasan sepak bola. Arteta ingin skuatnya seimbang.

Seimbang di dua aspek sekaligus, yaitu di dalam dan luar lapangan. “Murni alasan sepak bola. Keputusan saya selalu berdasarkan alasan itu. Ambisi saya adalah selalu menurunkan tim terbaik, para pemain yang bisa memberi kami keseimbangan, di dalam maupun di luar lapangan, dan tentu saja memberi kami kemenangan,” tegas Arteta.

Menepikan huru-hara soal pemotongan gaji, kritikan untuk Mesut Ozil adalah rendahnya work rate. Memang, jelajah Ozil di setiap laga terhitung tinggi. Namun, Arteta punya hitungan tersendiri jika sampai punya kesimpulan soal work rate. Mungkin, salah satu ukuran yang digunakan adalah seberapa efektif “lari-lari kecil Ozil” di sebuah pertandingan.

Sementara itu, untuk urusan Guendouzi, masalahnya sudah benderang. Kita tahu kalau sikap pemain muda dari Prancis itu memang buruk. Perilaku negatifnya ketika kalah dari Brighton dengan skor 2-1 membuat jengah para pemain senior. Kalau soal sikap, pelatih hanya bisa memberi nasihat. Perkara mau berubah atau tidak, itu urusan pemain.

Namun, Mikel Arteta bukan pelatih yang subjektif dan tanpa solusi. Kalau Ozil dan Guendouzi masih ingin punya karier bersama Arsenal, Arteta menyarankan keduanya belajar dari kebangkitan Granit Xhaka. Toh kalau dibaca lagi, nasihat dari Arteta tidak sulit untuk dilakukan. Yah, semuanya kembali kepada niat saja.

“Dia harus menunjukkan respons yang benar. Pertama-tama, dia harus percaya kalau dia bisa berubah. Kalau dia bisa menunjukkan keyakinan itu, kami akan selalu memberikan dukungan penuh kepadanya,” tegas Arteta.

“Saya sangat bahagia ketika mendengar sekaligus merasakan reaksi positif dari fans kepada Granit Xhaka. Fans mengapresiasi perubahan. Yang lalu sudah berlalu, banyak hal positif yang bisa diambil dari situasi sulit. Kita semua belajar dari kejadian itu. Granit bisa menjadi contoh bagi semua pemain yang tengah berada dalam situasi sulit, bahwa jika kamu punya niat, konsisten, dan benar-benar ingin berubah total, saya yakin selalu ada jalan kembali,” terang Arteta.

Setelah memenangi Community Shield, pelatih kepala yang kini memegang jabatan manajer Arsenal itu juga menegaskan kalau di musim baru, semua punya kesempatan yang sama. Jika tidak yakin, silakan nilai keputusan Arteta ketika memainkan Mo Elneny. Dan terbukti, ketika Elneny niat dan mau berubah, dia mendapat kesempatan.

Indikator kedua, ketika Arsenal menghadapi Aston Villa di laga uji tanding, Arteta menurunkan formasi baru. Meski belum terlalu jelas, ada indikasi Arteta menggunakan pemain #10. Saat itu, Willian dicoba di posisi tersebut. Dan kalau bicara posisi #10, kita tahu siapa yang paling layak, yaitu Mesut Ozil.

Untuk Guendouzi sendiri Arsenal sudah menunjukkan sikap siap menjualnya. Guendouzi pernah ditawarkan ke Lyon sebagai alat tukar mendapatkan Houssem Aouar. Namun, Lyon menolak proposal itu karena hanya ingin uang tunai. Yah, jika melihat rekam jejak sifat Guendouzi, kita hanya bisa maklum.

Ketika ditawarkan ke PSG, direktur olahraga mereka, Leonardo, juga langsung berkata tidak. Saat ini, dikabarkan hanya Atletico Madrid yang tertarik. Namun, giliran Guendouzi yang ragu pindah ke Spanyol. Kalau sudah begitu, ada satu pilihan lagi untuk Guendouzi, yaitu bertahan saja untuk satu musim lagi.

Pilihan ini mungkin pilihan terbaik. Demi kariernya sendiri, belajar untuk berubah harus dilakukan. Contohnya pun sudah ada dalam diri Granit Xhaka. Keduanya sama-sama punya ego tinggi. Namun, Xhaka berhasil meredam ego itu, menyadari bahwa selalu ada tempat untuk mereka yang bekerja keras, dan yakin dengan kemampuan sendiri.

Tiga hal itu hanya butuh dasar saja. Arteta sudah menjelaskan dengan begitu jernih. Bahkan menegaskannya lagi di iklan Adidas. “Pertama, ada hal-hal yang tidak bisa ditawar, yaitu respect, humility, dan belief. Boleh saja kamu marah, menyuarakan pendapat, selama berasal dari tempat yang tepat, yaitu hati. Meskipun keluarga bisa membuat kita lebih sakit hati ketimbang orang lain, tetapi ingat, mereka yang merawat kita.”

Secara pribadi, saya selalu ingin melihat Mesut Ozil menjadi playmaker Arsenal lagi. Dia salah satu pemain favorit saya. Namun, sebagai fans yang berusaha objektif seperti Arteta, jika Mesut Ozil atau Guendouzi tidak menunjukkan perubahan dan kedewasaan, saya ikhlas melihat Arsenal menepikan keduanya.

Lionel Messi boleh lebih besar ketimbang Barcelona. Mes que un club kata mereka. Iya, Barcelona lebih dari sekadar klub, mereka taman bermain Lionel Messi. Namun, bagi Arsenal, tidak ada yang lebih besar ketimbang klub itu sendiri.

Saya yakin Arsenal sedang menuju perubahan positif. Perlahan saja tidak masalah. Namun, jangan sampai perubahan itu tersendat oleh satu atau dua pemain yang tidak punya kesadaran akan kerja keras.

Mesut Ozil dan Guendouzi mungkin akan mendapatkan kesempatan kelak. Keduanya pemain berkualitas. Jangan sampai kualitas mereka terkubur oleh ego. Toh kebangkitan pemain akan berdampak positif kepada klub. Untuk jangka panjang, menjadi berkah kebahagiaan untuk fans Arsenal.

BACA JUGA Mesut Ozil vs Willian: Mahalnya Sebuah Gesture dan Zaman yang Terus Bergerak atau tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.

Exit mobile version