Toyota Avanza bersama saudara seperakitannya, Daihatsu Xenia, dikenal sebagai mobil sejuta umat di Indonesia. Mengapa ia bisa menjadi begitu populer tidak pernah saya mengerti.
Iya, Avanza memang punya tiga baris kursi yang cocok dengan mentalitas kolektif orang Indonesia yang membuat mereka suka pergi beramai-ramai ke mana-mana. Iya, memang Avanza tergolong murah sewaktu ia kali pertama lahir di dunia ini karena ia memang diposisikan oleh Toyota sebagai pengganti Kijang dalam segmen mobil keluarga berharga murah. Ia juga memiliki ground clearance yang lumayan jenjang, membuatnya cocok dengan jalan Indonesia yang kebanyakan rusak atau bila tidak rusak, dipasangi terlalu banyak polisi tidur yang terlalu tinggi; seolah ingin memastikan kaki-kaki mobil Anda berumur pendek. Kalau tidak hancur karena jalanan rusak ya binasa karena overdosis polisi tidur.
Namun, tetap saja saya tidak mengerti mengapa ada jutaan orang yang rela berpisah dengan uang hasil jerih payahnya untuk membeli mobil seperti Avanza.
Menurut saya sebagai konsumen, satu-satunya nilai lebih Avanza selain fakta bahwa ia berpenggerak roda belakang hanyalah harga jual kembalinya, yang sebenarnya juga tertolong oleh mengakarnya logo tiga elips Toyota di Indonesia. Kiranya Avanza memang cocok bagi para visioner: ia bisa dengan mudah dijadikan korban ketika Anda kepepet harus melunasi cicilan yang lain atau ketika selingkuhan Anda mendadak merengek minta mobil baru (yang kemungkinan besar lebih bagus dan enak dilihat daripada Avanza).
Posisi Avanza sebagai “mobil murah” pun rasa-rasanya sudah tidak lagi tepat. Harga baru tipe termurah Avanza tahun ini hampir mencapai 190 juta rupiah. Dengan uang sebanyak itu, Anda punya banyak pilihan mobil baru lain, dan bahkan lebih berlimpah pilihan lagi bila mau sedikit repot membeli mobil bekas.
Masalahnya, harga yang tinggi itu tidak diikuti dengan kualitas mobil yang tinggi pula. Avanza bukan mobil yang nyaman dikendarai: suspensinya keras, peredaman suara dalam kabinnya jelek, sehingga ia dijamin mampu memabukkan penumpang yang duduk di belakang.
Dan tidak seperti mobil keluaran merek lain, ketidaklenturan suspensi dan kebisingan kabin itu tidak dikompensasi dengan sensasi berkendara yang menyenangkan. Pengendaliannya tidak presisi, ia suka limbung parah, transmisi otomatis 4-percepatannya sudah primitif, dan tenaga mesinnya tidak besar-besar amat. Mungkin ceritanya akan sedikit beda bila sebagai mobil yang sering dipakai mengangkut banyak manusia dan perlu torsi besar, ia memiliki versi diesel seperti kakaknya, Toyota Innova. Tapi, tentu saja Toyota tidak ingin menggerus marjin keuntungan mereka dengan biaya riset.
Sejatinya cacat terbesar dari mobil ini adalah ia tidak dibekali fitur keselamatan yang memadai, yang menjadi poin penting mengingat ia digunakan banyak orang. Fitur keamanan aktif yang terbukti penting untuk mencegah kecelakaan (dan karena itu diwajibkan ada pada mobil yang dijual di negara-negara yang lebih waras daripada Indonesia) seperti electronic stability control tidak dapat kita temukan pada Toyota Avanza. Bahkan hal sederhana penunjang keamanan macam DRL (daytime running light) dan lampu LED juga tidak ada.
(Kalau mau adil, masalah fitur keamanan ini juga melanda banyak pabrikan mobil lain di Indonesia, tapi Avanza saya kira lebih penting disorot karena populasinya jauh melebihi mobil-mobil lain.)
Bisa jadi ketidakmengertian saya akan popularitas Avanza hanyalah bentuk lain dari rasa tak suka pada mobil ini. Sebagaimana banyak orang, saya sebal dengan jumlahnya yang terlalu banyak. Pepatah “disalip satu tumbuh seribu” berlaku bagi mobil sejuta umat ini, yang memang kadang menyebalkan. Status Avanza sebagai mobil yang “basic” membuatnya sering dijadikan tunggangan oleh pengendara yang “basic” pula. Pengendara “basic” yang saya maksud adalah mereka yang belum lama bisa menyetir, belum berpengalaman mencicipi mobil yang lebih berkualitas, dan bahkan Avanza adalah mobil pertamanya.
Bila Anda jaga jarak kurang dari lima meter saja dengan kendaraan di depan Anda dan tiba-tiba ada mobil yang ngotot menyerobot jalan di depan, hampir bisa dipastikan mobil itu adalah Toyota Avanza. Bila Anda sedang melaju cepat di lajur kanan dan sekonyong-konyong serta semena-mena didahului oleh sebuah mobil di lajur kiri, hampir bisa dipastikan mobil itu adalah Toyota Avanza. Bila Anda sedang lari sore menelusuri pinggiran jalan dan bertemu perempatan dan ada pengemudi mobil yang tidak berperikepelarian dan tidak mau menunggu selama tiga empat detik yang Anda butuhkan untuk menyeberang jalan, maka hampir bisa dipastikan pula mobil itu adalah Toyota Avanza.