Penyesalan Saya Menjadi Seorang Asisten Dosen

Penyesalan Saya Menjadi Seorang Asisten Dosen MOJOK.CO

Ilustrasi Penyesalan Saya Menjadi Seorang Asisten Dosen. (Mojok.co)

Siapa bilang menjadi asisten dosen atau asdos itu menyenangkan. Saya sebagai mahasiswa ditawarkan menjadi asdos di salah satu mata kuliah sangat menyesal mengambil tawaran tersebut. 

Memang benar kalau menjadi asdos ada keuntungan di beri gaji yang lumayan untuk tingkat mahasiswa dan keuntungan lainnya yang bisa berguna untuk masa depan. Tapi, hal itu tidak lagi terlihat sebagai keuntungan kalau menjadi asdos kepada satu dosen yang kerjanya gaji buta alias tidak kerja. 

Awalnya, saya berbincang kecil bersama salah satu karyawan Tata Usaha (TU) jurusan saya. Perbincangan itu masih terlihat aman saja sampai di titik dimana kita mulai membahas mata kuliah satu ini. Di awal, karyawan TU jurusan saya ini mendapat tawaran untuk menjadi asdos di mata kuliah ini. 

Namun, pekerjaanya saat ini sangat banyak sehingga membuat dia tidak bisa mengambil tawaran tersebut. Tapi anehnya, dosen satu ini tetap membujuk agar karyawan TU ini setuju jadi asdosnya. Berakhirlah karyawan TU ini yang jadi asdos. 

Namun, karena saya tipe orang yang tidak tegaan, saya nyeletuk “Saya mau deh jadi asdos. Kasihan ibu.” Pada saat itu saya berpikir kalau menjadi asdos bukanlah hal yang sulit. Apalagi di mata kuliah satu ini, menjadi asdos hanya mendampingi mahasiswa kelas tersebut saat melakukan praktek.

Di lain sisi juga, saya melihat keuntungan dari menjadi asdos itu sangatlah besar. Ya sudah, saya berakhir mengatakan hal tersebut. 

Baca halaman selanjutnya…

Penyesalan karena jadi asisten dosen

Penyesalan karena jadi asisten dosen

Namun, setelah beberapa kali pertemuan di kelas dengan dosen dan mahasiswa mata kuliah tersebut. Saya menyesali pilihan saya. Di saat asdos lain hanya mendampingi dan membantu dosennya selama perkuliahan. Saya lebih seperti dosen yang setiap pertemuan menjelaskan mengenai praktek tersebut. 

Dosen nya pun terkadang tidak di kelas dan setiap kelas, saya yang harus menjaga dan mendampingi mahasiswanya. Kalaupun mahasiswanya ada yang bertanya ke dosen tersebut, dosen tersebut menyalurkan pertanyaanya ke saya dan berakhir saya yang menjawab pertanyaan tersebut. 

Ada salah satu kejadian yang saat mata kuliah di hari itu diganti dengan mata kuliah dosen tamu. Ruang kelas yang digunakan pun bukan ruang kelas biasanya. Memang dosennya hadir saat perkuliahan dosen tamu, namun ketika perkuliahannya selesai dan masih ada sisa jam kelas yang kemudian dipakai oleh anak-anak kelas untuk membahas tentang projek mereka, dosen tersebut memilih untuk pergi dan menyerahkan kelas nya ke saya. 

Selama saya mengajar, dosen malah main tenis meja

Untuk hal itu saya masih oke, karena sudah terbiasa. Namun, ketika waktu untuk diskusi belum selesai dan mengharuskan anak-anak kelas tersebut pindah ke ruangan lain, saya dan semua anak kelas tersebut menemukan kalau dosen tersebut sedang bermain tenis meja dengan dosen lain.

Hal itu membuat saya kesal karena kelas yang seharusnya ia pimpin dan ajar malah ia tinggal untuk bermain tenis meja. Kalau begitu, buat apa kampus membayarnya untuk mengajar kalau endingnya diserahkan ke orang lain. 

Hal ini membuat saya bertanya-tanya, apakah di jurusan lain terjadi seperti ini atau ini kasus khusus? FYI, jurusan saya bukan Jurusan Teknik atau desain yang adanya asdos di suatu kelas adalah hal wajar. Selama saya di perkuliahan, saya hanya menemukan 1 atau 2 kelas saja yang terdapat asisten dosen di kelas tersebut. Selain itu, hanya dosen yang mengatur keseluruhan kelas selama 1 semester. 

Terryna Pramesthi Rizmadhani Taman Aloha E3 no. 9, Sidoarjo

BACA JUGA Curahan Hati Seorang Alumni Pesantren dan keluh kesah lain dari pembaca Mojok di UNEG-UNEG

Keluh kesah dan tanggapan Uneg-uneg  bisa dikirim di sini.

 

Exit mobile version