Nestapa di Balik Kemewahan Influencer: Kontrak Kerja Nggak Jelas sampe Nggak Dibayar!

influencer mojok.co

Uneg-uneg influencer (Mojok.co)

Siapa sih yang nggak mau jadi influencer di zaman sekarang? Bisa dapat barang-barang endorse dan jalan-jalan gratis. Namanya bisa populer di mana-mana. Dapat duit banyak cuma modal posting video atau foto saja. Hidup influencer dan selebgram tampak sempurna dan bahagia di media sosial.

Tapi kamu tahu nggak? sebenarnya banyak kisah pahit dan sedih yang para influencer alami. Ini kisah saya. Profesi influencer mulai saya tekuni sejak 2020. Saat pandemi datang saya baru saja resign dan iseng mendaftarkan akun instagram saya ke salah satu manajemen influencer.

Manajemen influencer dalam dunia perendorsean berperan penting sebagai perantara antara para pemasang iklan (brand) dan influencer. Mereka juga membantu para brand untuk menemukan influencer yang cocok bagi promosi dan produk mereka.

Pengalaman saya dari nano ke micro influencer

Di tahap awal, saya masuk dalam kategori influencer nano. Influencer nano ini masuk dalam kategori terendah dalam kasta dunia perendorsean dan mendapatkan bayaran terendah. Terkadang hanya dapat barteran produk saja tanpa bayaran. Buat saya mendapatkan produk gratisan sudah sangat membantu menghemat pengeluaran. Cara pemilihan influencer untuk endorsement cukup mudah.

Calon influencer mendaftar ke manajemen. Lalu manajemen akan mengundang ke grup whatsapp. Admin manajemen lalu akan memposting sejumlah tawaran endorsement, lengkap dengan sejumlah syarat di dalam grup tersebut. Para influencer yang bersedia, lalu mendaftar melalui formulir google. Manajemen lalu menyerahkan daftar calon influencer untuk dipilih brand dan akan mengumumkan di grup para influencer yang terpilih.

Lalu, manajemen akan mengundang yang terpilih lagi ke dalam grup koordinasi. Dalam grup itulah manajemen memberikan informasi tugas-tugas (brief) dan waktu deadline-nya. Setelah pembuatan dan memposting konten selesai, para influencer wajib mengumpulkan insight atau hasil kegiatan dari promosi produk. Uang bayaran endorse biasanya cair paling cepat tujuh hari setelah konten endorse naik. Mulailah saya dapat produk-produk endorse seperti skincare, produk bayi, makanan, kopi-kopian.

Lambat laun saya mulai mendapat bayaran seiring dengan peningkatan jumlah pengikut. Walau belum banyak dapat endorsan, cukup membuat saya bahagia karena bisa berkarya di tengah suntuknya kungkungan PPKM. Ketika followers saya naik dan saya menjadi micro influencer, mulai banyak tawaran endorse dari berbagai macam produk. Dan mulailah saya masuk ke dalam sejumlah permasalahan dunia perendorsan. Bayaran Lamban hingga kena tipu.

Masalah di dunia influencer

Masalah pertama adalah lamanya proses pencairan fee endorse. Biasanya fee endorse cair minimal 2 minggu setelah semua anggota manajemen selesai memposting. Paling banyak yang membayar sebulan setelah materi endorse tayang.

Namun sejumlah brand baru membayar fee endorse lebih dari empat bulan. Bahkan ada yang baru 6 bulan setelah puluhan kali ditagih manajemen.

Masalah pelik lainnya adalah potongan administrasi manajemen yang tidak ada aturan khusus. Manajemen kerap kali mengambil potongan fee terlalu tinggi, lebih dari 50 persen. Kami tidak bisa berbuat banyak, sebab masalah fee dari brand tidak kami ketahui. Manajemen hanya menginformasikan saja jumlah fee yang akan kami dapat setelah potongan biaya administrasi.

Pernah suatu kali saya mendapatkan job endorse dari salah satu produk dari manajemen dengan fee di bawah 100 ribu. Kebetulan saya kenal dengan petugas brand (PIC) yang memegang kerjasama influencer. PIC itu kaget ketika mengetahui fee influencer yang diterima sudah dipotong 50 persen dari fee awal.

Padahal dalam perjanjian, manajemen menginformasikan akan memotong biaya administrasi 10 hingga 30 persen dari fee yang diberikan brand. 

Uang Endorse Dibawa Kabur Manajemen Influencer

Permasalahan terbesar yang pernah saya alami adalah pemimpin manajemen tempat saya bernaung membawa kabur uang kami. Kejadian ini terjadi di akhir 2021. Awalnya manajemen lambat mencairkan fee.

Fee baru cair usai kami menagih berkali-kali. Lama kelamaan, kami mulai susah untuk mengontak sang pemilik. Ia juga lama dalam membalas japrian. Puncaknya sang pemilik manajemen hilang dari peredaran dan kami tidak bisa menghubungi.

Para anggota manajemen pun berupaya mencarinya dengan mendatangi rumah sang pemilik. Sayangnya saat kami menyambangi, rumah tersebut kosong tidak berpenghuni. Usut punya usut alamat rumah di KTP sang pemilik hanyalah rumah kontrakan. Sang pemilik sudah pindah sejak tahun lalu dari rumah tersebut. Total ada puluhan juta rupiah uang fee endorse puluhan influencer yang ia bawa kabur.

Para anggota manajemen pun tak dapat bertindak apapun apalagi melapor pada polisi. Kami terpaksa gigit jari merelakan uang kami yang raib entah ke mana.

Pemerintah Seolah Tak Berpihak Pada Pekerja Digital

Lemahnya posisi influencer dalam dunia perendorsan adalah masalah utama yang para pekerja kreatif digital hadapi. Penyebabnya tidak adanya ketentuan baku dan pasti yang mengatur dunia perendorsan.

Contoh nyata tidak ada standar pemotongan fee influencer, batas waktu pencairan fee dan segala kegiatan lainnya. Pembuatan kesepakatan di awal kerja sama hanyalah berdasarkan pemotongan fee influencer juga ditentukan satu pihak dari manajemen influencer.

Pemerintah seolah masih menganggap remeh pekerjaan para influencer. Hingga kini belum ada undang-undang atau peraturan yang mengatur detail hak-hak para pekerja lepas dunia maya. Juga tidak ada kewajiban manajemen berbentuk perusahaan. Hal ini membuat pihak pengelola manajemen tidak mengetahui hak para pekerja lepas ini.

Jadi jalan-jalan gratis, barang-barang mewah yang terlihat dalam akun instagram kami hanyalah bonus yang terasa di antara peliknya kekusutan dunia perinfluenceran. Semua kenikmatan itu tidak kami dapatkan secara instan dan sesimple foto-foto lalu dapat tawaran endorse bertubi-tubi. Kecuali kamu anak presiden atau sultan yang akan mendapat banyak perhatian dan tawaran endorse. 

Patricia Vicka,
Sleman, Yogyakarta,
vickapatricia@gmail.com

BACA JUGA Uneg-uneg dari Penulis Novel “Bismillah Kunikahi Suamimu” tentang Tensi 143/165 dan keluh kesah lain dari pembaca Mojok di UNEG-UNEG

Keluh kesah dan tanggapan Uneg-uneg  bisa dikirim di sini.

Exit mobile version