Menjadi Lulusan Luar Negeri Tidak Sepenuhnya Indah
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Uneg-uneg

Menjadi Lulusan Luar Negeri Tidak Sepenuhnya Indah

Redaksi oleh Redaksi
19 Maret 2023
0
A A
lulusan luar negeri mojok.co

Ilustrasi uneg-uneg (Mojok.co)

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Menyelesaikan studi S1 di bidang Sosiologi dari salah satu Universitas ternama di Australia sama sekali tidak mudah. Maka dari itu, ketika berhasil lulus, saya berasa di atas angin. Saat itu saya berpikir bahwa mencari pekerjaan di Indonesia akan sangat mudah, apalagi dengan kemampuan inggris yang memadai. Ternyata saya dihadapi dengan kenyataan yang bertolak belakang yang membuat saya putus semangat.

Kebetulan, saya selalu berminat untuk bekerja di bidang isu HAM dan keadilan sosial. Saya kemudian mengirimkan lamaran di berbagai institusi riset sosial atau think tank di Jakarta. Ketika ditanya mengenai isu terkini di Indonesia dan bagaimana saya dapat menciptakan strategi solusi tertentu, saya hanya mengarang indah dan bahkan bisa dibilang jawaban saya tidak analitis sama sekali (padahal bukankah berpikir kritis itu diajarkan oleh sistem pendidikan barat?).

Seperti misalnya, ingat betul saat itu saya ditanyakan bagaimana kontestasi pemilu presiden tahun 2019 berdampak pada tren konsumsi masyarakat. Saya hanya menjawab hal-hal yang sifatnya deskriptif, seperti siapa saja kandidat presiden saat itu dan koalisi partainya. Setelah berulang kali melamar di perusahaan atau organisasi sejenis, saya tidak mendapatkan tawaran kerja sama sekali. Tapi, jika saya kuliah di universitas di dalam negeri, informasi dan keilmuan ini tentunya akan lebih dipertajam dan kemudian, saya dapat mengartikulasikannya dengan baik kepada calon pemberi kerja. Kemampuan menulis bahasa Indonesia saya kala itu juga menurun, sehingga dianggap belum bisa bekerja sesuai dengan fungsi yang ditetapkan.

Guru di sekolah internasional

Singkat cerita, akhirnya saya diterima bekerja sebagai guru di sebuah sekolah internasional bergengsi di Jakarta, di mana isu-isu yang terjadi di ranah internasional lebih dikedepankan dan perlu diajarkan ke murid-murid. Saya bisa bahas isu sosial yang terjadi di Australia misalnya di kelas, walau sebagian besar murid saya adalah warga negara Indonesia.

Berada di lingkungan internasional, tidak perlu secara fasih mengerti kondisi sosial-politik di Indonesia, dan menulis dalam bahasa Indonesia secara intensif, tentunya tempat ini cocok dengan latar belakang saya, bukan? Ternyata saya diperhadapkan dengan masalah lain, yaitu stereotip sosial. Saya dianggap terlalu elite untuk menjadi bagian dari kaum pekerja. Katanya, tidak perlu uang karena sudah kaya. Atau, gajinya tidak menutupi investasi yang sudah saya keluarkan ketika sekolah di luar negeri. Stereotip sosial ini meresahkan, bahkan membuat saya sebal dengan privilese yang saya miliki.

Intinya, mendapatkan gelar akademik dari universitas di luar negeri tidak selalu indah. Banyak cap sosial dan stereotip yang disematkan, dan setiap hari saya masih harus menutupi latar belakang tersebut agar mudah diterima oleh kaum pekerja lainnya. Tapi, tentunya tidak semua orang yang saya temui memiliki persepsi negatif tersebut, ada juga yang sangat mengapresiasi dan menerima saya apa adanya. Tapi tentunya, saya akan terus belajar mengenai kondisi sosial-politik Indonesia agar dapat berkontribusi dengan baik. Saya sangat berterima kasih telah dipertemukan oleh jiwa-jiwa baik tersebut.

Baca Juga:

anak jaksel mojok.co

Anak Jaksel Tulen Tidak Lebay seperti di Medsos

19 Maret 2023
perpustakaan daerah mojok.co

Perpustakaan Daerah Tambah Koleksi Bukunya, dong!

19 Maret 2023

Amanda Tan
Jakarta Utara
[email protected]

Keluh kesah dan tanggapan Uneg-uneg  bisa dikirim di sini

 

Terakhir diperbarui pada 19 Maret 2023 oleh

Tags: lulusan luar negeriuneg-uneg
Redaksi

Redaksi

Artikel Terkait

anak jaksel mojok.co
Uneg-uneg

Anak Jaksel Tulen Tidak Lebay seperti di Medsos

19 Maret 2023
perpustakaan daerah mojok.co
Uneg-uneg

Perpustakaan Daerah Tambah Koleksi Bukunya, dong!

19 Maret 2023
wibu dan anime mojok.co
Uneg-uneg

Uneg-uneg: Sword Art Online Bikin Aku Jadi Wibu

19 Maret 2023
jakarta macet mojok.co
Uneg-uneg

Jakarta, Kota Harapan Sekaligus Kota Penderitaan

12 Maret 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
aliran dana ilegal

PPATK: Ada Triliunan Aliran Dana Ilegal untuk Pemilu 2024

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

sekolah kedinasan mojok.co

10 Sekolah Kedinasan yang Paling Ramai dan Sepi Peminat

22 Maret 2023
lulusan luar negeri mojok.co

Menjadi Lulusan Luar Negeri Tidak Sepenuhnya Indah

19 Maret 2023
Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Ego di Jalan Raya MOJOK.CO

Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Hawa Nafsu di Jalan Raya

18 Maret 2023
Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah. MOJOK.CO

Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah 

23 Maret 2023
Samsung Galaxy A Series Android Terbaik MOJOK.CO

Samsung Galaxy A Series: Seri Terbaik untuk Kelas Midrange Android

21 Maret 2023
universitas brawijaya mojok.co

15 Jurusan yang Sepi Peminat di Universitas Brawijaya, Tingkat Ketetatannya Rendah!

23 Maret 2023
Honda Supra X 125 Tetap Juara di Pelosok Indonesia MOJOK.CO

Honda Supra X 125: Tetap Juara di Pelosok Indonesia

20 Maret 2023

Terbaru

Ngaji Cinta Dan Patah Hati Bareng Fahruddin Faiz

Ngaji Cinta Dan Patah Hati Bareng Fahruddin Faiz

25 Maret 2023
kuliah politik di masjid

Jadwal Kuliah Umum Masjid Kampus UGM Selama Ramadan, Intens Bahas Politik

25 Maret 2023
rekomendasi 5 drakor politik

Rekomendasi 5 Drakor Bertema Politik, Cocok Buat Maraton Nunggu Buka Puasa!

25 Maret 2023
ciuman saat puasa mojok.co

Hukum Mencium Pasangan saat Puasa, Bikin Batal?

25 Maret 2023
perguruan tinggi muhammadiyah mojok.co

5 Perguruan Tinggi Muhammadiyah Terbaik di Indonesia

25 Maret 2023
Ketum PP, Muhammadiyah, Haedar Nashir menyampaikan komentar terkait larangan bukber pejabat di UMY, Jumat (24/03/2023). MOJOK.CO

Kata Ketua PP Muhammadiyah tentang Larangan Bukber Pejabat dan ASN

25 Maret 2023
Duduk perkara penutupan patung Bunda Maria di Kulon Progo. MOJOK.CO

Duduk Perkara Penutupan Patung Bunda Maria di Kulon Progo

24 Maret 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In