Melihat dari skala perusahaan di tempat sebelumnya saya bekerja, mungkin semua orang akan menganggap perfect. Karena saya pernah bekerja di perusahaan dengan level internasional yang seharusnya tidak perlu ragu lagi secara modal maupun kapabilitasnya.
Sebagai informasi awal, group di perusahaan lama saya bekerja adalah perusahaan besar yang berfokus pada produksi dan peleburan baja tahan karat. Selama beberapa tahun berturut-turut, mereka telah dapat anugerah sebagai 500 perusahaan swasta terkuat di China, 500 perusahaan manufaktur terkuat di China, dan 500 industri pemrosesan metalurgi besi terkuat di China pada tahun 2022.
Dengan kekuatan perusahaan yang kuat dan kontribusi kinerja yang luar biasa, perusahaan ini menempati peringkat 238 dari 500 perusahaan di China. Selain itu perusahaan ini juga memiliki lima grup utama dan 486 anak perusahaan di bawahnya.
Perusahaan tersebut adalah perusahaan dengan produksi dan peleburan stainless steel terbesar di dunia. Output stainless steel-nya menyumbang 20% dari output dunia. Hebatnya lagi perusahaan ini mengjkoordinasikan semua proyek di luar negeri, yang telah menyelesaikan tata letak proyek strategis internasional di Indonesia, Singapura, India, dan Amerika Serikat, serta telah berinvestasi di 4 kawasan industri di Indonesia.
Total tenaga kerja di Indonesia adalah mencapai 130.000 orang. Nah kurang hebat apa perusahaan ini.
Kepala proyek adalah dewa
Sangat ‘kureng’ sekali apabila saya bercerita semua kelebihannya, tetapi tidak menceritakan kekurangannya. Dengan melihat segala kementerengan prestasi dan nama besarnya, ternyata perusahaan ini juga tidak se-perfect kenyataannya, khususnya di proyek yang pernah kami jalani di wilayah Indonesia bagian tengah.
Proyek kami lampau adalah membuat sebuah kawasan industri yang terintegrasi dengan bahan baku pasok. Progres proyek saat itu adalah masih berkutat dengan perizinan yang saat itu sebenarnya bisa selesai di tahun 2023. Tetapi masalahnya, Project Leader kami saat itu tidak sabar dalam menunggu perizinan selesai, dan karena keputusannya lah malah menimbulkan banyak masalah bagi karyawan pada khususnya dan perusahaan pada umumnya.
Dia memutuskan untuk mencari side project yang sebelumnya tidak pernah dia tangani. Singkat cerita, team besar sekitar 300-an karyawan dan semua resource termasuk alat berat, terbagi menjadi 3 team kecil yang masuk ke dalam proyek lain.
Proyek tersebut adalah seperti pembuatan pabrik pengolahan bijih nikel dan proyek pengangkutan bijih nikel dari perusahaan lain. Dan lebih surprisenya lagi, keputusan membagi team tersebut hanya muncul setelah meeting kurang lebih hanya 2 jam saja.
Saat itu saya mengikuti meeting tersebut, lebih tepatnya mendengarkan, karena meeting tersebut semua menggunakan bahasa Mandarin. Tapi yang bisa saya simpulkan adalah, dalam meeting tersebut kepala proyek adalah dewa. Tabu sekali ada level setara supervisor, superintendent, serta manager memberi masukan kepada kepala proyek.
Ya keputusan tersebut adalah perintah yang tidak bisa ditawar. Padahal kami dari karyawan Indonesia sering menyampaikan masukan-masukan yang perlu jadi perhatian sesuai dengan pengalaman kami. Saya rasa keputusan tersebut sangat ambisius. Tetapi ya itulah kondisinya saat itu.
Setelah keputusan tersebut, para sub project leader melakukan mobilisasi alat berat beserta ratusan karyawan ke lokasi baru, di mana mobilisasi tersebut membutuhkan waktu kurang lebih 1 minggu. Cukup lama, karena berada di luar provinsi. Sedang saya beserta sisa 75 karyawan Indonesia dan beberapa orang karyawan China lainnya masih berada di lokasi proyek yang lama.
Proyek gagal
Selang beberapa hari setelah mobilisasi team, saya mendapatkan informasi dari teman-teman yang berada di masing-masing proyek berbeda tersebut. Mereka bercerita bahwa ternyata di sana tidak ada kesiapan yang memadai. Seperti mess untuk tempat tinggal, serta karyawan harus bergabung dengan mess perusahaan lain yang pasti sangat terbatas dan harus berdesakan. Selain itu di proyek satunya, rekan saya harus bergabung dengan mess karyawan China yang lokasinya sangat jauh dari proyek.
Selain membawa alat berat dari proyek yang sebelumnya, kepala proyek kami juga mendatangkan puluhan alat berat baru buka bungkus dari China untuk men-support kegiatan proyek baru tersebut. Di mana kalau dihitung kasar memakai kalkulator kita, mungkin nolnya sampai tidak terbaca alias error.
Singkat cerita kurang lebih dua minggu melakukan aktivitas setelah adanya mobilisasi tersebut, ternyata kedua proyek dadakan tersebut harus berhenti, dan berhentinya pun hampir bersamaan. Untuk proyek pembangunan pabrik, harus di stop karena semua perizinan belum lengkap, serta akan sangat riskan apabila proyek tersebut terus lanjut.
Sedangkan untuk proyek yang pengangkutan bijih nikel, di stop karena belum ada agreement dengan pemilik bijih nikel. Tidak hanya itu, ternyata kepala proyek tidak menganalisa sampai jauh tentang keterbatasan pengolahan daripada adanya supply bijih tersebut.
Mendengar hal tersebut saat itu, saya shock sekaligus senang, karena sudah beberapa kali saya peringatkan tentang poin-poin yang menjadi penghambat proyek, tetapi manajemen tidak mau mendengar.
Orang dalam
Fakta lain yang waktu itu saya cari tahu dari banyak perusahaan China adalah faktor kekeluargaan yang sangat kental. Ya walaupun pasti ada yang benar-benar bekerja karena profesional.
Dari beberapa data valid yang saya dapatkan, keberadaan orang-orang penting terutama di perusahaan saya bekerja adalah karena faktor keluarga, yup alias ordal. Bisa diambil contoh adalah kepala proyek saya saat itu, ternyata masih ada hubungan keluarga dengan owner alias pemilik perusahaan tersebut. Ada lagi beberapa karyawan selevel supervisor dan asisten manager adalah ternyata orang yang tidak berpengalaman di bidangnya.
Mungkin perusahaan China lain di luaran juga pasti terjadi seperti hal ini. Kalau kita bisa menghitung, mungkin ribuan US dolar investasi yang sudah digelontorkan untuk menjalankan sebuah proyek, dan tentu saja apabila proyek tidak berjalan dengan semestinya pasti akan mengalami kerugian yang masif. Saya berharap sih hanya di perusahaan saya saat itu saja yang serugi itu.
Atas fakta-fakta tersebut dapat saya simpulkan apabila perusahaan dipegang bukan oleh ahlinya maka tunggu kebangkrutannya, tapi susah sih kayaknya, karena mereka sudah terlanjur kaya.
Kifuat,
Klampok Kasri, Malang,
t.mhyt7@gmail.com
BACA JUGA Kemacetan Lampu Merah Kletek Sidoarjo yang Tidak Populer seperti Perempatan Gedangan dan keluh kesah lain dari pembaca Mojok di UNEG-UNEG
Keluh kesah dan tanggapan Uneg-uneg bisa dikirim di sini