Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Ulasan Prejengan

Sudah Saatnya Minggu Kartini dengan Memakai Kebaya Digalakkan Presiden Jokowi

Gernatatiti oleh Gernatatiti
21 April 2016
0
A A
Kebaya Kartini

Kebaya Kartini

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Bulan April adalah bulan yang cukup merepotkan bagi orang tua yang punya anak usia TK. Pasalnya sebagian besar sekolah di Indonesia akan menggelar Kartinian, yang mana salah satu komponen kegiatannya adalah ‘parade berkostum’. Anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, mau atau tidak mau, harus hadir di sekolah dengan pakaian adat atau pakaian cita-cita. Itu artinya orangtua mereka harus siap berjibaku mencari kostum untuk putra-putri mereka.

Berbeda dengan hiruk pikuk jomblowati mencari busana kondangan manten mantan kekasih, hiruk pikuk mencari kostum Kartinian untuk ananda tercinta ini cukup pelik. Pertama, tentu saja kostum itu harus berukuran kecil. Kedua, harus menggambarkan cita-cita anaknya. Jika ananda terkasih berjenis kelamin perempuan, hal itu jauh lebih mudah. Apapun cita-citanya, gadis-gadis mungil ini harus pasrah dengan kewajiban utamanya yaitu berkebaya. Kan Kartinian. Sedangkan untuk anak laki-laki, ada beberapa alternatif kostum seperti surjan, seragam polisi atau tentara, sampai seragam pilot. Yang paling sulit tentu saja jika cita-cita si anak laki-laki adalah PNS, maklum, baju korpri berukuran anak memang sulit didapat.

Maka setiap bulan April adalah berkah bagi beberapa tempat persewaan kebaya karena beberapa orang tua yang logis sudah barang tentu akan segera nglarisi usahanya. Sisanya saya anggap tidak logis, karena para orang tua itu akan membeli pakaian baru atau order ke penjahit langganan. Mengesampingkan fakta bahwa baju-baju lucuk itu hanya akan menjadi artefak dalam beberapa tahun saja.

Terlepas dari pendapat para cendekia sejarah tentang betapa perayaan hari Kartini di negara kita adalah sungguh sebuah pendegradasian nilai-nilai subtil tentang perjuangan Kartini, saya pribadi mengenang Kartinian masa kecil saya sebagai sebuah momen yang indah. Saya tidak bisa menjelaskan kenapa kok bisa indah. Mungkin karena saya melihat beragam atribut pakaian kejawen yang selalu hadir dalam ukuran orang dewasa ternyata bisa di minimize, dan saya (waktu itu umur 5 tahun) tampak menggemaskan dalam balutan kostum kebaya meskipun cita-cita saya waktu itu adalah menjadi astronot.

Jika Anda pria dewasa, jomblo ataupun on the market, menikah atau belum menikah, cobalah pergi ke bank saat hari Kartini. Niscaya Anda akan menemukan kecantikan wanita Indonesia yang utuh ketika memandang embak-embak teller dan costumer service dalam balutan kebaya. Seksi dalam konteks yang mriyayeni tersaji lewat betis yang hanya tampak mintip-mintip malu di balik kain jarik. Percayalah.

Jujur, Saya pribadi iri melihat embak-embak itu. Mereka bisa punya alasan kuat untuk berkebaya tanpa harus berakhir di gedung resepsi. Apakah ada cara lain untuk bisa benar-benar merasakan sensasi berkebaya dan berkain untuk bekerja selain di bank? Mungkin ada di beberapa kantor pemerintah. Tapi masak iya mau berkebaya untuk kulakan bahan di pasar, kirim paket ke stasiun lalu pulangnya mampir swalayan beli susu. Lak yo malah wagu.

Di pasar, di kampung, dan di sawah, saya masih sering melihat simbah-simbah putri berkain dengan setagen yang membebat perutnya, dan jika udara gerah mereka masih menyisakan kutang sebagai penutup tubuh karena kebaya secara optional bisa dilepas. Sungguh cara berbusana yang hampir bisa dipastikan akan punah dalam 10-20 tahun lagi. Yang tersisa hanya kios-kios usang yang menjual kebaya dan kain batik bekas di sudut-sudut klitikan. Tragis.

Untuk itu, sebagai wanita Indonesia yang peduli busana Nasional, maka pada momen Kartinian kali ini, meskipun sungguh di luar konteks “Kartini” jika dipantau dari sudut pandang manapun, saya berharap pada pak Presiden Jokowi agar segera menggerakkan seluruh instansi terkait guna merespon kegelisahan saya mengenai hal ini. Saya mengusulkan agar pemerintah menyelenggarakan hari Kartini yang lebih masif dan terstruktur. Kalau perlu buat menjadi seminggu. Minggu Kartini.

Prosedurnya, buatlah kewajiban berkebaya di minggu Kartini bukan untuk dedek sekolah saja, tapi semua wanita Indonesia. Di pasar, di kantor, di rumah, di pusat perbelanjaan semua wanita harus berkebaya. Kalau perlu kerahkan satpol PP untuk mensweeping para wanita yang tidak melaksanakan anjuran pemerintah. Konde? Tidak perlulah, cukup sebagai optional yang sifatnya sunnah.

Jika perlu, selama seminggu itu pemerintah merangkul semua elemen masyarakat termasuk diantaranya para motivator, selebgram, hingga blogger, untuk mengkampanyekan kebijakan ini. Misalnya menghimbau semua selebgram yogis ternama untuk membuat yoga pose challenge dalam balutan kain kebaya, mewajibkan semua motivator agar memposting faedah berkebaya di semua lini masa mereka, menghimbau semua blogger fashion untuk mengulas tips berkebaya praktis sebelum minggu itu dimulai.

Sungguh tiada upaya yang tak mungkin untuk dilakukan jika tujuan dibaliknya adalah benar-benar baik. Saya percaya, walaupun akan terasa mustahil pada awalnya, tapi kebaya sebagai pakaian sehari-hari sangat mungkin untuk kembali membudaya. Program yang awalnya seminggu dapat ditindak lanjuti oleh beberapa pihak, seperti bank BUMN, bank swasta, pusat perbelanjaan, hingga kantor-kantor swasta nantinya akan menjadi sebuah program yang berkelanjutan. Yang awalnya kebijakan bisa menjadi kebiasaan. Yang awalnya terpaksa bisa menjadi terbiasa.

So, Jika masa itu tiba, bukan mustahil kita akan dengan mudah menemukan diskotik dan tempat dugem yang penuh dengan wanita berkebaya di dalamnya. Mereka ngebir, dan tetap berbudaya.

 

Terakhir diperbarui pada 11 Agustus 2021 oleh

Tags: jarikKartinikebayawanita
Iklan
Gernatatiti

Gernatatiti

Artikel Terkait

Acara Kita Berkebaya tekankan nilai luhur kebaya sebagai produk warisan yang sarat makna MOJOK.CO
Kilas

Gerakan Kita Berkebaya, Bicara Soal Identitas Budaya hingga Pemberdayaan Ekonomi

8 Agustus 2025
Universitas Wanita Internasional, Kampus Khusus Wanita Pertama dan Satu-satunya di Indonesia MOJOK.CO
Kilas

Universitas Wanita Internasional, Kampus Khusus Wanita Pertama dan Satu-satunya di Indonesia

19 Oktober 2023
Kartini Dalam Tungku Pembakaran Api Gerwani
Video

Kartini Dalam Tungku Pembakaran Api Gerwani

28 April 2023
Kartini berikan beasiswanya untuk Agus Salim. MOJOK.CO
Kotak Suara

Alasan Kartini Berikan Beasiswa Pendidikannya Kepada Agus Salim

22 April 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar




Terpopuler Sepekan

Komik Indonesia di tengah popularitas Manga dan Manhwa MOJOK.CO

Manga dan Manhwa Semakin Populer di Kalangan Anak Muda, ke Mana Komik Karya Indonesia?

20 September 2025
Kelangkaan BBM di SPBU Shell: bayang-bayang PHK bikin nelangsa pikirkan nasib ibu, berat pindah merek lain karena ragu MOJOK.CO

Kondisi SPBU Shell bikin Nelangsa Pikirkan Nasib Ibu, Takut “Risiko” kalau Pindah Pertamina

18 September 2025
Hentikan MBG! Tiru Keputusan Sleman Pakai Duit Rakyat (Unsplash)

Saatnya Meniru Sleman: Mengalihkan MBG, Mengembalikan Duit Rakyat kepada Rakyat

19 September 2025
Beasiswa, UB Malang.MOJOK.CO

Menolak Berbagai Beasiswa PTS demi Kuliah di UB Malang: Dulu Menyesal, Kini Bersyukur Dapat Banyak “Berkah”

22 September 2025
UGM Gelar Doa Lintas Iman Mojok.co

UGM Gelar Doa Lintas Iman untuk Sikapi Kondisi Bangsa

18 September 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.