Setelah Selawat Dinyanyikan di Stadion, Ini Saatnya Reggae dan Dangdut Koplo

piala menpora

piala menpora

Di stadion, selain menyaksikan pertandingan sepak bola, menonton kreativitas suporter juga merupakan kegiatan yang menarik.

Bahkan ada penonton sepak bola yang datang ke stadion hanya untuk menyimak koreo dan mendengarkan langsung chant suporter. Biasanya penonton sepak bola semacam ini sudah paham bahwa aksi suporter lebih menggetarkan hati daripada permainan sepak bolanya sendiri. Mashook.

Berbekal henpon dengan baterai penuh, penonton tipe ini tak lupa membeli paket internet. Buat apa? Ya buat IG story. Bisa jadi dia akan pulang tanpa tahu hasil pertandingan karena yang penting hasrat eksis sudah terpuaskan. Ngomong-ngomong, soal macam tipe penonton sepak bola, minggu depan akan saya tulis. Itu kalau Pimred Mojok si Arlian Buana Tunggadewi masih belum sadar dari mabuknya nyuruh saya nulis bola buat situs web zombie milenial.

Kembali ke laptop. Karena yang namanya kreativitas itu melewati sekat suku dan agama, maka suporter sepak bola juga tak ketinggalan melahirkan cara-cara menyanyi yang aduhai. Tanggal 12 Juni kemarin, Laskar Santri berselawat di Stadion Gelora Bangkalan ketika Madura United membabat Semen Padang dengan skor 6—0! Ini bukti kekuatan doa memang luar biasa.

Selawat sudah jelas bisa dipakai buat anthem bagi Laskar Santri yang isinya nggak usah ditanya, pasti muslim semua itu. Tapi, saya yang kafir ini masak ya mau ikutan, bikin senang Agus Mulyadi dan Gus Daffy saja. Soalnya dua orang ini hampir tiap kali ketemu selalu berinisiatif mendorong saya mengucap syahadat. Pindah agama gampang, dipecat jadi anak yang nggak gampang.

Oleh sebab itu, saya menyarankan dua lagu di bawah ini untuk digubah sedemikian rupa sehingga kami para kafirun juga bisa ikut bernyanyi bersama di stadion.

Three Little Birds”, Bob Marley

Lagu reggae ini sedap betul didengarkan pagi-pagi sekitar pukul 11. Ketika baru bangun, dengan mata masih lengket, lalu lagu ini mengalun, simaklah sambil menyeruput kopi.

Rise up this mornin’,

Smile with the risin’ sun,

Three little birds

Pitch by my doorstep

Singin’ sweet songs

Of melodies pure and true,

Sayin’: “This is my message to you-ou-ou”

Singin’: “Don’t worry ‘bout a thing

‘Cause every little thing gonna be all right.”

Singin’: “Don’t worry (don’t worry) ‘bout a thing,

‘Cause every little thing gonna be all right!”

Lagu ini bakal cocok dinyanyikan para suporter ketika timnya kalah. Intinya, kalah nggak masalah asal jangan ngamukan kayak suporter Manchester United. Kalah nggak apa-apa, paling cuma degradasi. Hidup ini “los stang ja” kalau kata seniman Samuel Indratma sekali waktu.

Situ nggak percaya? Coba tonton video suporter Ajax Amsterdam. Syahdu. Cocok untuk dinyanyikan di Indonesia karena di sini, tabrakan yang berbahaya pun nggak dikasih kartu kuning. Nah, pemain yang cedera akan merasa sedikit enteng hatinya ketika dengar lagu ini dinyanyikan dengan khidmat meski otot ligamennya ternyata putus.

Ya, “Every little thing gonna be all right.” Paling cuma pincang.

Ngamen II”, Eny Sagita

Dangdut harus dipertimbangkan dengan serius untuk dibawa ke kancah balbalan Indonesia. Mengapa? Ingat, salah satu penulis Mojok yang karyanya tak pernah terdengar lagi pernah bertutur kalau lirik-lirik dangdut sangat kontemplatif. (Hobi makan buntil, ngomong kontemplatif. Ra mashook.)

Memang, sudah beberapa kali suporter lokal menggubah lirik lagu “Iwak Peyek” demi kepentingan membakar semangat para jagoan lapangan hijau. Namun, itu kan mengubah lirik lagu. Yang sedang saya bicarakan adalah membawa dangdut secara utuh dan bulat ke atas mimbar tribun stadion. Dan lagu yang saya usulkan adalah lagu ini.

Eling-eling manungso bakale mati

Yen wes mati dikubur sanak famili

Dipendem jero diapit bumi

Ingat-ingat manusia bakal mati

Jika sudah mati dikubur sanak famili

Dikubur dalam diapit bumi

Dan si penulis Mojok tadi berkata dalam tulisannya, saya kutip secara utuh karena bagian ini saya setuju, bahwa:

“Lirik di baris awal lagu ‘Ngamen II’ ini mengingatkan kepada kita bahwa manusia pastilah akan mati. Sungguh sebuah dakwah yang halus dan elegan, karena mengajak menusia untuk mengingat maut serta senantiasa berbuat baik sebagai bekal amal.”

Lirik lagu tersebut akan mengingatkan para pemain untuk bermain secara sportif, tidak diving demi penalti kayak pemainnya Manchester United, selalu ingat dengan Tuhan, ingat bersedekah, membuang sampah pada tempatnya, dan tidak lupa persepuluhan. Masyaallah.

Bayangkan para suporter menyanyikan lagu ini sambil berangkulan. Pastilah suasana menjadi sendu, intim, dan membuat mbrebes mili. Pulang dari stadion langsung bertobat. Senang nonton bola, pulang pun dapat pahala.

Nah, silakan para suporter sepak bola Indonesia menimbang-nimbang usulan ini. Jangan batasi kreativitas Anda. Yang pasti, dua lagu di atas tak mengandung ejekan antarsuporter. Sehat dan berkwalitet. Mashook.

Exit mobile version