Wahai para budak koplo, pasti nggak asing sama Yeni Inka dan Happy Asmara, dong?
Dunia perkoploan seperti memiliki ekosistem dan kehidupannya sendiri, apa-apa yang mulai meredup pasti akan tergantikan. Tiga sampai empat tahun lalu kita boleh saja disibukkan dengan perdebatan siapa yang terbaik di antara Via Vallen dan Nella Kharisma, tapi sepertinya itu sudah nggak relevan lagi.
Ya, mungkin bagi beberapa orang, dua nama ratu koplo tersebut masih bisalah mengisi persaingan ketat perkoploan. Namun, menurut pendapat saya pribadi, dengan segala keadaan yang dihadapi mereka saat ini saya harus mengatakan, “Prei sik, Bos, gantian kancane”.
Hoookeee, karena sudah memasuki era baru, mari kita sambut dua calon ratu koplo selanjutnya yaitu Yeni Inka dan Happy Asmara. Ya, saat ini, dua nama besar ini rajin sekali mengisi trending musik koplo di dunia maya. Mengingat sekarang orkes sedang tidak boleh digelar, kecuali acara electone atau karaoke yang dilakukan oleh beberapa pejabat daerah (eh, boleh nggak, sih?), patokannya ya dunia maya lebih-lebih YouTube.
Dua pelantun koplo dari Jawa Timur ini benar-benar membawa kebaruan di dalam dunia musik koplo. Jika dulu Via dan Nella sering mengikutkan angklung sebagai pengiring lagunya, kini Yeni Inka dan Happy Asmara mempunyai cara yang sedikit modern dengan menyisipkan alunan saxophone di tiap-tiap lagunya. Ya, meskipun nggak semuanya, sih.
Tapi yang jelas, kebaruan yang dihadirkan oleh Yeni Inka dan Happy Asmara ini pastinya akan membuka persaingan baru di skena musik koplo. Mungkin di waktu dekat-dekat ini kita nggak usah kaget kalau akan sering mendengar siapa yang terbaik antara dua penyanyi koplo muda tersebut.
Harus diakui, era Vianisty dan Nella Lovers sepertinya akan segera berakhir. Mari kencangkan sabuk pengaman untuk masuk ke babak baru. Perdebatan yang sepertinya akan nggak kalah mbuletnya seperti siapa yang terbaik antara Messi dan Ronaldo, yaitu siapa yang terbaik antara Yeni Inka dan Happy Asmara.
Mungkin bagi beberapa orang, mulai menyaingkan Yeni Inka dan Happy Asmara ini kurang sedikit fair. Hal ini mengingat Happy memiliki jam terbang yang cukup tinggi seperti sudah malang melintang di dunia televisi. Ibarat kata, Happy sudah jalan bahkan berlari dan di sisi lain Yeni Inka masih baru saja berdiri.
Ya, boleh-boleh saja mempunyai pendapat demikian. Indonesia negara loosss, siapa pun boleh berpendapat tentang apa pun. Yang penting jangan mengkritik pemerintahan aja, soalnya konsekuensi yang dihadapi adalah pertanyaan template dari buzzer, “Lalu solusinya apa? Budayakan mengkritik dan memberikan solusi!” Atau kalau nggak, “Emang apa sudah kamu lakukan buat negara?” Hash taek.
Meski bisa dianggap kalah start dari Happy Asmara, Yeni Inka agaknya nggak kalah-kalah banget. Di kampung saya, owner-owner sound system lebih suka nyetel lagu dari Yeni Inka daripada Happy Asmara. Ini mungkin pertanda kecil jika Yeni Inka adalah uwonge wong cilik. Jangan remehkan kekuatan wong cilik apalagi yang merakyat, loh.
Kalau saya pribadi, belum siap menentukan siapa yang terbaik di antara keduanya. Saya suka Yeni Inka karena nggak kakehan polahnya di atas panggung serta suara serak basahnya. Saya juga sangat menikmati aksi enerjik Happy Asmara serta cengkok halus suaranya.
Alih-alih mencari siapa yang terbaik antara Yeni Inka atau Happy Asmara, saya lebih milih mendengarkan lagu dari mereka berdua sambil kerja. Terus terang, sebagai penikmat musik koplo saya lebih berharap dua penyanyi ini terus memberikan warna baru di skena musik koplo daripada menentukan siapa yang akan menjadi yang terbaik. Pasalnya, mereka sudah menang dan menjadi terbaik di masyarakat dan atine cah enom-enom.
Lagipula, wacana persaingan ketat antara Yeni Inka dan Happy Asmara agaknya perlu kita semarakkan lagi. Karena ini bisa menjadi wacana yang lebih sehat dari pada wacana siapa yang lebih pekok ngurusi pandemi di antara presiden apa menteri-menterinya. Eh, sama aja, ya? Kan, menteri dapat perintah dan arahan dan presiden, atau malah sebaliknya?
Sumber Gambar: YouTube Musik Jawa
BACA JUGA Pura-pura Menyukai Dangdut Koplo, Salah Satu Cara Bertahan di Pergaulan Masyarakat dan tulisan Arif Mashudi lainnya