Yang Tidak Dikatakan Wirda Mansur tentang Keajaiban Sedekah

Yang Tidak Dikatakan Wirda Mansur tentang Keajaiban Sedekah

Yang Tidak Dikatakan Wirda Mansur tentang Keajaiban Sedekah (Pixabay.com)

Beberapa saat yang lalu media sosial dihebohkan dengan penggalan video Wirda Mansur yang membagikan pengalaman keajaiban sedekah yang dialaminya. Video tersebut ramai diperbincangkan di berbagai platform sosial media. Dalam video tersebut dengan berurai air mata, Wirda menuturkan bahwa kebiasaannya menyisihkan rezeki untuk kedua orang tuanya berbuah manis.

Bagaimana tidak, ketika doi berkeinginan memiliki mobil semesta seolah menjawab doa Wirda setelah dirinya bersedekah 100 juta—50 juta di antaranya ditransfer ke rekening sang ayah—untuk orang tuanya. Rejeki nomplok berupa mobil senilai 1,4 miliar yang sudah diincar Wirda didapat dari seorang tamu yang bertandang ke rumah secara cuma-cuma.

Sontak saja video tersebut banyak memancing jari gatal netizen untuk ikut berkomentar. Sebagian besar merespons nggak habis pikir dengan pernyataan Wirda. Ada yang menyoroti nominal 50 juta yang dikatakan Wirda nggak seberapa untuk ayahnya, alias cuma recehan. Ada juga yang menyoroti pola pikir Wirda terkait sedekah yang mirip dengan ayahnya dan nggak kunjung tobat.

Perlu diingat bahwa beberapa tahun lalu keluarga Ustad Yusuf Mansur sedang menjadi sensasi di negeri ini gara-gara polemik Paytren, video ceramahnya soal sedekah yang dianggap kontroversial, hingga pernyataan Wirda yang terkesan mencla-mencle soal studinya. Makanya ketika video terbaru soal keajaiban sedekah ini mencuat, netizen cukup menyayangkan pola pikir Wirda soal sedekah yang nggak kunjung berubah.

Sebenarnya apa yang dikatakan Wirda dan ayahnya soal keajaiban sedekah itu ada benarnya. Bahkan dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 261, Allah SWT telah menjanjikan ganjaran bagi hamba-Nya yang gemar bersedekah. Begini terjemahan ayatnya:

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Dakwah Wirda Mansur dan ayahnya yang mengagung-agungkan keajaiban sedekah memang pada dasarnya benar. Prasangka baiknya, mereka berniat menginspirasi umat untuk semakin rajin bersedekah dan nggak perlu takut miskin dengan membagikan testimoni keajaiban sedekah yang mereka alami sendiri.

Memang, mereka terlalu bombastis untuk rakyat kecil semacam saya. Tapi apa sih yang nggak bisa dilakukan sama Allah? Kun fayakun. Saya sangat percaya kalau keajaiban sedekah itu nyata. Saya juga sangat yakin kalau banyak orang yang sudah paham tentang keajaiban ini karena sudah merasakan sendiri.

Yang tidak dikatakan Wirda dan ayahnya adalah ganjaran yang dijanjikan Allah bisa dimaknai secara luas, tidak sebatas kekayaan duniawi. Bisa saja berupa nikmat kesehatan, dijauhkan dari mara bahaya, dilancarkan urusannya, ditentramkan hatinya, atau menjadi penolong di akhirat. Menilai nikmat Allah hanya sebatas kenikmatan duniawi adalah hal yang kurang bijak.

Menurut saya pribadi, mengajak audience untuk memaknai ganjaran sedekah secara luas sama pentingnya dengan mengampanyekan amalan sedekah itu sendiri. Biar umat nggak ada yang merasa tertipu sama agama. Padahal agamanya sudah baik dan nggak menipu, pendakwahnya aja yang tidak utuh—kalau tidak boleh disebut keliru—dalam menyampaikan firman Allah dan kebetulan ditelan oleh orang-orang putus asa yang mengharapkan suatu keajaiban. Jangan salah, di kolom komentar aja bisa disaksikan kalau ada aja orang yang termakan dengan dakwah manis ini, dan menjadikan ibadahnya dengan Tuhan sebagai hubungan yang transaksional.

Jangan sampai deh umat jadi sedekah cuma karena berharap hartanya dilipat gandakan. Apalagi kalau nyuruh sedekahnya maksa, nakut-nakutin umat sama ayat dan itung-itungan sama Tuhan. Kalau memang buat hidup sehari-hari aja masih susah ya biarkan mereka memenuhi hajat hidupnya dulu. Lagi pula sedekah itu nggak cuma berupa harta, tenaga juga bisa, bahkan menurut Rasulullah senyum juga bagian dari sedekah.

Buat Tuhan yang Maha Kaya, harta yang kita sedekahkan itu, betapapun besarnya tetap nggak seberapa di mata-Nya. Justru keikhlasan yang lebih penting di mata Tuhan dibandingkan nominal.

Lagipula dalam ayat yang saya kutip tadi, sudah dijelaskan bahwa Allah akan melipat gandakan ganjaran bagi siapapun yang Dia kehendaki. Kalau menurut Allah kita belum pantas mendapat amanah rezeki sebesar Wirda Mansur dan keluarganya, ya sampai jidat kita menghitam gara-gara kebanyakan sujud pun kita nggak akan dapat.

Bisa jadi ketika diberi amanah harta yang besar kita jadi angkuh dan lupa diri, layaknya orang kaya baru di sinetron-sinetron yang layak diazab. Bisa juga ketika jenjang karier yang kita inginkan tercapai, kita jadi lupa waktu untuk beribadah. Intinya Tuhan tau apa yang terbaik bagi umat-Nya melebihi pengetahuan umat-Nya sendiri. Rencana Allah selalu lebih baik daripada rencana manusia jika kita bisa mengambil hikmah.

Ibadah tidak bisa disamakan dengan hubungan dagang, dan tidak seharusnya bersifat transaksional.

Yang tidak dikatakan Wirda Mansur tentang sedekah adalah bahwa sedekah, itu tak pernah hitam putih. Entah dia memang sengaja tak bilang, atau justru tidak tahu. Tapi, yang jelas, selain sedekah, dia cuman mau bilang kalau dia punya mobil yang harganya mahal. Itu, jelas kita tahu apa maksudnya.

Penulis: Erma Kumala Dewi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Wirda Mansur Perlu Belajar Metode SMART biar Wishlist-nya Nggak Halu

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version