Yang Mashook dan Ramashook dari Penjelasan Denny Siregar Soal Kartu Pra-Kerja

kartu pra-kerja

Yang Mashook dan Ramashook dari Penjelasan Denny Siregar Soal Kartu Pra-Kerja

Denny Siregar dua kali menuliskan topik Kartu Pra-Kerja pada fanpage Facebook miliknya. Tujuannya sih untuk menjelaskan kepada khalayak yang menurutnya masih banyak gagal paham, bukan hanya untuk memuji-muji program Pak Jokowi. Dari beberapa penjelasan yang muncul sebagian dapat dinalar alias mashook namun sebagaian lagi di luar nalar alias ramashook.

Ada beberapa penjelasan yang mashook dari tulisan Denny Siregar tentang kartu Pra-Kerja. Salah satunya ketika ia menjelaskan bahwa “duit 5,6 triliun yang dikeluarkan itu tidak masuk ke perusahaan stafsus sebagai salah satu platform pelatihan digital.” Yang dimaksud perusahaan milik stafsus milenial itu Ruang Guru, Adamas Belva Devara.

Penjelasan ini mashook karena ini memang benar adanya. Ruang Guru bukanlah satu-satunya platform digital yang bekerja sama, ada delapan platform digital yang terlibat dari pelatihan maupun penyedia akses-akses yang digunakan sepanjang pelatihan. Ada Tokopedia, Ruang Guru, Maubelajarapa, Bukalapak, Pintaria, Sekolahmu, Pijar Mahir, dan Sisnaker dan para peserta yang memilih sendiri akan kemana.

Soal siapa yang paling dapat banyak untung, semua tergantung peserta yang nantinya akan memilih skill pelatihan apa yang paling menarik minat mereka. Provider yang menyediakan pelatihan skill itu yang kemudian akan mendapat keuntungan. Kalo ini sih jadinya terganting kemampuan marketing dari para provider.

Selanjutnya Denny menjelaskan kalau “Pemerintah menganggarkan 20 triliun untuk 5,6 juta peserta pelatihan tenaga kerja. Nah, masing-masing peserta dapat uang 3,55 juta. Dari 3,55 juta itu, 1 juta harus digunakan pelatihan. Sisanya 2,55 juta itu adalah biaya hidup yang perbulannya 600 ribu/peserta selama 4 bulan. Sisanya 150 ribu diberikan setelah menjawab survei.”

Penjelasan ini juga masih mashook, cuma yang luput dari penjelasannya adalah bahwa yang diberikan bukan uang tunai tapi saldo non tunai pada platform (Gopay, OVO, dll).

Btw jangan harap satu juta buat pelatihan itu bisa digunakan untuk buat beli gorengan. Saldo non tunai itu hanya bisa digunakan ke delapan platform yang menyediakan pelatihan onlen.

Soal bagaimana jika kita nanti ternyata peserta kecanduan ikut pelatihan onlen yang biayanya muahaalll pakai buaangget padahal ya isinya sama saja dengan YouTube gratisan atau misal kita punya minat belajar yang sangat tinggi sampai-sampai pengin ikut semua pelatihannya, kalau saldo sejuta buat beli pelatihan habis, ya mau nggak mau harus pakai dana pribadi kalau mau lanjut ckck. Semua ini tidak dijelaskan oleh Denny sama sekali.

Oh iya syarat dapat dana intensif ini adalah harus ikut pelatihan dan jika peserta tidak ikut pelatihan biaya hidup bulanan tidak akan cair. Selain itu nama peserta bisa dicoret untuk pelatihan Pra-Kerja tahun depannya.

“Kartu Pra-Kerja ini awalnya didesain bekerjasama dengan banyak mitra offline seperti balai latihan kerja dan lainnya. Namun karena wabah corona menyerang, sistemnya kemudian diubah menjadi pelatihan online dengan konsep berlatih di rumah.”

“Karena yang siap online sampai saat ini hanya ada delapan mitra yang telah disebutkan di atas maka cuma itu yang bekerja sama. Nanti kalau ada mitra yang siap lagi ditambah, yang penting kartu Pra-Kerja ini jalan dulu karena banyak orang butuh uang.”

Hmm hmm hmm. Ya mashook sih apa yang dia bilang, tapi yang jadi pertanyaan, kenapa terkesan sangat terburu-buru? Ini jawaban blio, “arena situasi sulit sekarang, banyak orang butuh bantuan keuangan. Ingat ya, di konsep kartu Pra-Kerja itu, setiap peserta pelatihan dapat 600ribu/peserta setiap bulannya selama empat bulan. Ini seperti bantuan untuk bertahan hidup di situasi sulit ini.”

Bentar-bentar. Jadi kartu Pra-Kerja ini tuh buat melatih skill atau buat uang bertahan hidup sih?

Kalau buat bertahan hidup, harusnya ya nggak usah repot-repot bikin skema pelatihan kerja, langsung saja dikasih bantuan langsung tunai (BLT). Kalau bentuknya BLT kan lebih tepat sasaran karena memang dibutuhkan sama masyarakat kelompok rentan, udah gitu, kemungkinan ada penumpang gelap (baca: orang minta proyekan) juga bisa diminimalisir. Kalau gitu kan sudah jelas lebih baik. Ya nggak?

Saat ini roda ekonomi sedang macet karena pandemi. Banyak warga negara yang dirumahkan bukan karena mereka tidak punya skill yang bisa dilatih dengan program-program yang disediakan provider namun semata-mata karena ekonominya saja sekarang mandeg. Seandainya duit untuk pelatihan semuanya dibagikan juga untuk yang terdampak ekonomi akibat pandemi, saya pikir ini malah akan jauh lebih tepat sasaran.

Ngasih uang buat konsumsi masyarakat bukan hanya bisa menyelamatkan mereka dari kelaparan, tapi juga bisa menggerakan sedikit ekonomi karena akan lebih banyak orang yang melakukan konsumsi. Artinya, keselamatan dapat, ekonomi juga bisa sedikit didongkrak.

Lagian kok ya rasanya kartu Pra-Kerja ini bias kelas ya? Kemungkinan besar yang bisa akses pasti masyarakat kelas menengah soalnya orang miskin biasanya nggak punya keleluasaan soal kuota, bahkan ada juga yang nggak mengerti cara mengakses konten yang online-online seperti itu.

Terkahir, argumen yang ramashook dari Denny adalah ketika ia menjelaskan bahwa yang diuntungkan dari program ini bukanlah perusahaan mitra namun para tutornya.

“Perusahaan mitra tadi hanya sebagai mediator saja, mempertemukan para pelatih dengan orang yg akan dilatih. Seperti Ruangguru. Aplikasi itu mempertemukan guru dan murid. Bukan aplikasi itu yang pegang duit. Jadi sebenarnya yang diuntungkan bukan perusahaan mitranya, tetapi para pengajar. Ada guru, ada wiraswatawan, ada montir dll. Mereka inilah yang jadi pengajar dan mendapat insentif dari apa yang mereka ajarkan.”

Penjelasan ini terkesan mashook tapi ya sebenarnya ramashook soalnya, emangnya ada orang mendirikan perusahaan untuk mengabdi demi negeri meski harus merugi?

Ya ora to Den. Mikir!!!

BACA JUGA 3 Kelebihan Program Kartu Pra-Kerja yang Tidak Pernah Kamu Pikirkan Sebelumnya dan tulisan Aliurridha lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version