Sejak kali pertama muncul sekitar tahun 2007, saya sudah kepincut dengan gagahnya Yamaha Vixion. Dilihat dari arah mana pun, Vixion adalah motor yang punya tongkrongan kece banget. Apalagi harga motor ini terbilang masih terjangkau di kelasnya. Saya tidak bilang murah, tapi, dari segi harga, betul-betul bersaing dengan motor berjenis sport lainnya.
Jujur saja, saya sendiri nggak asing dengan Vixion karena pada tahun 2012, saya sempat memiliki dan merasakan gimana nyamannya mengendarai Vixion generasi kedua yang lampunya runcing seperti membentuk huruf v dengan body tambahan yang sporty betul. Mulai dari tarikan gas sampai dengan posisi saat saya berkendara. Betul-betul ergonomis dan nggak bikin pegal punggung juga selangkangan. Serius.
Saat masih kuliah, saya sering mengendarai Vixion dari Bogor ke Depok. Pulang-pergi. Dengan jarak yang terbilang lumayan, saya merasa badan saya baik-baik aja dan nggak terasa pegal. Dan saya cukup yakin, salah satu faktornya adalah jarak antara posisi duduk dan stang yang sangat ergonomis.
Sejak awal duduk di jok Yamaha Vixion, secara tidak sadar badan saya langsung memosisikan diri pada gestur yang paling nyaman saat berkendara. Punggung jadi nggak gampang pegal dan capek aja gitu. Dibikin nyaman, lah, pokoknya.
Soal tarikan, sih, nggak perlu diragukan lagi. Dengan mesin berkekuatan 150 cc, tarikannya pol-polan betul. Gas terbilang ringan dan perpindahan antar gigi sangat responsif. Jadi, sangat nyaman ketika dipakai sedikit ngebut walau hanya memiliki transmisi manual 5-speed (mentok di gigi 5).
Pada masanya, banyak yang mengeluh dan memperdebatkan hal tersebut. Katanya, bagi ukuran motor sport dan biasa dipakai untuk keperluan touring, 5-speed itu terbilang nanggung. Apalagi kompetitor terdekatnya, Honda CB105R, sudah memiliki 6-speed.
Bagi saya, sih, Yamaha Vixion generasi pertama (bahkan sampai dengan yang terbaru) sudah memiliki bentuk dan komposisi yang paling paripurna. Jadi, tidak perlu repot-repot memperdebatkan hal tersebut.
Kalau mau transmisi manual sampai dengan 6-speed dan kalian pecinta Yamaha, kan ada R15 yang bisa memenuhi hasrat kalian dalam mengendarai motor dengan akselerasi yang mumpuni. Jadi, jangan usik Vixion dengan segala spesifikasi terbaik dari pabriknya.
Bicara soal boros atau tidaknya bahan bakar yang digunakan, rasanya hanya beda tipis dengan motor pabrikan lain, kok. Buat saya, soal bensin akan tergantung pada pemakaian dan jarak yang ditempuh. Paling penting, isi dengan bahan bakar terbaik. Minimal pertamax atau sebangsanya biar bisa sekaligus merawat mesin.
Ya, kan sayang aja gitu, jika motor atau kendaraan dengan spesifikasi terbaik nggak diimbagi dengan bahan bakar yang baik juga.
Untuk motor dengan ukuran yang bongsor, pergerakan Vixion cukup lincah dan gesit. Bodinya pun terbilang ringan di kelasnya. Suwer. Bagi saya yang memiliki tinggi 160-an cm dan berat 59 kilogram, Vixion masih dapat dikendalikan dengan baik. Sederhananya sih, nggak “kebanting” antara berat badan dan bobot motor gitu. Nggak ringan, tapi nggak berat juga. Bobotnya pas. Itu kenapa, enak banget buat dibawa santai atau agak ngebut.
Selama empat tahun menggunakan Yamaha Vixion generasi kedua, biaya perawatan pun terbilang bisa dikontrol dan selalu saya service secara berkala. Mau bagaimanapun, saya kadung cinta dengan Vixion berwarna putih dengan bodi tambahan dan strip berwarna merah ini.
Sayangnya, pada 2016 lalu, karena satu dan dua hal, saya harus menjual Yamaha Vixion ini dan merelakan kebersamaan yang sudah dijalin selama empat tahun belakangan. Ada perasaan kehilangan dan sedih yang lumayan mendalam. Wajar juga, sih, karena sudah cukup lama bareng-bareng. Apalagi, ia juga menjadi saksi bisu perjalanan dan kisah asmara saya dengan seorang gebetan kala itu.
Jika dirunut, sampai dengan saat ini Yamaha Vixion sudah memiliki beberapa generasi dengan teknologi mumpuni dan bodi yang semakin futuristik.
Meskipun begitu, soal tampilan, terlepas dari romantisasi, bagi saya Vixion generasi kedua dengan headlamp meruncing seperti bentuk segitiga terbalik adalah yang terbaik dari jenis Yamaha Vixion lainnya. Pasalnya, ia betul-betul memberi kesan yang sangat agresif dan menjadi pelopor bagi tipe Vixion berikutnya.
BACA JUGA 3 Kekurangan Supra Fit Edisi Pertama yang Bikin Pusing Pemiliknya dan artikel Seto Wicaksono lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.