Yamaha, Rossi, dan Komeng, adalah kombinasi yang fenomenal. Tapi, Yamaha yang saya maksud bukan lah si pabrikan motor itu, tapi alat musik, khususnya gitar. Ketika orang pengin beli gitar, apalagi gitar pertama mereka, pikiran mereka tertuju ke merek Yamaha.
Dan biasanya, gitar pertama orang adalah Yamaha C315. Gitar klasik ini mudah ditemukan di rumah-rumah orang Indonesia, terutama bagi gitaris pemula dan gitaris kasual. Bahannya dari plywood, necknya tinggi, Memang tak senyaman gitar string dengan jarak senar dan fret yang rendah, tapi untuk pemula, ini bagus. Jarak fret dan senar yang tinggi bikin jari kuat, jadi kekuatan tangannya terbentuk.
Selain C315, ada seri F310 yang punya senar string. Bahannya sama, harganya pun tak jauh beda. Buat kalian yang merasa nilon atau klasik tak sesuai karakter Anda, pake aja gitar string. Lebih enak, tapi tangan kalian lebih cepat lecet. Lha besi e, Buos.
Yamaha adalah merk gitar akustik yang paling dekat dengan rakyat. Terbukti dari banyaknya versi bajakan alias barang palsunya. Beberapa menggunakan cara yang lebih baik. Mulai dari mengganti merk, meski nyerempet-nyerempet. Seperti Yammaha, Yaamaha, Ya-maha, hingga Yam-Aha. Menurut saya, yang seperti ini masih boleh. Meski bentuk sama, setidaknya nggak plagiat terang-terangan. Maksud saya, jual APX 600, bilangnya asli, padahal nggak. Kasian, orang-orang kan nggak tau mana yang asli dan yang palsu.
Tapi, hal ini terjadi karena masyarakat sudah terlalu percaya dengan merk ini. Asal Yamaha, atau nyerempet-nyerempet hampir mirip, pasti dibeli. Pokoknya merek ini adalah merek nomor satu untuk banyak orang. Apalagi mereka hadir di negara kita sejak dahulu kala. Sekarang pabriknya saja ada di Indonesia. Sehingga kita bisa dapat gitar Yamaha tanpa perlu impor. Alhasil, kita bisa mendapatkan gitar dengan harga murah. Ya, seperti C315 dan F310. Selain itu, gitar Yamaha paling mudah dicari. Mau di toko besar, toko kecil, pelapak online, toko buku, di mana-mana ada. Saking menjamur dan banyak jumlahnya, mencari yang bekas juga mudah. Pokoknya mudah ditemui di mana pun.
Merknya sudah terpatri di jiwa banyak orang. Seolah merek ini jaminan mutu dan pilihan teraman. Mau les, atau anak minta gitar, merek ini yang akan dipilih. Tak perlu bingung memilih, membandingkan harga, apalagi sampai keluar duit banyak-banyak. Seperti orang Jogja yang bingung mau makan apa, tinggal pergi ke Olive chicken, aman, murah dan pasti enak.
Terpercaya sejak dahulu, itulah kuncinya. Kepercayaan yang sudah pasti tak lahir dalam waktu singkat. Selain yang pertama dan beken—seperti Aqua dan Rinso—mereka selalu terpercaya mutunya. Mutunya tak pernah turun, pun punya banyak kelas harga. Dari yang delapan ratusan hingga satu juta ada. Yang dua sampai tiga jutaan banyak, bahkan yang kelas expert dan concert pun ada.
Nah, di situlah kekuatan Yamaha. Punya gitar pabrikan dan sudah pasti original, namun harganya murah. Tak hanya babat alas, namun juga konsisten. Seperti yang saya bilang tadi, Yamaha adalah pilihan teraman. Oleh karena itulah, rasanya tepat jika gitar ini menjadi gitar pertama untuk banyak orang. Bukan hanya murah semata, tapi terpercaya. Baik dari segi kualitas, mudah dicari, dan nama besarnya yang sulit luntur. Seperti saat kita yang menyebut motor dengan Honda, atau air mineral dengan Aqua. Memang tak ada yang menyebut gitar dengan sebutan Yamaha. Tapi, akan selalu ada yang bertanya, “gitarmu itu merk apa? Yamaha bukan?”
Belakangan, merek ini memang mulai mendapat pesaing di harga entry level, seperti Cort. Tapi, Yamaha tetaplah yang selalu di depan. Tak hanya otomotifnya, di dunia musik pun merek ini tetap di depan.
Sumber Gambar: Pixabay
Editor: Rizky Prasetya