Don’t judge Yamaha Fazzio from its cover.
Ada pepatah mengatakan, don’t judge a book by its cover. Sekilas pepatah tersebut terdengar klise, tapi ada benarnya meski kadang sering terlupa. Terutama, untuk urusan beli-beli barang. Maklum, kodrat manusia itu kan memang gampang jatuh cinta pada sesuatu yang enak dilihat. Jadi, kalau ada barang yang agak nyeleneh dikit bentukannya, langsung ilang feeling (ilfeel) dan nggak pengen beli.
Misalnya, ketika melihat Yamaha Fazzio di showroom motor. Rasanya, susah banget untuk jatuh hati pada motor yang satu itu. Yamaha Fazzio ini, gimana ya? Bentukannya itu lho, nggak umum. Mau dibilang retro, bukan. Dibilang futuristik juga jauh. Lucu? Nggak juga. Agak bingung memang mendeskripsikan bentukan Yamaha Fazzio.
Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, makin banyak pengguna Fazzio yang semula (mungkin) beli karena terpaksa, mulai memandang motor ini dengan cara berbeda. Fazzio, ternyata nggak seburuk itu.
Kunci kenyamanan Yamaha Fazzio
Salah satu hal yang membuat Yamaha Fazzio ini diragukan adalah ban dan bodinya. Bannya kecil, 110/70 depan dan 110/70 belakang. Bodinya juga ramping. Maka, tak sedikit yang mengira motor ini bakal ringkih ataupun limbung. Tapi, ternyata? Nggak juga. Kuncinya, ada pada tekanan ban yang pas, mengikuti rekomendasi pabrik sekitar 29 psi depan dan 33 psi belakang untuk penggunaan normal.
Secara mekanis ini masuk akal sih. Soalnya, bobot Fazzio in ikan sekitar 95 kg, jadi kalau tekanan bannya kurang, motor bakal terasa goyang. Tapi, begitu tekanannya pas, beuhhh… combo bobot yang ringan plus ban kecilnya Fazzio justru jadi kombinasi yang enak. Motor jadi melaju lebih stabil, lincah, dan nurut. Coba aja dibawa masuk ke gang. Enak-enak aja, tuh. Untuk ukuran motor retro, ini bikin pengalaman riding jadi effortless. Doi beneran lebih mudah dipindah, diparkir, dimundurkan, dan dibawa putar balik di jalan sempit. Game changer banget ini sih.
Hal-hal kecil, tapi pentingÂ
Hal lain tentang Yamaha Fazzio yang pada akhirnya membuat penggunanya jadi jatuh cinta adalah betapa berjasanya Yamaha Fazzio dalam mempermudah urusan duniawi. Contoh, bagian deck-nya. Ukuran deck Yamaha Fazzio ini galon friendly. Fitur yang mungkin terlihat sepele, tapi sungguh sangat menyelamatkan hidup kita yang tiap berapa kali sehari harus ngangkut galon.
Bukan hanya itu saja. Ukuran bagasinya yang lumayan, sekitar 17,8 liter, cukup lega untuk menampung sepatu ukuran 43 ataupun tas kecil. Ditambah, ada double hook (depan dan belakang), yang membuat penggunanya bisa nyantolin barang bawaan banyak-banyak.Â
Pritilan-pritilan ini mungkin terlihat sederhana dan tidak penting. Tapi, lagi-lagi, yang sederhana itu justru yang jadi penyelamat hidup. Hati kita jadi tenang karena sepatu bisa masuk bagasi tanpa harus ketekuk. Dan, asik-asik aja kalau habis beli es teh mau lanjut beli sempolan, otak-otak, batagor dan tahu gejrot, tanpa harus kuatir mau dicantolin di mana semua itu.
Kabar baiknya lagi, jok Yamaha Fazzio ini relatif lebar, tapi tidak selebar Vario. Jadi, bisa muter-muter cari jajan tanpa bikin paha terasa pegal.
Konsumsi bensin irit
Biar bentuknya Yamaha Fazzio kerap dibilang mirip Jarjit, tapi dia irit. Konsumsi bensinnya bisa tembus 1:50–1:65, tergantung gaya berkendaranya. Angka ini bisa terjadi berkat sistem Hybrid Assist, yang membantu akselerasi 3 detik di awal. Dengan begitu, mesin Fazzio tidak perlu ngos-ngosan tiap kali kita narik gas. Sehingga, penggunaan BBM jadi lebih efisien deh .
Kalau dibandingkan dengan motor-motor lain yang desainnya lebih normal, angka ini jelas bikin minder. Misalnya, Honda Scoopy, Yamaha Gear atau Yamaha Mio, rata-rata konsumsi bensinnya ada di kisaran 1:45. Jadi ya balik lagi, don’t judge the book by its cover.
Pada akhirnya, dipikir-pikir lagi, Yamaha Fazzio ini tipikal motor yang bukan bikin love at first sight, tapi love after several rides. Ia harus dicoba dulu, dipakai harian dulu, dibawa ke gang sempit dulu, baru kelihatan pesonanya. Dan, kalau sudah nemu pesonanya, baru deh mikir ulang. Ternyata Yamaha Fazzio ini… boleh juga ya!
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Kenia IntanÂ
BACA JUGA Punya Motor Vespa Itu Menyenangkan, tapi buat Kendaraan Harian, Nggak Dulu.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















