Alhamdulillah saya dan beberapa teman saya baru saja menyelesaikan seluruh tahapan perkuliahan di UIN SATU Tulungagung. Setelah berhasil melalui semua tahapan, saya rasa hal yang paling ditunggu-tunggu adalah pendaftaran wisuda.
Namun, di balik momen bahagia yang ditunggu-tunggu ini mahasiswa UIN SATU Tulungagung dihadapkan dengan berbagai permasalahan seputar wisuda yang akan mereka jalani. Mulai dari wisuda di bawah terop, hanya didampingi satu orang tua/wali, hingga baru-baru ini beredar kabar yudisium ditiadakan. Tentu ini menjadi dilema tersendiri bagi mereka.
Wisuda UIN SATU Tulungagung dilaksanakan di bawah terop
Wisuda suatu perguruan tinggi umumnya dilaksanakan di sebuah gedung atau hotel, namun tidak bagi wisuda di UIN SATU Tulungagung. Dari awal pelaksanaan wisuda hingga kemarin wisuda periode ke-42, wisuda selalu dilaksanakan di lapangan utama depan gedung perpustakaan dengan memasang terop. Hal paling menyebalkan bagi wisudawan adalah saat musim hujan tiba.
Pasalnya, mereka sudah berdandan semaksimal mungkin namun tempatnya becek dan basah akibat diguyur hujan semalaman. Mau nggak mau mereka harus merelakan sepatunya yang cantik itu untuk menginjak jalan yang becek yang tak bisa dihindarkan. Karena setiap sudut jalannya sama, semua penuh genangan air.
Hanya didampingi satu orang tua
Setiap orang tua pasti ingin menyaksikan anaknya diwisuda. Hampir semua universitas mungkin menyediakan dua kursi untuk orang tua/wali agar mereka dapat menyaksikan langsung prosesi wisuda putra/putrinya. Namun, berbeda dengan UIN SATU Tulungagung.
Sejak wisuda ke-42 kemarin, wisuda UIN SATU hanya memberikan satu kursi untuk orang tua/wali. Adanya aturan ini tentu mengundang komentar cukup ramai dari calon wisudawan yang ingin kedua orang tuanya hadir. Mereka ingin menyaksikan momen penting dalam hidup mereka yang mungkin tak pernah terulang kembali.
Baca halaman selanjutnya
Wisuda sebulan sekali



















