Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Perbedaan Warung Madura di Jakarta dan Surabaya yang Nggak Banyak Orang Menyadarinya

Muhamad Iqbal Haqiqi oleh Muhamad Iqbal Haqiqi
5 Mei 2025
A A
Perbedaan Warung Madura di Jakarta dan Surabaya yang Nggak Banyak Orang Menyadarinya Mojok.co

Perbedaan Warung Madura di Jakarta dan Surabaya yang Nggak Banyak Orang Menyadarinya (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Warung Madura yang berada di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya perlahan tumbuh sesuai dengan karakteristik daerah masing-masing. 

Warung Madura tidak bisa dipisahkan dari kehidupan orang Indonesia. Keberadaannya sama pentingnya seperti Warteg (Warung Tegal) yang menyediakan berbagai masakan rumahan atau rumah makan Padang yang menawarkan berbagai masakan Minang yang kaya akan bumbu rempah. 

Toko kelontong yang biasanya dimiliki oleh orang Madura ini mampu menjawab kebutuhan masyarakat di sekitarnya dengan harga yang terjangkau. Itu mengapa warung ini bisa tetap eksis di tengah menjamurnya jaringan minimarket. Di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, mereka hadir mengisi ruang-ruang sempit untuk menjangkau konsumen dari berbagai kalangan. Saya yang pernah merantau di Jakarta dan kini di Semarang merasakan betul manfaat adanya warung Madura ini.

Sering bersinggungan dengan toko kelontong ini membuat saya sadar bahwa warung Madura di tiap daerah itu punya karakteristik masing-masing. Saya merasakannya sendiri ketika merantau di Jakarta. Tapi disclaimer dulu, perbedaan ini berdasarkan pengamatan saya dan juga penuturan dari beberapa pemilik warung dan teman saya yang dari Madura. Jadi sedikit subjektif.

Pelayanan pemilik atau penjaga warung Madura

Perbedaan yang paling kentara antara warung Madura di Jakarta dengan Surabaya adalah karakter dari pemilik atau penjaga warungnya. Dari apa yang saya alami ketika berinteraksi dengan mereka, pemilik atau penjaga warung Madura di Jakarta punya karakteristik yang lebih formal, kaku, dan cuek. Terutama ketika melayani pembeli baru. Aneh memang, biasanya kalau ada pembeli baru, harusnya penjaga lebih santai dan cair dalam meresponnya, biar pembeli dapat kesan yang positif. Namun, saya mengalami hal yang sebaliknya, penjual malah kaku dan cuek. Mungkin mereka menyesuaikan karakter konsumen Jakarta yang memang tidak suka basa-basi.

Orang Jakarta yang hidupnya serba tergesa-gesa ingin semuanya bisa dilalui dengan cepat dan efisien. Inilah yang membuat para penjaga atau pemilik warung Madura juga terlihat cuek dan kaku. Terlebih, sikap mereka yang demikian juga bentuk kewaspadaan mereka dari segala motif penipuan dari oknum konsumen. Tapi, meski begitu, mereka tetap tanggap dan komunikatif.

Sebaliknya, karakter pemilik atau penjaga warung Madura di Surabaya saya rasa lebih santai dan ramah. Ramah di sini maksudnya adalah bisa diajak basa-basi atau ngobrol becandaan. Surabaya yang terkenal dengan orang-orangnya yang cukup keras membuat para penjaga atau pemilik warung bersikap lebih terbuka dan fleksibel supaya menarik pelanggan lebih banyak. Terlebih, banyak warung yang dijadikan titik kumpul atau nongkrong bagi beberapa kalangan di Surabaya. Bagi mereka, sikap terbuka ini bisa menghasilkan komunitas secara natural memperluas jangkauannya kepada konsumen dan mengubah mereka menjadi pelanggan setia.

Perbedaan bentuk warung Madura dan tata letak barang dagangan

Perbedaan selanjutnya yang saya rasa kelihatan adalah perkara tampilan dan perangkat pendukung yang ada di dalam warung. Warung Madura di Jakarta, sering kali sangat minimalis, kecil, dan padat. Tidak jarang kebingunan muncul ketika melihat warung ini karena tampak begitu penuh dan ramai barang dagangan. Hal itu karena warung mereka berbentuk kios yang mayoritas terpisah dengan rumah. Rak yang digunakan juga jarang yang menggunakan kayu, melainkan rak besi susun di beberapa sudut.

Baca Juga:

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

Sementara itu, warung Madura di Surabaya, umumnya menyatu dengan rumah pemilik dan ukurannya jauh lebih luas. Mereka juga menggunakan rak kayu dan etalase kaca untuk menaruh berbagai barang dagangannya. Selain itu, warung di Surabaya banyak yang jam bukanya tidak sampai 24 jam. 

Metode pembayaran dan strategi bisnis

Warung Madura di Jakarta banyak yang mulai meniru minimarket dengan menerima metode pembayaran via QRIS. Begitu pula dengan komoditas yang dijual yang mulai merambah ke frozen food. Selain itu, dari penuturan pemilik warung, mereka juga punya sistem distribusi lebih modern seperti menerima pesan antar melalui WA atau Ojek Online (Ojol). Supplier untuk komoditas yang mereka jual juga diambil dari agen besar, beberapa malah punya suplai sendiri di Jakarta. Banyak dari pemilik warung Madura di Jakarta juga melakukan ekspansi dengan punya lebih dari satu gerai. Biasanya berbentuk waralaba keluarga yang dikelola oleh anak atau saudara mereka.

Di sisi lain, warung Madura di Surabaya lebih banyak menggunakan metode pembayaran yang masih konvensional. Saya sering ditolak ketika ingin membayar dengan QRIS. Selain itu, dari segi supplier, warung di Surabaya lebih tergantung pasar lokal atau koperasi kecil antar pemilik warung Madura. Dari segi pengembangan bisnis, pemilik warung di Surabaya mayoritas berfokus pada satu lokasi dengan loyalitas pelanggan, jarang melakukan ekspansi besar-besaran di beberapa titik di Surabaya.

Perbedaan yang menyesuaikan daerah sekitar 

Itulah beberapa perbedaan karakter yang saya rasakan dan lihat antara warung Madura di Jakarta dengan Surabaya. Apabila ditinjau dari perspektif sosial-ekonomi, warung di Jakarta punya kecenderungan ke arah perkembangan unit bisnis yang lebih modern, efisien, dan pragmatis. Sementara di Surabaya, warung cukup kental dengan nilai sosial dan kekeluargaan khas orang Madura. Mungkin karena memang secara geografis, mereka juga dekat dengan daerah asal mereka.

Akan tetapi poin pentingnya, warung Madura memang bukan sekadar tentang menawarkan kebutuhan harian. Ia menjadi gambaran sederhana perihal sebuah entitas bisnis yang kecil bisa beradaptasi dengan budaya kota yang berbeda, tanpa kehilangan identitas pakemnya. Entah di Jakarta yang serba cepat, atau Surabaya yang penuh kepanasan, warung Madura tetap jadi harapan bagi orang yang mencari kebutuhan harian dengan harga yang ramah. 

Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA 5 Minuman Kemasan yang Cuma Dijual di Warung Madura, Nggak Ada di Indomaret dan Alfamart 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 5 Mei 2025 oleh

Tags: JakartamaduraSurabayatoko kelontongwarungwarung madura
Muhamad Iqbal Haqiqi

Muhamad Iqbal Haqiqi

Mahasiswa Magister Sains Ekonomi Islam UNAIR, suka ngomongin ekonomi, daerah, dan makanan.

ArtikelTerkait

Review Wizzmie Surabaya, Saingan Mie Gacoan di Jagat Kuliner Mie Pedas

Review Wizzmie Surabaya, Saingan Mie Gacoan di Jagat Kuliner Mie Pedas

31 Oktober 2023
Payung Teduh Masih Tetap Teduh Didengar Meski Ditinggal Mas Is terminal mojok.co

Rekomendasi Musik untuk Menyambut Musim Hujan di Jakarta

16 November 2020
Kasta Stasiun KRL “Neraka” yang Wajib Diketahui Orang Luar Jabodetabek Mojok.co

Kasta Stasiun KRL “Neraka” yang Wajib Diketahui Orang Luar Jabodetabek

10 Januari 2025
Sarjana Jadi Tukang Sate Ayam Tetap Bangga Meski Diremehkan (Unsplash)

Di Balik Gerobak Pedagang Sate Ayam Madura Berdiri Seorang Sarjana yang Bangga dengan Jalan Hidupnya

16 September 2025
12 Rekomendasi Ketoprak Lezat di Jakarta terminal mojok

12 Rekomendasi Ketoprak Lezat di Jakarta

26 Oktober 2021
Fakta Buruknya Kondisi Jalanan di Jogja dan Surabaya (Unsplash)

Jalanan Jogja Semakin Parah. Sama Parahnya seperti Kota Surabaya yang Menjadi Kota Paling Macet di Indonesia

11 Januari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.