Warung Jadoel Temanggung, Warung 200 Tahun yang Beneran Menyajikan Makanan Jadul, Bukan Gimmick Belaka!

Ilustrasi Warung Jadoel Temanggung Bukan Gimmick Semata (Unsplash)

Ilustrasi Warung Jadoel Temanggung Bukan Gimmick Semata (Unsplash)

Temanggung, daerah yang cocok untuk slow living ini menyimpan banyak tempat menarik. Salah satunya warung makan legendaris yang ada sejak 1800, namanya Waroeng Jadoel. Warung tersebut beralamat di Jalan Jenderal Sudirman 102, Temanggung, Jawa Tengah. Warung yang terlihat klasik dengan sentuhan ornamen khas zaman dulu ini terlihat begitu menarik dikunjungi.

Warung sederhana dengan pintu warna biru serta tatanan makanan yang tersaji di depan mata, mengingatkan saya akan masa lalu. Nyatanya sesuai namanya, warung ini beneran jadul bukan jadul buatan seperti di warung-warung lainnya. Sebab, warung ini sudah berdiri sejak lama. Terlihat beberapa keunikan di Waroeng Jadoel Temanggung ini yang membuat saya makin jatuh cinta.

Menu makanan beneran klasik dan tipe masakan rumahan

Melihat varian menu di Waroeng Jadoel Temanggung mengingatkan saya dengan masakan ibu dan eyang di rumah. Terlihat beragam jajaran menu masakan yang terlihat sederhana tapi menggiurkan. Ada soto, tongkol, dan brongkos yang jadi andalan. 

Nggak hanya itu, ada juga dessert jadul yang disajikan. Misalnya seperti klepon, onde-onde, tape goreng, jadah goreng, hingga pisang goreng. Uniknya, bungkus makanan tersebut ada masih menggunakan daun pisang. 

Nggak hanya itu, kalau biasanya warung makan udah nggak mau lagi pakai piring, tapi pakai piring yang dilapisi kertas minyak. Di sini, semua masih disajikan memakai piring. Jadinya beneran seperti kembali ke zaman dulu. Rasa masakannya juga enak dan pastinya harganya terjangkau.

Baca halaman selanjutnya: Warung terbaik di Temanggung yang nggak cuma gimmick “jadul” saja.

Yang melayani pelanggan di Waroeng Jadoel Temanggung rata-rata lansia

Ada satu hal yang membuat saya makin bahagia makan di Waroeng Jadoel Temanggung. Yang saya maksud adalah melihat semangat eyang-eyang ketika menyapa dan menyajikan makanannya untuk pembeli. 

Terlihat ketulusannya, walaupun sudah berusia senja. Semangat mereka untuk memasak dan menyapa pelanggannya patut diacungi jempol. Kalau biasanya seumuran mereka berdiam diri di rumah, tidak dengan eyang-eyang di sini. Mereka menikmati masa istirahat dengan produktif dan menyapa dengan penuh keramahan.

Tempatnya estetik dan natural

Kecintaan saya yang lain adalah ketika kali pertama masuk Waroeng Jadoel Temanggung. Terlihat meja makan dan menu makanan yang berdekatan, khas warung zaman dulu yang semakin nostalgic. 

Nggak hanya itu, toples-toples di sini juga masih seperti zaman dulu. Toples besar bulat dengan tutup mungil di atasnya. Oiya, tempat kerupuk kotak yang terbuat dari seng juga masih dijadikan tempat kerupuk di sini. 

Penciptaan suasana warung jadul yang natural ini terlihat enak dipandang. Nggak berlebihan, dan membuat siapa saja nyaman di sini. Apalagi melihat senyum lansia yang masih melayani di sini, membuat saya semakin betah.

Burung perkutut di depan warung semakin membuat nyaman

Sebelum masuk ke Waroeng Jadoel Temanggung, di luar ada burung perkutut di sebuah sangkar yang berbentuk tabung. Kehadiran burung di sini tidak membuat saya terganggu atau jijik dengan kotorannya. Namun, suasana malah semakin nyaman dengan iringan kicauan yang kadang-kadang dilontarkan burung perkutut.

Itulah Waroeng Jadoel Temanggung, beneran jadul dan sudah ada sejak zaman dulu. Jadulnya natural, bukan gimmick belaka. Apalagi ditambah kicauan burung perkutut yang semakin membuat ramai. 

Makanan yang tersaji begitu banyak dan cocok di lidah saya. Kalau beruntung, bisa menikmati tape goreng hangat yang menggoyang lidah. Enak deh, serius, wajib dicoba kalau melintas di Temanggung. Sesekali coba makan di sini ya. Walaupun sudah ada sejak zaman dulu, tapi harganya nggak mahal kok~

Penulis: Wulan Maulina

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Alun-Alun Temanggung Sekarang seperti Kuburan di Tengah Kota

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version