Warteg dan warung nasi padang adalah dua tempat andalan sejuta masyarakat untuk makan kenyang. Sering muncul dilema untuk memilih mana yang akan dibeli. Keduanya sama-sama menawarkan makanan yang lengkap. Ada nasi, aneka lauk, dan sayur. Baik warteg maupun nasi padang kerap didapati dalam porsi jumbo. Sangat cocok buat penghematan.
Warteg maupun warung nasi padang bisa dijumpai di daerah mana pun dengan mudah. Namun, keduanya punya kondisi yang mulai kentara perbedaannya.
Daftar Isi
Warteg semakin mahal seiring bertambahnya zaman
Warteg kerap diasosiasikan dengan tempat makan kelas menengah ke bawah. Sebab warteg menawarkan berbagai makanan dengan harga murah meriah. Kalau mau hemat, ya makan di warteg. Menunya banyak, harganya miring, jenis masakannya juga familier dengan lidah masyarakat umum.
Namun seiring harga berbagai bahan baku yang terus merangkak naik, harga makanan warteg pun terkena imbas. Kenaikan harga makanan di warteg memang sangat bisa dimaklumi. Kalau harganya dibiarkan sama, justru meranalah nasib si pemilik warteg. Mereka kan dagang buat cari untung ya, bukan bakti sosial. Sedangkan tidak menaikkan harga dengan kompensasi menurunkan kualitas masakan bisa berpotensi mengecewakan pelanggan.
Saya sangat yakin, setiap pemilik warteg yang menaikkan harga dagangannya pasti mengalami fase dilema. Seumpama harga makanan dinaikin, kasihan pelanggan yang bertumpu pada murahnya warteg. Tapi kalau harganya nggak dinaikin, mereka sendiri yang terancam bangkrut.
Harga nasi padang semakin terjangkau seiring waktu
Dulu, nasi padang bisa dikategorikan sebagai makanan mewah. Saya termasuk golongan yang berpikir demikian. Untuk bisa menikmati seporsi nasi padang, dibutuhkan uang yang lumayan. Cukup timpang kalau dibandingkan dengan nasi warteg atau nasi goreng sekalipun yang harganya lebih miring. Jadi, nasi padang cenderung kurang terjangkau, Membuatnya semakin terasa istimewa saja.
Namun, kondisi sekarang sangat berlainan. Kira-kira sejak enam tahun lalu untuk pertama kalinya saya mulai mengenal keberadaan warung nasi padang yang murah di Jogja. Selang tak beberapa lama, keberadaan warung nasi padang murah semakin menjamur di kota-kota lain. Bahkan sudah merambah ke kota asal saya hingga ke desa kakek saya yang cukup jauh dari pusat kota. Entah dari mana awalnya nasi padang murah ini muncul.
Sejak saat itu anggapan saya bahwa nasi padang mahal dan istimewa patah. Ternyata ada juga nasi padang yang terjangkau. Mulai dari 8 ribuan saya sudah bisa menikmati nasi padang lauk telur dan 10 ribu untuk lauk ayam pada saat itu. Sekarang harganya sudah naik, rata-rata 10 ribuan untuk lauk telur.
Porsinya besar, sangat mengenyangkan. Rasa makanannya juga masih oke, meskipun berbeda dengan nasi padang yang mahal. Secara logika, memang nggak mungkin menjual cita rasa Minang autentik yang melibatkan banyak rempah dan bahan berkualitas dengan harga semiring itu. Ya wajarlah, rego nggowo rupo kalau kata orang Jawa.
Punya kelebihan masing-masing
Dengan harga yang semakin bersaing dengan warteg, wajar jika orang-orang mulai merasa nasi padang lebih worth it. Bayangin, dengan harga mulai dari 18 ribu, kita sudah bisa menikmati rendang. Jenis lauk yang masih tergolong istimewa.
Warung nasi padang punya keunggulan dengan menyediakan menu makanan yang jarang diolah di rumah. Sebab masakan Minang terkenal akan proses memasaknya yang butuh effort lebih. Berbeda dengan warteg yang justru menawarkan makanan rumahan. Malahan bisa jadi masakan di rumah masih lebih nikmat dari makanan warteg yang terpaksa dimasak dengan menghemat bumbu demi mengejar untung dan memuaskan konsumen sekaligus.
Nasi padang yang menawarkan cita rasa lain daripada kebiasaan di rumah, membuat orang-orang lebih memilih untuk jajan nasi padang daripada nasi warteg. Apalagi jika harganya setara, bahkan lebih murah dari warteg. Nggak ada alasan buat nggak tergiur.
Akan tetapi nasi padang yang ciri khasnya berlemak itu nggak baik untuk dikonsumsi terlalu sering. Dari sinilah warteg memperoleh keunggulannya. Ia menawarkan pilihan menu yang lebih aman. Kalau menghindari makanan bersantan, masih ada pilihan berbagai sayur bening dan tumisan. Variasi menu yang ditawarkan di warteg juga lebih banyak. Jadi kita bisa lebih leluasa membuat kombinasi menu biar nggak cepat bosan.
Baik warteg maupun nasi padang, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Masing-masing akan memiliki pelanggannya sendiri-sendiri, mengikuti selera pembeli. Yang salah tetap harga kebutuhan pokok yang terus naik. Bikin pedagang makanan dan konsumennya makin susah saja!
Penulis: Erma Kumala Dewi
Editor: Intan Ekapratiwi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.