Lokasi parkir bikin jantung deg-degan
Sebenarnya Warpat Puncak itu cuma punya space untuk beberapa mobil karena selalu ramai diisi oleh sepeda motor. Jadi, kalau mobil kalian nggak kebagian parkir di depan Warpat, ya parkirnya di pinggir jalan.
Kebetulan saat itu sedang ramai pengunjung sampai saya harus dua kali bolak-balik mencari parkir. Baru ketiga kalinya balik ada space kosong untuk parkir mobil, tapi ini yang bikin jantung deg-degan.
Lokasi parkir yang kosong itu tepat di pinggir jalan pas tikungan yang atasnya adalah tebing yang dicor akibat longsor sekitar tahun 2020. Baru beberapa langkah meninggalkan mobil aja saya udah kepikiran, gimana ya kalau tiba-tiba longsor? Haduh…
Mobil nggak dijagain
Setelah terjadi perdebatan antara saya dan tukang parkir tadi, saya memberikan uang Rp40 ribu dan bilang, “Jagain ya, Bang.” Si tukang parkir cuma menjawab, “Siap, A!”
Nyatanya, ketika saya balik ke mobil, si tukang parkir itu nggak nongol batang hidungnya! Bahkan ketika saya sudah berada di dalam mobil dan bersiap meninggalkan Warpat, si tukang parkir tetep nggak nongol. Saat itu saya langsung merasa menyesal banget parkir di sana.
Sebenarnya saya nggak masalah dengan keberadaan tukang parkir di Warpat Puncak itu. Tapi dengan syarat, kerjanya beneran bantu memarkirkan kendaraan dan menjaga kendaraan pengunjung. Lantaran lokasi Warpat di pinggir jalan raya yang padat dengan kendaraan, menurut saya kehadiran tukang parkir sangat membantu pengendara.
Akan tetapi, saya malah ketemu yang sama sekali nggak bener kerjaannya. Udah minta duit di awal, mahal, terus mobilnya nggak dijagain pula. Siapa yang nggak kesel kalau digituin? Nggak lagi-lagi deh parkir di sana.
Penulis: Andoyy
Editor: Intan Ekapratiwi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.