Videotron yang dibuat untuk Anies Baswedan tiba-tiba hilang. Padahal, pihak yang memasang video dukungan itu menjadwalkan tayang selama 1 minggu, dari 15 sampai 21 januari 2024. Adalah Olppaemi Project, yang membuat sebuah pernyataan di X dan menjadi ramai.
Notice regarding LED Videotron. pic.twitter.com/7alPYVjgpZ
— Olppaemi Project (@olpproject) January 15, 2024
“Kami harus mengabarkan bahwa LED ads yang telah dijadwalkan tayang selama seminggu [15-21 Januari 2024] di Bekasi dan Jakarta tidak dapat lanjut tayang di lokasi tersebut karena suatu hal yang di luar kuasa kami,” tulis akun @olpproject, dan dikutip oleh CNBC.
Hmm… sayang sekali, ya. Padahal, videotron untuk Anies Baswedan itu mendapatkan respons positif. Nada yang saya juga dilontarkan oleh Ramli Rahim, Jubir Timnas Pemenangan Anies-Muhaimin Iskandar (AMIN). “Sayang sekali kreativitas anak bangsa diberangus oleh kekuatan penguasa,” kata Ramli.
Wah, videotron Anies diberangus kekuatan penguasa?
Menurut saya, pernyataan Ramli ini sungguh keras. Pasalnya, sampai tulisan ini naik, tidak ada bukti yang mengarah ke sana. Belum ada pemberitaan yang menyatakan bahwa videotron untuk Anies Baswedan tersebut hilang karena campur tangan “kekuatan penguasa”.
Padahal, kalau merujuk ke “penguasa”, Ramli sedang mengarahkan moncong senjata ke… yah kamu tahu sendiri. Yang menarik adalah komentar dari Pemprov DKI. Jadi, kata mereka, videotron untuk Anies Baswedan itu ranah swasta, jadi bukan tanggung jawab mereka.
“Ini ranah swasta. Untuk kepemilikan dan pengelolaan, apakah oleh Graha Mandiri atau biro reklame swasta,” kata Sigit Wijatmoko, Plt Kepala Diskominfotik DKI Jakarta.
Kalau Pemprov DKI tidak mempunyai kuasa di gegeran ini, lalu “penguasa” mana yang dimaksud Ramli? Jangan-jangan, yang dimaksud oleh Ramsli adalah penguasa… ahh nggak berani nulis hehehe.
Bukan sampah visual
Kalau menurut saya yang sampai sekarang masih mempertimbangkan untuk golput, videotron untuk Anies itu bukan sampah visual. Makanya, masih menurut saya, ini justru cara yang kreatif untuk menyampaikan dukungan. Kalau namanya saja kreatif, tidak seharusnya kena “berangus” oleh siapa saja, kan.
Padahal, di luar sana, banyak sampah visual yang sudah bikin rakyat muak. Misalnya adalah baliho dan spanduk berukuran besar yang mengotori pemandangan. Bahkan ada baliho atau spanduk yang menutupi rambu-rambu lalu lintas. Kan yang seperti ini yang seharusnya kena berangus oleh… ahhh ya itulah.
Itulah kenapa sampah visual kayak baliho mempunyai banyak sisi negatif. Yang paling penting menurut saya adalah membahayakan pengguna jalan. Mongabay pernah melaporkan bahwa baliho-baliho dapat mengganggu konsentrasi berkendara, sehingga bikin rawan kecelakaan lalu lintas.
Ancaman keselamatan lain juga bisa muncul dari insiden robohnya baliho, baik karena faktor alam atau pemasangan yang asal-asalan. Peristiwa membahayakan tersebut kerap kali terjadi. Nah, kalau videotron untuk Anies, kan nggak masuk definisi tersebut.
Saya akan mengakhiri curhatan pendek ini dengan sebuah kalimat: Kalau mendukung capres dan cawapres secara kreatif dan tidak merugikan, lantas mau pakai cara yang bagaimana biar aman? Mau balik ke baliho, politik uang, relasi kekuasaan? Dih, menjijikkan.
Penulis: Yamadipati Seno
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Anies Baswedan: Amarah yang Tepat Sasaran dan Mewakili Keresahan Para Karyawan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.