MotoGP, balapan motor terbaik dan paling digemari oleh sebagian penduduk dunia, termasuk negara +62 ini memang tidak lepas dari image Valentino Rossi. Sejak kemunculannya di akhir abad 20 dan juara dunia hingga sembilan kali, sosok legenda hidup ini sudah sangat melekat di dalam benak dan sanubari para penggemar MotoGP bak bayangan wajah gebetan yang tak hilang diterpa angin malam. Eaaa~
Tentu saja, dengan sembilan kali juara dunia, pria dengan nomor motor 46 ini mempunyai penggemar garis keras ala-ala army BTS dengan sebutan Rossi Fumi. Para Rossi Fumi selalu hadir di setiap sirkuit dengan sticklight baju berwarna kuning yang menjadi ciri khas dari Partai Golkar si legenda hidup tersebut. di Indonesia, para Rossi Fumi juga setia menambah pundi-pundi uang Trans 7 menonton gacoan-nya bertarung di televisi hingga adu bacot di kolom komentar dengan penggemar pembalap lain.
Jujur sebagai penggemar berat MotoGP sejak kecil, saya selalu kagum melihat performa Rossi dengan tunggangannya ketika balap. Keberadaan Vale selalu dinanti-nantikan, selain memenangkan balap, aksi-aksi nekat, menghibur, dan pertarungan kontroversial ia lakukan dengan lawannya. Bahkan ketika Rossi jatuh, penonton seperti tak berselera menonton. MotoGP sangat hambar tanpa adanya The Doctor.
Hal itulah yang menyebabkan ia menjadi primadona, ikon sebuah ajang balap, dia membuat MotoGP begitu dikenal di masyarakat luas. Bahkan dulu, anak laki-laki ketika ditanya siapa jagoannya di MotoGP, sudah pasti 100 persen menjawab Valentino Rossi dengan nomor 46, itu pasti. Ditambah ia juga pernah menjadi bintang iklan Jupiter MX bersama komedian Komeng dengan slogan yang lain makin ketinggalan. Bahkan, nomor 46 pun menjadi rebutan ketika anak-anak main balap sepeda. Tak hanya itu, nomor 46 diabadikan dalam gim GTA: San Andreas yang di letakkan di motor balap buatan Rockstar Games yang dirilis 2004 lalu, persis di era emas sang The Doctor.
Kehebatan Vale dibuktikan dengan keberaniannya membela pabrikan yang berbeda yakni Aprilia, Honda, Yamaha, dan Ducati. Namun, di masa Ducati-lah ia tidak begitu tampil cemerlang pada setiap seri balap. Bahkan, ia harus terlibat dalam kecelakaan yang merenggut nyawa kompatriotnya Marco Simoncelli di Sepang 2012 lalu.
Berbeda dengan saat ini, di usia yang sudah tidak muda lagi alias yang paling senior di antara pembalap lain, Rossi sudah tak pernah memenangkan balapan di setiap sirkuit sejak seri Belanda tahun 2017. Karena kalah saing dengan pembalap baru yang usianya jauh lebih muda. Selain faktor usia, Rossi juga menghadapi masalah dengan motor Yamaha YZR-M1-nya yang tak kunjung berkembang dengan baik sehingga sulit merangsek barisan depan.
Sebutan Rossi sebagai ”raja tikungan” pun sepertinya sudah dilupakan, melihat sekarang motor yang berkompetisi di ajang ini sudah menggunakan elektronik yang memudahkan pembalap untuk menikung gebetan teman. Parahnya lagi di Indonesia, Trans7 sebagai satu-satunya pemegang hak siar MotoGP harus memotong jalannya acara ketika Yamaha tidak memenangkan balapan.
Kini Rossi seperti seorang Doc Hudson dalam film Cars. Di tengah desas-desus bahwa ia harus pensiun, sang legenda menyatakan akan terus menjalani balap hingga akhir hayatnya. Usia boleh saja tua namun semangat nyapres balap tetap akan mengalir di dalam tubuh sang legenda hidup tersebut.
Apa jadinya bila Rossi pensiun?
Pensiunnya Rossi akan sangat berbeda dengan pembalap lain karena ia adalah ikon MotoGP. Rossi bukanlah sekedar pembalap, ia adalah ilmuwan sekaligus entertainer yang membuat Honda dan Yamaha bisa seperti saat ini. Tentu saja sosok Rossi akan digantikan oleh pembalap muda yang kompetitif. Ia perlahan dilupakan karena performanya yang sudah mulai meredup. Mungkin keberadaan kolom komentar fanpage MotoGP cenderung lebih adem sedikit karena pensiunnya Rossi. Bila Rossi pensiun setelah musim 2020, RossiI Fumi Indonesia dipastikan tidak akan menyaksikan idolanya tampil di sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Tapi inilah MotoGP, inilah kompetisi, akan ada regenerasi. Masa keemasan Rossi mungkin sudah redup. Tetapi MotoGP akan selalu menghadirkan pertarungan seru. Sekarang, Marc Marquezlah yang merajai ajang ini. Hiburan tetap tersaji meskipun Rossi jarang ada di barisan depan. Pertarungan di Austrian GP di sirkuit Spielberg Red Bull Ring 11 Agustus kemarin adalah bukti bahwa tanpa adanya Rossi, MotoGP masih menyuguhkan hiburan sengit bak era Rossi dengan rivalnya dulu. (*)
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) yang dibikin untuk mewadahi sobat julid dan (((insan kreatif))) untuk menulis tentang apa pun. Jadi, kalau kamu punya ide yang mengendap di kepala, cerita unik yang ingin disampaikan kepada publik, nyinyiran yang menuntut untuk dighibahkan bersama khalayak, segera kirim naskah tulisanmu pakai cara ini.