Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Vaksin Covid-19 Butuh Waktu Lama untuk Dibuat: Penjelasan Sederhana

Abdulloh Suyuti oleh Abdulloh Suyuti
21 Juli 2020
A A
laporcovid-19 vaksinasi covid-19 vaksin nusantara indonesia lepas pandemi ppkm vaksin covid-19 corona obat vaksin covid-19 rapid test swab test covid-19 pandemi corona MOJOK.CO

vaksin corona obat vaksin covid-19 rapid test swab test covid-19 pandemi corona MOJOK.CO

Share on FacebookShare on Twitter

Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan virus jenis baru bernama Severe Acute Respiratory Syndrome-Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Sudah tujuh bulan sejak penyakit ini ditemukan pertama kali di Kota Wuhan, Tiongkok, akhir 2019 kemarin. Kenapa sampai saat ini ilmuwan sedunia belum menemukan obat atau vaksin Covid-19?

Ada sih beberapa klaim obat anti-corona. Mulai dari obat-obatan yang sebelumnya sudah ada, seperti: Chloroquin, Dexamethasone, kombinasi Liponavir atau Ritonavir dengan Azithromicyne, dll. Juga bermunculan klaim obat anti-corona yang berasal dari ramuan herbal, seperti Herbavid-19, jamu-jamu tradisional, hingga yang terbaru, produk eucalyptus/kayu putih yang dikalungkan.

Akan tetapi klaim-klaim tersebut hanya opini, belum terbukti secara empiris, apalagi klinis, bisa menyembuhkan atau menangkal virus SARS-CoV-2. Mungkin saja kebetulan orang yang mengamalkannya memang bisa sembuh dari penyakit, tapi apa iya tidak ada faktor lain yang berpengaruh menyembuhkan?

Enam tahun bekerja di industri farmasi, saya paham betapa sulitnya membuktikan suatu bahan dapat mengobati suatu penyakit. Klaim mengobati, menyembuhkan, meringankan gejala, dsb. itu tak mudah didapatkan. Butuh serangkaian pengujian dan pembuktian untuk untuk dapat diakui. Padahal kelihatannya sepele ya, tinggal menuliskan di kemasan produk, lalu diiklankan.

Jenis klaim paling rendah tingkatannya biasanya dituliskan pada kemasan obat tradisional. Baik itu yang bercap jamu, obat herbal terstandar, maupun fitofarmaka. Umumnya akan ditulis begini: “Secara tradisional digunakan untuk membantu memelihara kesehatan.”

Tingkatan klaim yang agak lebih tinggi berikutnya biasanya menggunakan kalimat ini: “Mencegah penyakit, meredakan atau meringankan gejala, hingga membantu menyembuhkan.”

Di tingkatan klaim yang paling tinggi dan perlu pembuktian secara ilmiah, ada kalimat “Mengobati penyakit”. Memang sih, Allah yang memberi kesembuhan. Tapi obat adalah wasilah yang logis dalam upaya penggalian ijtihad terhadap sunnatullah untuk menuju proses penyembuhan.

Pembuktian secara ilmiah mengenai klaim obat hendaknya dipublikasikan dalam jurnal ilmiah, di-review oleh para pakar yang ahli di bidangnya, lalu dilakukan serangkaian pengujian mulai dari uji in vitro, uji pre-klinis, uji klinis, serta evaluasi berkelanjutan selama obat tersebut beredar. Tindakan pembuktian ini yang bisa memakan waktu lama.

Baca Juga:

Depok Jawa Barat Lebih Terkenal daripada Daerah Bernama Depok Lain karena Hal-Hal Ajaibnya

Sultan Minta Atraksi Malioboro Dihentikan Demi Cegah Kerumunan di Tengah Lonjakan Covid-19

Fokus dari pengujian tersebut bukan hanya tentang khasiat, tetapi juga keamanan. Memangnya situ mau minum obat yang berkhasiat tapi punya efek samping yang lebih merugikan?

Kalau bahan obatnya sudah dikenali dan ada di literatur sih bisa lebih singkat pembuktiannya, sebab tidak harus mulai dari awal. Tapi kalau bahan obat atau vaksinnya benar-benar baru dan belum ada di literatur, tahapan pengujiannya akan lebih kompleks. Bisa sampai bertahun-tahun.

Saya contohkan begini. Misalkan saya menemukan suatu bahan X yang saya yakini bisa mengobati Covid-19. Bahan X ini digunakan turun-temurun oleh keluarga saya untuk mengobati batuk dan penyakit pernapasan lainnya. Akan tetapi, bahan X ini belum dikenal oleh masyarakat sebagai obat dan belum pernah tercatat di formularium obat-obatan mana pun sebagai bahan untuk mengobati Covid-19. Untuk dapat membuktikan bahan X ini adalah obat Covid-19, saya perlu menguji bahan X.

Pengujian pertama yaitu pre-klinis. Sebelum diuji pada makhluk hidup, dilakukan terlebih dahulu pengujian cara secara in vitro. Pada uji in vitro, yang digunakan adalah kultur/bagian dari sel/jaringan/organ yang diambil dari makhluk hidup, serta dilakukan di dalam laboratorium. Jadi, semacam simulasi yang dibuat di laboratorium untuk mengetahui apakah benar bahan X tadi mampu mengobati Covid-19? Ya, tentu harus digunakan virus Corona jenis tertentu yang menyebabkan Covid-19, bukan virus yang lain dong.

Dari pengujian awal itu bisa ketemu dosis dan cara pemberian yang tepat. Tahap berikutnya masuk ke pengujian in vivo (pengujian pada makhluk hidup). Kenapa harus dicoba pada makhluk hidup? Sebab, pada makhluk hidup ada sistem metabolisme yang kompleks, lebih nyata daripada sekadar simulasi di laboratorium.

Pengujian pada makhluk hidup dimulai dengan uji pre-klinis menggunakan hewan percobaan dengan jumlah sampel tertentu. Bisa dimulai dari hewan sehat maupun yang dibuat sakit. Dari sini bisa diperoleh data terkait dosis dan efek samping yang mungkin muncul.

Setelah dinyatakan berkhasiat dan aman digunakan, barulah diuji klinis (uji pada manusia). Uji klinis pun ada tingkatannya, yakni fase 1, fase 2, fase 3, hingga fase 4. Biasanya diujikan terlebih dahulu pada orang yang sehat, lalu sekelompok orang yang sakit dengan jumlah yang terus meningkat tiap fasenya. Uji klinis ini bertujuan untuk memastikan keamanan, khasiat, dan efek samping yang bisa muncul apabila digunakan oleh manusia.

Apakah setelah terbukti, bahan X tersebut bisa digunakan? Belum cukup.

Hasil penelitiannya perlu dipublikasi di jurnal internasional terlebih dahulu, untuk di-review oleh para pakar yang ahli di bidangnya, apakah penelitian ini valid, layak, serta bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. Publikasi tersebut apabila oke, akan mendapat hak paten, sehingga penemu bisa memproduksinya sendiri dalam skala besar. Biasanya bekerja sama dengan industri farmasi.

Untuk dapat diedarkan secara luas, sebuah obat harus didaftarkan pada pemegang regulasi, dalam hal ini BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan) untuk dievaluasi. Bisa disetujui atau ditolak. Nah, selama pengajuan pendaftaran itu, BPOM akan mengevaluasi terkait obat yang akan diedarkan.

Cukup panjang, bukan?

Oleh sebab itu, sebelum ketemu obat atau vaksin Covid-19, kita hanya bisa mencegah penularan. Jangan memperberat kerja tim medis dengan menambah banyak jumlah pasien. Jangan pula memperberat kerja ilmuwan dengan buru-buru mempublikasikan obat yang belum tentu bisa mengobati Covid-19.

Kalau sekadar bisa membunuh virus, sabun dan cairan disinfektan juga bisa membunuh virus dan bakteri. Kenapa nggak makan aja tuh sabun dan disinfektan?

BACA JUGA Klaim BPOM Obat Corona Ningsih Tinampi dan Hal Yang Perlu Diluruskan dan tulisan Abdulloh Suyuti lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 21 Juli 2020 oleh

Tags: covid-19vaksin covid-19virus corona
Abdulloh Suyuti

Abdulloh Suyuti

ArtikelTerkait

Seandainya Pohon dan Hewan Bisa Komentar Soal Banjir Jakarta dan Virus Corona

Seandainya Pohon dan Hewan Bisa Komentar Soal Banjir Jakarta dan Virus Corona

30 Januari 2020
Aming Salah Bilang Orang Kaya Matiin Orang Miskin Karena Panic Buying

Aming Salah, Orang Kaya Nggak Matiin Orang Miskin Karena Panic Buying

8 Maret 2020
wisma atlet kemayoran

Syukurlah, Wisma Atlet Kemayoran yang Jadi Proyek Mubazir itu Bisa Ada Gunanya

22 Maret 2020
Mengenal Kegunaan Masker Transparan yang Dipakai Teman Tuli hingga Artis Korea Terminal Mojok

Mengenal Kegunaan Masker Transparan yang Dipakai Teman Tuli hingga Artis Korea

25 Januari 2021
kalung antivirus MOJOK.CO

Kalung Antivirus Covid-19, Kalung Absurd Proyekan Kementan

5 Juli 2020
Dunia Perlu Pakar Konspirasi, karena Itu Saya Dukung Bli Jerinx Suntik Corona Ibu Saya Adalah Pakar Virus Corona (Dadakan)

Ibu Saya Adalah Pakar Virus Corona (Dadakan)

26 Maret 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.