Pada 25 Januari yang lalu Kiai Maruf Amin turut serta dalam Peluncuran Gerakan Nasional Wakaf Uang. Banyak yang nyinyiri Mbah Yai dengan menganggap blio pamer sana-sini soal kedermawanan pribadi (yang telah dilakukan sejak lama). Dasar nggak tahu diri, kalian ini bisa kualat lho kalau ngece Mbah Yai. Nggak tahu apa selama ini blio lah yang memastikan semua produk yang kamu gunakan, baik yang bisa dimakan maupun yang tidak, ada label halalnya.
Kalau nggak ada logo halalnya, syubhat semua tuh hidup lu dari ujung rambut sampai ujung kaki. Mestinya, kamu-kamu semua ini diam dan kerja, kerja, kerja! Berikan sumbangsih kepada pemerintah. Ingat sama wejangan Bu Mega beberapa waktu lalu soal minimnya kontribusi milenial.
Wong sudah ada best practice-nya lho, kan tinggal amati, tiru, dan modifikasi dedikasi Mas Mantu dan Anak Sulung dari Pak Presiden. Begitu lho cara yang baik dan benar agar berguna bagi bangsa dan negara. Kok, nggak paham-paham, sih?
Sebagai bentuk urun rembug saya demi negeri dan lebarnya senyum ibu pertiwi, berikut ini saya berikan rekomendasi wakaf yang sangat do-able untuk dilakukan pada milenial dan sultan-sultan baru kerajaan digital Indonesia. Potensinya saya yakin bahkan melebihi estimasi wakaf tunai yang menurut Pak Kiai sebesar 180 triliun rupiah.
#1 Wakaf saham
Jangan salah, kelas pekerja di Indonesia itu nggak goblok, dong. Mereka paham betul bahwa saham yang telah ratusan tahun membiayai kehidupan finansial manusia adalah “uang tunai” yang nilainya sangat bisa dipelajari. Ghoror? Judi? Riba? Nggak lah, bagi mereka yang percaya, dan tentu saja sudah banyak juga yang memiliki embel-embel syariah, kenapa tidak?
Masa sih Dewan Syariah Nasional MUI mau ngibulin umat. Astaghfirullah, dosa antum kalau sampai berpikir demikian. Ingat Akh, antum harus tsiqah dengan imbauan ulama, apalagi Pak Kiai merangkap sebagai ulil amri, kurang otoritatif apa coba pendapatnya?
#2 Wakaf cryptocurrency
Meskipun sudah lama berseliweran di lalu lintas keuangan dunia, cryptocurrency rasanya belum populer-populer amat di Indonesia. Setidaknya itu kan yang kalian pikirkan? Ya, kalian nggak tahu saja bahwa para penambang “emas” cryptocurrency seperti bitcoin bahkan punya satu gedung khusus yang isinya hardware komputer tingkat dewa.
Biaya listrik buat pendingin ruangannya saja bisa sampai puluhan juta. Gitu, kok, masih dianggap sebelah mata. Lagipula beberapa hari yang lalu cryptocurrency sebagai mata uang sudah diakui dan dilegalkan dalam bentuk perdagangan, kok. Nggak main-main, ada 229 jenis cryptocurrency yang diperbolehkan lho, bitcoin dan segala merek turunannya juga masuk daftar. Masih ngeyel wakaf cryptocurrency cuma ide halu?
#3 Wakaf akun AdSense
Nah, kalau yang satu ini sih sudah jadi tontonan harian rakyat Indonesia, YouTube, website, dan turunan produknya yang bisa dimonetisasi lewat platform AdSense juga pantas jadi komoditas wakaf yang diutamakan. Pasalnya, pundi-pundi dolar yang dihasilkan dari iklan dalam berbagai platform digital itu bukan lagi juta-jutaan, tapi bahkan miliaran.
Bayangkan, kalau nilainya digabungkan, bukan hanya cukup untuk membangun kembali satu dua pemukiman warga yang terdampak banjir dan gempa, tapi juga jelas turah-turah untuk merampungkan proyek ibu kota baru di Kalimantan sana. Masyaallah, subhanallah, sungguh berkah negara Indonesia.
#4 Wakaf omzet endorse
Meskipun nggak sebesar dolar yang dihasilkan dari vlog dan podcast YouTube para influencer, kontrak dan bayaran endorse produk bisa jadi opsi wakaf yang nggak kalah penting. Ada lah kalau cuma ratusan juta, lumayan kan bisa jadi satu dua toilet berteknologi tinggi yang harganya dua ratus juta itu.
Alhamdulillah, sekolah-sekolah di pelosok negeri kini bisa berak dengan nyaman, aman, tenang, dan damai tanpa khawatir akan pencemaran atau kontaminasi lingkungan. Itu toilet yang harganya 200 jutaan, kan, punya teknologi otomatis bikin pupuk organik kering dan ultrafiltrasi air bersih, toh?
#5 Wakaf skill dan akun gim online
Akun gim online itu jangan disepelekan lho, level ecek-ecek kategori bawah saja bisa dijual seharga dua jutaan. Apalagi akun dengan skin epic dan legend, perkiraan nilainya bisa sampai puluhan juta itu. Ini jelas potensi wakaf yang juga mesti diprioritaskan pemerintah.
Selain itu, skil dewa para pemain DOTA dan ML itu malah nggak ternilai harganya. Cobalah dibujuk sama Pak Jokowi, supaya tiap kali menang dalam perlombaan internasional, hadiahnya ya diwakafkan saja. Saya yakin kok anak-anak Gen Y dan Gen Z yang jadi atlet e-Sports itu pasti setuju mendonorkan keahlian mereka demi kemajuan infrastruktur bangsa.
Ngaten, Pak Kiai? Kira-kira itu saja usulan “brilian” yang saya yakin disepakati juga sama jajaran stafsus milenial di lingkungan kepresidenan. Kita semua kan ingin berkontribusi secara tulus untuk pemerintah. Apa, sih, yang nggak buat Indonesia?
BACA JUGA Lockdown Menyebalkan, Itu yang Saya Alami di Maroko dan tulisan Adi Sutakwa lainnya.