Berawal karena pandemi Covid-19, kakak saya yang tadinya bekerja di hotel akhirnya terkena PHK massal. Setelah memutar otak agar istri dan anaknya bisa makan, kakak saya memanfaatkan uang pesangonnya untuk membuka usaha bubur bayi. Jujur saja tak sedikit orang yang menyepelekan atau merendahkan usaha kakak saya tersebut.
Entah apa maksud dari tetangga dan orang sekitar. Ada yang bilang buat apa capek-capek jualan bubur bayi, ada juga yang malah menyarankan kenapa kakak saya nggak buka coffee shop yang sedang tren di kalangan anak muda saja. Bahkan ada yang tak segan mengatakan bahwa penghasilan dari usaha bubur bayi tak seberapa lantaran jam jualannya terbatas pada pagi hari, itu pun hanya beberapa jam.
Padahal kenyataannya, menjadi tukang bubur bayi merupakan pekerjaan yang cukup menjanjikan jika dilakukan dengan penuh kesabaran. Berdasarkan pengalaman kakak saya sendiri, dia bercerita begini keuntungan usaha ini yang tentu saja tak bisa disepelekan.
Daftar Isi
Usaha bubur bayi belum banyak saingan
Di beberapa daerah, menjadi tukang bubur bayi ini belum banyak saingannya. Kalau tukang bubur biasa seperti tukang bubur ayam atau bubur kacang hijau misalnya, sudah banyak ditemukan di pinggir jalan. Sementara bubur yang disajikan khusus untuk bayi yang sedang dalam masa MPASI masih jarang ditemui di pinggir jalan.
Kenapa beda? Ya tentu saja banyak hal yang membedakan bubur ayam biasa dengan bubur bayi. Contoh kecilnya, bubur bayi nggak dimasak dengan MSG yang mana selalu disajikan pada bubur ayam supaya lebih gurih. Bubur bayi ini disajikan dengan memperhatikan kandungan gizi yang tepat dan baik bagi bayi. Jadi sudah jelas beda, ya.
Selama ada bayi, pelanggan setia pasti akan selalu ada
Berbeda dengan usaha lain seperti warung kopi yang terkadang bisa sepi karena pelanggannya tak menentu, usaha bubur bayi selalu punya pelanggan setia. Kok bisa? Ya karena bayi akan selalu ada. Bayi yang satu membesar, bakal ada bayi lainnya. Ibaratnya hilang satu tumbuh seribu.
Hanya saja memang harus diakui butuh kesabaran di awal usaha untuk menarik pelanggan dan menumbuhkan kepercayaan serta kepuasan para ibu terhadap bubur bayi yang dijual di pinggir jalan. Jika kepercayaan dan kepuasan pelanggan sudah terbentuk, dijamin usaha ini bakal selalu ramai karena dipromosikan dari mulut ke mulut.
Bisa sampai menghasilkan beberapa cabang
Kesuksesan untuk mengembangkan usaha bubur bayi ini akan tampak setelah dijalankan dengan penuh kesabaran. Jika banyak pelanggan yang puas, kemungkinan untuk menambah cabang tak terelakkan. Begitu pula yang dialami kakak saya sehingga saat ini memiliki tiga cabang usaha yang berada di tiga titik di Bandung.
Berawal dari tidak punya pekerjaan, dengan memulai bisnis ini dia malah bisa membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. Yah, walaupun saat ini baru tiga cabang yang dibuka, tidak menutup kemungkinan untuk menambah cabang lagi karena peluang usahanya yang begitu menjanjikan.
Usaha bubur bayi banyak uang, banyak waktu luang
Sebetulnya ini yang mengesankan. Banyak yang menyepelekan usaha bubur bayi karena waktu berjualannya hanya sebentar, yaitu mulai dari jam 6 pagi dan selesai kurang lebih pada jam 9 pagi. Hanya membutuhkan waktu tiga jam saja untuk berjualan bubur, mungkin ditambah waktu malam hari yang digunakan untuk menyiapkan bubur dan segala persiapan untuk berjualan besoknya. Sehingga tak heran banyak orang yang menganggap penghasilannya pasti rendah.
Padahal penghasilan usaha ini kurang lebih bisa menyentuh UMR Kota Bandung, bahkan bisa lebih jika sedang ramai. Ditambah ada tiga cabang yang dibuka oleh kakak saya. Belum lagi waktu luangnya yang begitu banyak. Bukannya itu yang kebanyakan pekerja harapkan? Selain punya banyak uang, tapi juga punya banyak waktu luang?
Semoga setelah membaca artikel ini, tidak ada lagi pemikiran untuk menyepelekan usaha bubur bayi. Tidak ada salahnya membuka usaha satu ini. Prospeknya menjanjikan, berpeluang membuka banyak cabang, dan bagi saya, usaha ini merupakan usaha yang tidak akan mudah gulung tikar. Sebab selama manusia masih memproduksi bayi, usaha ini tidak akan pernah mati.
Penulis: Handri Setiadi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 3 Dosa Tukang Bubur Ayam Pinggir Jalan yang Bikin Pembeli Trauma Berkepanjangan.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.