Upin Ipin dan Teman-temannya akan Lanjut di Kampus-kampus Ini kalau Tinggal di Indonesia

Upin Ipin dan Teman-temannya akan Lanjut di Kampus-kampus Ini kalau Tinggal di Indonesia Mojok.co

Upin Ipin dan Teman-temannya akan Lanjut di Kampus-kampus Ini kalau Tinggal di Indonesia (lescopaque.com)

Sudah hampir 17 tahun sejak pertama kali serial Upin Ipin rilis. Selama itu pula kembar botak dan teman-temannya belajar di Tadika Mesra, nggak pernah sekalipun naik kelas. Padahal, sebagai besar penonton setia tayangan asal Negeri Jiran itu penasaran akan kehidupan mereka kalau tumbuh dewasa. Bagaimanakah hidup mereka ketika SD, SMP, SMA hingga kuliahnya? Mungkinkah mereka juga merasakan jatuh dan patah sebagaimana perjalanan kebanyakan orang? Soalnya kan kalau dilihat-lihat, hidup mereka asik-asik aja.

Sejauh ini belum ada tanda-tanda episode Upin dan Ipin akan naik kelas. Rumah produksi Les’ Copaque Production sepertinya juga tidak tertarik menayangkan Upin dan Ipin versi dewasa. Nah, daripada kelamaan menunggu hal yang tidak pasti, mending saya berimajinasi sendiri. Seandainya duo kembar botak dan kawan-kawannya tumbuh dewasa dan tinggal di Indonesia seperti kita, kira-kira mereka akan jadi mahasiswa kampus mana ya? 

#1 Upin Ipin akan beda kampus, Upin kuliah di UGM ambil jurusan Geodesi

Meski kembar identik, dalam benak saya, Upin dan Ipin akan menempuh jalan yang berbeda. Lagian, capek juga kan kalau apa-apa harus selalu bareng? Seperti individu yang nggak punya pendirian aja. Itulah yang akhirnya membuat Upin dan Ipin menempuh jalan yang berbeda.

Sebagai seorang kakak, Upin lebih memilih kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM). Upin mendaftar di Fakultas Teknik jurusan Teknik Geodesi. Setelah lulus nanti, Upin mendambakan bisa bekerja di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Cita-citanya bukan lagi jadi astronot karena syarat jadi astronot ternyata berat. Jadi, Upin memilih untuk mengubur mimpinya. Bukan menyerah, ya, hanya sadar diri.

Bayangkan, dari latar belakang pendidikannya saja, calon astronot harus lulusan magister dari disiplin ilmu STEM (science, technology, engineering and mathematics). Selain itu, dibutuhkan pengalaman profesional atau setidaknya 1.000 jam terbang pilot pesawat jet. Abot, Lur. Abot.

#2 Ipin yang bercita-cita punya karir di dunia militer akan lanjut ke Akademi Militer

Beda dengan Upin, Ipin memilih masuk Akademi Militer alias Akmil setelah lulus SMA. Demi bisa masuk ke Akmil, Ipin rajin melatih kekuatan fisiknya sejak bangku SMP. Setiap pagi sebelum mengantarkan nasi lemang ke kedai Uncle Muthu, Ipin lari mengelilingi kampung Durian Runtuh. Sorenya, dia membantu Atok di kebun durian. Kalau tak ada kerjaan di kebun durian, Ipin memilih untuk berenang di Sungai atau membantu angkat-angkat barang bekas milik Ah Tong. Hitung-hitung aktivitas fisik itu bisa jadi pengganti nge-gym. Maklum, biaya nge-gym cukup mahal, sisa disemprot kak Ros kalau Ipin minta jadi member gym.

Perkara kenapa tiba-tiba Ipin masuk Akmi, kata siapa tiba-tiba? Di lirik lagu Cita-Citaku yang dinyanyikan Upin Ipin, sudah terselip kode betapa si kembar ini ingin menjadi orang yang berbakti pada negara. Bakti yang kemudian Ipin wujudkan dengan berkiprah di bidang militer.

#3 Ehsan kuliah di President University, kampus yang harganya selangit

Sebagai anak yang memanggil bapaknya dengan sebutan “Daddy”, Ehsan sebenarnya disiapkan untuk kuliah di luar negeri. Namun, apa daya, si Intan Payung ini tidak mau. Awalnya, Ehsan berencana nggak lanjut kuliah dan mau menjadi gamer seperti Jess No Limit saja. Tentu pilihan tersebut ditentang oleh Daddy-nya Ehsan. Daddy mau Ehsan kuliah dan meneruskan bisnis keluarga.

Akhirnya, setelah negosiasi panjang tercapailah kesepakatan. Ehsan mau kuliah, tapi harus di President University. Alasannya, Ehsan ngincer pengen gabung dengan Golferation, yaitu Unit Kegiatan Mahasiswa di President University untuk para pecinta golf. Pikir Ehsan, kalau tidak bisa fokus mengejar cita-cita sebagai gamer, setidaknya dia bisa menyalurkan hobi main golf. Minimal, kegiatan ini bisa dipamerkan ke Upin, Ipin, Fizi, dan teman-teman lain. 

Kampus swasta yang berada di daerah Cikarang ini termasuk kampus mahal di Indonesia. Namun, semua itu nggak masalah bagi Ehsan karena Daddy pasti akan mengabulkannya. Lagi pula, biaya kuliah di President University nggak seberapa bagi mereka. 

#4 Jarjit di UNS

Di masa kecilnya, bocah yang suka sekali berpantun ini bercita-cita ingin menjadi polisi. Di salah satu serial Upin Ipin Dia juga pernah ingin jadi wartawan. Nggak jauh beda lah dengan kita yang cita-citanya sering gonta-ganti.

Nah, seiring berjalannya waktu, Jarjit menyadari bahwa menjadi polisi tidaklah cocok dengan karakternya yang doyan ngebadut ini. Kan nggak lucu kalau lagi genting-gentingnya ngejar penjahat terus Jarjit melempar pantun dulu. Bisa-bisa penjahatnya malah kabur. Itu mengapa, Jarjit memilih untuk menjadi wartawan saja. Menurut dia cita-cita ini lebih cocok untuknya yang  gemar ngotak-ngatik kata sejak dulu. Jadi, kalau sekadar bikin berita yang click bait, bisa lah. 

Untuk kampusnya, Jarjit memilih berkuliah di Universitas Sebelas Maret (UNS). Kenapa? Karena Jarjit dicertiakan sebagai penganut agama Budha yang taat. Itu mengapa, untuk urusan memilih kampus, dia memilih kampus yang memiliki vihara, yaitu UNS.

#5 Mail kuliah di Universitas Terbuka yang jadwalnya fleksibel

Sudah bukan rahasia lagi tokoh Mail dalam serial Upin Ipin adalah sosok pekerja keras. Sedari kecil, dia sudah terbiasa membantu ibunya berjualan ayam goreng. Itu sebabnya, Mail berencana untuk tidak kuliah. Mail mau fokus berdagang saja, membantu usaha Abang Iz. Tentu saja cita-citanya itu ditolak mentah-mentah oleh keluarga. Lha wong kakaknya aja kuliah, masa adiknya nggak? Begitu kata Ibu Mail.

Sebetulnya, alasan utama Mail tidak mau kuliah adalah dia tidak ingin membebani ibunya. Maklum, biaya kuliah sekarang makin nggak ngotak. Semasa Abang Iz kuliah dulu, Mail jadi saksi mata bagaimana perjuangan ibunya memenuhi biaya kuliah. Itu mengapa, dia nggak tega rasanya jika sang ibu harus banting tulang lagi untuk membayar kuliahnya.

Akan tetapi, berhubung ibu Mail memaksa Mail untuk kuliah, akhirnya Mail nurut juga. Syaratnya, dia hanya mau kuliah di Universitas Terbuka. Kampus ini memang pas banget dengan kondisi Mail. Perkuliahannya yang fleksibel bisa membuat Mail bisa terus berdagang. Biaya kuliahnya juga lebih murah. Ibu tenang, Mail pun senang.

Wah, seru juga membayangkan tempat kuliah anak-anak Kampung Durian Runtuh. Masih ada tempat kuliah Mei-Mei, Fizi, Ijat dan Susanti nih yang belum dibahas. Kira-kira, mereka bakal kuliah dimana, ya? Atau jangan-jangan mereka memilih nggak melanjutkan kuliah karena satu dan lain alasan. Seperti yang kita tahu, semakin bertambah usia, hidup semakin tidak terduga dan ada-ada saja. 

Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Ehsan “Upin Ipin” Nggak Becus Jadi Ketua Kelas, Dia Nggak Mengayomi Teman-temannya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version