Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Upah Kerja Rendah di Yogyakarta, Siapa yang Paling Menderita?

Nikma Al Kafi oleh Nikma Al Kafi
22 November 2020
A A
Salah Kaprah Anggapan Jogja Serbamurah. Tabok Saja kalau Ada yang Protes! terminal mojok.co

Salah Kaprah Anggapan Jogja Serbamurah. Tabok Saja kalau Ada yang Protes! terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Membicarakan soal upah, bagi saya menjadi tema yang sentimentil. Setiap yang bekerja tak mungkin tidak mengharap timbal balik yang sebanding dengan tenaga yang sudah dikerahkan untuk bekerja. Upah kerja merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap intensitas bekerja seseorang. Belum lagi kalau upah itu rendah, sehingga akan menciptakan kegelisahan sekaligus ketidaknyamanan dalam bekerja. 

Saya pernah beberapa kali mendengar kegelisahan teman, kegelisahan itu akibat dari ketidakseimbangan antara upah dengan pekerjaan. Pada akhirnya teman-teman saya yang mengalami ketimpangan itu memutuskan putus kerja. Saya menyebut kasus itu sebagai ketimpangan, sebab segala sesuatu yang tak seimbang merupakan sesuatu yang timpang.

Mendengar cerita teman itu, membuat saya juga merasa geram. Sempat saya menanyakan pada mereka, kenapa tidak meminta kenaikan upah kepada perusahaan. Mereka memiliki jawaban yang sama, bahwa standar upah yang diberikan perusahaan sudah sesuai dengan ketentuan pemerintah. Dari jawaban itulah membuat mereka pasrah, sebab untuk meminta kenaikan upah pada pemerintah, mereka sudah pesimis sejak awal. Lantaran setiap pekerja tidak selalu memiliki nasib yang sama.

Mereka percaya, segala sesuatu dapat diubah ketika setiap pekerja atau individu sebagai pekerja memiliki nasib yang sama. Sedangkan, mereka berpikir tidak setiap pekerja merasa menderita, artinya ada pekerja lain yang tidak menderita lalu tak acuh dengan nasib pekerja yang lain. Perihal perbedaan nasib ini juga pernah saya jumpai, ketika sedang mengobrol dengan dua teman saya yang memiliki latar belakang pekerjaan pun upah yang berbeda.

Sebut saja kedua teman saya ini Nami dan Sanji, nama yang sengaja saya buat fiktif, tetapi jangan ragukan cerita ini karena berdasarkan kisah nyata. Nami bekerja dalam sebuah pabrik tekstil di Bantul. Sedangkan Sanji bekerja di butik yang terletak di Sleman. Mulanya obrolan kami berjalan begitu asik karena membahas asmara. Siapa yang tidak merasa senang membicarakan asmara kecuali cintanya ditolak?

Kedua teman saya itu sama-sama pekerja asli Gunungkidul yang paling selatan, alias daerah yang jauh dari pusat kota Gunungkidul. Mereka memilih bekerja keluar kabupaten, karena upahnya yang lebih besar dibanding di Gunungkidul. Pertama Nami merasa gelisah, katakanlah ia merasa menderita dari upah kerjanya yang tidak sepenuhnya memenuhi kebutuhan harian hingga bulanan: pangan, sandang, dan papan (kos). Sehingga seringkali ia mengubah pola hidupnya seminimal mungkin. Kemudian Sanji menanggapi keluhan Nami untuk menyikapi permasalahan itu dengan pernyataan “kerja tinggal kerja, nanti juga diberi upah, semua bergantung pada diri masing-masing.”

Kemudian, Nami menimpali pernyataan itu dengan nada keras, mungkin karena ia sudah merasa kesal dengan kenyataan yang dihadapinya. Ia mengatakan kepada Sanji bahwa perspektifnya tak berlaku buat diri Nami. Kemudian Nami menyinggung upah Sanji yang lebih besar darinya— ia merasa Sanji tak merasakan nasibnya. Namun, ternyata sanji tak mau kalah menderita, lalu Sanji menanggapi dengan kepala panas, bahwa dirinya juga merasa hal yang sama seperti Nami. Ia juga merasa tak terpuaskan dengan upahnya meskipun lebih besar dari Nami. 

Saya pun merasa bingung untuk menengahi kemelut di antara mereka karena saya belum bekerja dan tak mungkin berlagak paling tahu diantara mereka. Tetapi, pada akhirnya saya dapat mengatasi perdebatan mereka yang terbilang kalut. Wis to cah kalian sama-sama menderita, kalian malah berlomba-lomba untuk menentukan siapa yang paling menderita. Kalian seharusnya saling mendukung satu sama lain atau saling bekerja sama untuk menciptakan kehidupan yang mapan untuk semua pekerja.

Baca Juga:

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

Dengan perdebatan malam itu, pada akhirnya mampu menyadarkan kami bertiga untuk saling memperdulikan sesama pekerja. Beberapa waktu lalu informasi UMP 2021 di Yogyakarta mengalami perubahan, meskipun kenaikan upah bisa dibilang tidak menunjukan perubahan yang signifikan. Akan tetapi, regulasi perusahaan harus sesuai dengan ketentuan UMP. Apabila terjadi penambahan jam kerja harus ada nilai upah tambahan atau insentif. Dengan begitu, sebagai pekerja harus peka terhadap kondisi lingkungan kerja, agar kesejahteraan pekerja dapat dicapai bersama.

Pada akhirnya saya dan kedua teman saya itu berkesimpulan, sebagai pekerja harus sama-sama saling menyadari bahwa pekerja satu dengan pekerja yang lain harus saling memberi dukungan, meskipun berbeda lokasi maupun wilayah tempat bekerja. Artinya kesejahteraan pekerja merupakan tanggung jawab bersama.

Kemudian kami bertiga sepakat, sebagai pekerja yang menjadi penganut regulasi, sama-sama bekerja di bawah sistem yang sama. Yaitu bergerak di bawah regulasi pemerintah, sesama pekerja jangan sampai saling merasa mengagungkan diri bahkan saling merendahkan. Oleh karena itu, sebagai sesama pekerja, jika ada regulasi yang tak mensejahterakan dapat diluruskan bersama.

Sehingga tak ada lagi peristiwa adu penderitaan sesama pekerja di Yogyakarta ataupun di wilayah lainya. Namun, di balik penderitaan pekerja, bagi saya ada sosok yang lebih menderita ketimbang pekerja di Yogyakarta, ialah Raja. Yogyakarta sebagai wilayah istimewa ialah karena keberadaan Raja. Saya berpikir beliau yang paling menderita karena menanggung begitu banyak beban dari sekian banyak rakyatnya.

Akan tetapi, beban itu serasa tak mungkin ditanggung beliau seorang diri. Di Yogyakarta ada sesosok gubernur yang berwewenang atas segala regulasi. Sehingga Raja perlu mendapat dorongan dari rakyat Yogyakarta untuk melakukan pendeketan pada gubernur agar kesejahteraan dapat dirasakan rakyatnya. Maka dari itu rakyat Yogyakarta seharusnya menyadari perlunya memberi dukungan kepada Raja.

BACA JUGA Seni Menghadapi Harta Dunia Melalui Peribahasa Madura Asel Ta’ Adina Asal dan tulisan Nikma Al Kafi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 21 November 2020 oleh

Tags: JogjaUMKumpUMRupah
Nikma Al Kafi

Nikma Al Kafi

Lahir di Gunungkidul. Nggak bisa berenang dan memanjat pohon. Mahasiswa Sastra Indonesia di UAD, 2019.

ArtikelTerkait

Alasan PNS Enggan Disebut Buruh (Odua Images:Shutterstock.com)

Alasan PNS Enggan Disebut Buruh

1 Januari 2024
jogja pabrik gula belanda mojok

Manisnya Jogja sebagai Kota Gula di Awal Abad ke-20

10 Oktober 2020
Geblek Kuliner Khas Kulon Progo yang Murah Meriah, Harganya Ada yang Cuma 100 Perak Mojok.co

Geblek Kuliner Khas Kulon Progo yang Murah Meriah, Harganya Ada yang Cuma 100 Perak

4 Agustus 2024
Surat Terbuka untuk Pembenci Perantau di Jogja: Hanya Dhemit yang “Pribumi Jogja”, Kalian Bukan! konten kreator jogja

5 Saran untuk Kreator Konten Jogja agar Makin Banyak Follower dan Endorsement meski Nggak Punya Kreativitias Sama Sekali

22 Juli 2025
kenapa UMP Jogja rendah titik kemacetan di jogja lockdown rekomendasi cilok di Jogja Sebenarnya Tidak Romantis Jika Kamu Cuma Punya Gaji UMR dawuh dalem sabda pandita ratu tugu jogja monarki mojok

Jogja dan Thailand Itu Sama-sama Monarki, tapi Rakyat Jogja Nggak Suka Demo

5 November 2020
3 Hal yang Wajar di Tegal, tapi Nggak Lumrah di Jogja

3 Hal yang Wajar di Tegal, tapi Nggak Lumrah di Jogja

17 September 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.