Sebagai ibu kota Jawa Tengah, Semarang mempunyai banyak kampus berkualitas. Dan, dua nama kampus yang langsung terbayang adalah Universitas Diponegoro (UNDIP) dan Universitas Negeri Semarang (UNNES). Namun, bagi saya, bukan 2 kampus itu yang terbaik, tetapi UIN Walisongo.
Mungkin kamu tidak menerima jawaban ini, khususnya mahasiswa UNDIP dan UNNES. Bahkan mungkin mahasiswa UIN Walisongo sendiri juga nggak terima karena kaget. Oleh sebab itu, izinkan saya menjelaskan alasannya.
Daftar Isi
#1 UIN Walisongo unggul di aspek geografis dibandingkan UNDIP dan UNNES
Keunggulan pertama adalah perihal lokasi. Lokasi UIN Walisongo berada paling barat ketimbang UNNES dan UNDIP. Lokasi ini membuat UIN berada di posisi strategis. Kampus UIN jadi semacam maskot selamat datang yang menyambut perantau dari arah barat dan menjadi gerbang masuk Kota Semarang.
Berbeda dengan nasib kampus yang berada di pojok timur yang jadi langganan banjir, UIN Walisongo tidak pernah merasakannya karena posisinya di ketinggian. Efek lainnya, kalau sedang sore, akan tampak senja indah, dengan pesona laut Semarang, meskipun air lautnya butek banget.
Baca halaman selanjutnya: Dari kesehatan hiingga sistem pembelajaran, UIN Walisongo terbaik.
#2 Keunggulan kesehatan
Bukan, saya bukan mau memuji kliniknya. Malah klinik di UIN Walisongo saya bilang paling tidak recommended. Bahkan mendingan ke puskesmas di mana saja di Semarang, deh. Selain galak, para petugas kliniknya kadang ngasih obat sembarangan.
Keunggulan kesehatan yang saya maksud di sini adalah budaya jalan kakinya. UNDIP dan UNNES (kayaknya) juga punya budaya jalan kaki, tapi di UIN Walisongo jadi spesial dan menyehatkan.
Dengan kontur wilayah kampus yang nanjak, jalan kaki dari gerbang kampus 3 menuju kelas yang berada di gedung paling barat akan jadi aktivitas sangat menyehatkan.
Kamu akan menyusuri jalan aspal berkerikil yang curam, sambil mata tetap waspada dengan lalu-lalangnya mobil proyek.
Atau berjalan dari kampus 1 menuju kampus 2, dengan terik matahari menemani. Saya jadi sering membayangkan bagaimana betis ukhti-ukhti yang berjalan dari mahad (pondok pesantren) yang berada di luar kampus. Pasti kekar dan kokoh.
#3 Keunggulan sistem pembelajaran
UIN Walisongo adalah kampus yang menjunjung tinggi demokrasi dan menolak otoritarianisme. Ini bisa dilihat dari pembelajaran di kelas yang demokratis.
Para dosen tidak segan-segan membuka partisipasi mahasiswanya di kelas. Misalnya, dalam menentukan tanggal Ujian Akhir Semester. Biasanya dosen akan menawarkan, mau ujian tanggal berapa. Bahkan tidak jarang mahasiswanya yang menentukan tanggal UAS. Partisipasi perkuliahan yang paling kental, mahasiswa bisa memilih untuk ujian take home aja.
Selain itu UIN Walisongo juga menawarkan jadwal perkuliahan yang fleksibel. Misal pada saat mendekati Lebaran, para dosen akan menyesuaikan sebisa mungkin agar kontrak perkuliahan bisa selesai sebelumnya.
Ini bertujuan agar mahasiswa-mahasiswanya bisa Lebaran lebih lama di kampung halaman. So sweet banget. Meskipun alasan mendasar lainnya adalah karena dosennya juga ingin libur lebih lama. Tentunya hal ini sangat berbeda dengan UNDIP atau UNNES yang (mungkin) ujiannya saklek karena terjadwal dan serentak seperti di sekolah.
#4 Keunggulan nilai
Apabila di kampus lain IPK 3,0 adalah prestasi, bagi anak UIN Walisongo, nilai tersebut adalah aib. Bagi mahasiswa UIN, IPK ideal itu ya 3,5. Saya sering tuh menemukan teman-teman mahasiswa yang sampai melobi dosen karena nilainya di bawah 3.0.
Nggak heran, standar nilai di UIN Walisongo jadi sangat tinggi. Sampai-sampai saat wisuda tidak ada selempang cum laude lagi karena semuanya cum laude. UNDIP dan UNNES bisa gitu, nggak?
#5 UIN Walisongo unggul pemerataan ketimbang UNNES dan UNDIP
Kalau kalian ingin melihat gaya hidup yang antarorang ketimpangannya tidak terlampau jauh, di UIN Walisongo tempatnya. Di UIN, semua mahasiswa mayoritas terlihat sama gaya hidupnya.
Tidak ada yang terlihat terlampau kaya atau terlalu kere. Gaya sarungan, celana jeans sobek, dan kemeja flanel yang dikombinasikan dengan kaos oblong adalah yang paling sering terlihat melekat pada tubuh mahasiswa UIN.
Ya, bagaimanapun tetap ada yang bergaya sosialita, tapi jumlahnya sangat sedikit. Malahan yang bergaya sok kaya di UIN Walisongo akan dijuluki BPJS, singkatan “budget pas-pasan, jiwa sosialita”. Teman saya yang punya mobil sampai tidak mau membawa mobil karena dianggap simbol kesombongan dan terancam jadi bahan cibiran.
Selain keunggulan-keunggulan yang saya sudah sebutkan, masih banyak keunggulan UIN Walisongo dibanding UNDIP dan UNNES. Yang jelas, keunggulan tersebut merupakan keunggulan berdasarkan perspektif saya.
Ya setiap orang kan berhak punya definisi sendiri apa itu unggul, yang mana definisi itu bakal subjektif banget. Apalagi saya sendiri mahasiswa UIN Walisongo, masak saya mau ngunggul-ngunggulin UNDIP dan UNNES.
Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Yamadipati Seno
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.