Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Profesi

Kuliah Mahal, Gaji Minimal: UMR Bukan Upah Layak untuk Sarjana Fresh Graduate, Itu Penghinaan!

Faqih oleh Faqih
25 Mei 2025
A A
Kuliah Mahal, Gaji Minimal: UMR Bukan Upah Layak untuk Sarjana Fresh Graduate, Itu Penghinaan!

Kuliah Mahal, Gaji Minimal: UMR Bukan Upah Layak untuk Sarjana Fresh Graduate, Itu Penghinaan!

Share on FacebookShare on Twitter

Beberapa minggu yang lalu, saya melihat sebuah reels singkat di Instagram. Dalam video tersebut, orang Afrika Selatan berkulit putih yang tinggal di Indonesia ini mempertanyakan: mengapa lulusan S1 di Indonesia digaji setara UMR? Baginya, ini adalah culture shock terbesar selama tinggal di Indonesia.

Di negaranya yang bahkan belum tergolong negara maju, upah minimum hanya berlaku bagi pekerja yang tidak kuliah. Sementara di sini? Empat tahun kuliah, puluhan SKS, skripsi berdarah-darah, dan yang ditawarkan adalah gaji minimum.

Alasannya klasik dan terdengar masuk akal: “Belum punya pengalaman.” Tapi di balik kalimat itu tersembunyi satu ironi besar: pendidikan empat tahun dianggap belum cukup sebagai modal kerja. Lalu, gelar sarjana itu apa? Sertifikat? Dekorasi LinkedIn? Atau cuma penanda bahwa kamu siap kerja keras dengan upah pas-pasan?

Saatnya kita pertanyakan logika ini. Bukan karena kita manja, tapi karena ada tradisi korporasi yang terlalu nyaman membayar murah sambil menyuruh kita diam.

UMR itu pendapatan minimum untuk hidup

Mari luruskan satu hal dulu: UMR itu batas gaji paling bawah, bukan harga mati. Itu semacam “jangan dibayar lebih rendah dari ini ya, karena itu nggak manusiawi.” UMR sejatinya dibuat sebagai jaring pengaman agar pekerja bisa hidup. Cukup buat bayar kos, makan sederhana, dan nebeng WiFi tetangga. Itu pun seringnya masih ngos-ngosan.

Jadi kalau fresh grad dikasih gaji UMR, itu artinya dia pas-pasan buat hidup. Padahal, dia datang dengan titel sarjana, IPK, dan kemampuan presentasi yang dulu mungkin aja pernah bikin pernah bikin dosen manggut-manggut sebelum akhirnya bilang: revisi, ya.

Gawatnya, UMR dijadikan semacam preset default buat semua entry-level job, seolah-olah sistemnya bilang: “Kamu belum layak dihargai lebih tinggi sampai kamu membuktikan diri dulu.” Padahal pekerjaan yang ditawarkan seringkali nggak entry-entry amat: deadline-nya ketat, ekspektasinya tinggi, kadang disuruh multitasking sampai mirip karyawan lima divisi dijadikan satu.

Masalahnya, kalau lulusan S1 dengan gaji UMR aja banyak dijustifikasi, maka lulusan SMA/K atau di bawahnya akan dengan mudah digaji di bawah UMR. Kecurigaan saya ini pun terkonfirmasi dengan kenyataan pahit di lapangan: 54,3% pekerja digaji di bawah upah minimum provinsi di awal tahun 2024 (Sumber: BPS, dilansir dari Databoks). Apalah artinya UMR kalo lebih dari setengah tenaga kerja aja diberi upah di bawah level minimum?

Baca Juga:

Trenggalek Rasa Menteng: Derita Sobat UMR Surabaya Mencari Tanah di Durenan Trenggalek

Realitas Pahit Lulusan Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI), Prodi Laris yang Susah Cari Pekerjaan

Lulusan sarjana tidak kosong, tak layak digaji UMR

Ada anggapan aneh yang berkembang: “Fresh grad itu belum punya value, karena belum punya pengalaman.” Well, let’s talk value.

Selama kuliah, kita dilatih mikir sistematis, kritis, dan logis. Kita belajar nulis laporan, bikin presentasi, baca jurnal dan buku tebal yang bikin kepala nyeri dan mata buram. Kita juga dituntut kerja bareng kelompok yang kadang isinya makhluk-makhluk tak bertanggung jawab, dan dari situ, kita belajar problem solving level dewa. Itu semua skill yang terpakai banget di dunia kerja.

Jelas, itu semua bukan cuma teori di atas kertas. Itu modal. Modal untuk bekerja, untuk beradaptasi, untuk terus belajar di tempat kerja nantinya.

Kita nggak akan naif. Tentu saja pengalaman itu penting. Masalahnya, banyak perusahaan di Indonesia suka bilang, “Kami butuh orang yang berpengalaman.” Tapi… posisi yang dibuka judulnya entry level. Lho, entry level tapi harus berpengalaman? Ini logikanya aneh. Kayak buka lowongan untuk menjadi bayi tapi syaratnya: “Minimal pernah sekolah PAUD”.

Mereka memang belum tahu segalanya, tapi bukan berarti mereka nggak tahu apa-apa. Justru di masa-masa awal itulah mereka lebih adaptif, lebih gesit, dan nggak terlalu terjebak zona nyaman. Jadi kalau ada perusahaan yang ngomong, “Kami nggak bisa kasih gaji tinggi karena kamu belum pengalaman,” mungkin yang sebenarnya mereka maksud adalah:

“Kami pengin kamu kerja banyak, dibayar sedikit, dan nggak banyak nanya.”

Stigma Gen Z: manja tapi maunya gaji tinggi

Begitu ada fresh grad yang bilang, “Saya berharap digaji lebih dari UMR,” langsung keluar komentar-komentar sarkas:

“Anak zaman sekarang maunya instan.”
“Baru lulus aja udah banyak maunya.”
“Belum kerja udah ngeluh.”
“Gue mah dapet kerja aja udah bersyukur.”

Padahal, pekerja sekarang sebenarnya lebih sadar realitas aja. Mereka cuma ingin hidup layak. Mereka sadar bahwa hidup di kota besar dengan gaji UMR itu ya, susah. Bayar kos? Mahal. Transportasi? Boros. Belum lagi kalau disuruh bantu biaya keluarga. Mereka nggak minta digaji kayak manajer, cuma minta diakui bahwa pendidikan mereka punya nilai.

Seolah-olah minta upah layak adalah bentuk arogansi. Menuntut wajar bukan berarti manja. Menginginkan upah pantas bukan berarti arogan. Ini soal martabat tenaga kerja. Yang luput dilihat adalah: Gen Z ini justru lebih terbuka, lebih kritis, dan lebih berani menolak eksploitasi. Dan bukankah itu ciri generasi yang sehat? Yang sadar haknya, dan tahu cara memperjuangkannya? Yang seharusnya dikritik bukan anak muda yang bersuara, tapi sistem yang senang memanfaatkan mereka dalam keadaan diam.

Saatnya revisi standar gaji entry level

Kita perlu jujur: standar gaji entry-level di Indonesia masih terlalu rendah untuk ukuran tenaga kerja yang terdidik. Idealnya, fresh grad sarjana layak mendapatkan gaji minimal 20–30% di atas UMR. Bukan karena mereka sok hebat, tapi karena mereka datang dengan modal: pemahaman teoritis, kemampuan berpikir analitis, dan potensi berkembang yang harus dihargai.

Dan tolong, perusahaan juga jangan berlindung di balik dalih “masih belajar”. Kalau pekerja baru disuruh menyerap banyak hal sambil menjalankan jobdesc yang kompleks, itu bukan masa belajar — itu masa kerja. Dan kerja harus dibayar setimpal. Pemerintah, kampus, dan bahkan media pun perlu ikut menyuarakan pentingnya revisi standar gaji ini. Bukan hanya untuk kesejahteraan generasi muda, tapi untuk menciptakan ekosistem kerja yang sehat dan kompetitif.

Menggaji fresh graduate lebih dari UMR bukan tindakan filantropi. Itu adalah bentuk penghargaan terhadap proses belajar, waktu, dan energi yang sudah diinvestasikan. Kita perlu berhenti menyalahkan generasi muda yang berani bersuara. Justru, kita harus curiga sama sistem yang menganggap “kerja keras di awal harus dibayar murah dulu.” Kalau semua pekerja dibayar murah saat masih belajar, siapa yang akan tumbuh jadi profesional?

Penulis: Faqih
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Begini Cara agar Hidup Selamat di Jogja dengan Gaji UMR Jogja 2025: Harus Siap Menderita karena Itu Satu-satunya Pilihan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 25 Mei 2025 oleh

Tags: Fresh Graduategaji umrsarjanaUMR
Faqih

Faqih

Pengajar.

ArtikelTerkait

orang dalam

Kenangan tentang ‘Orang Dalam’ pas Nyari Kerjaan

13 Mei 2020
Catatan Pemakluman Masalah di Jogja oleh Sultan Jogja Selama 10 Tahun Terakhir

Catatan Pemakluman Masalah di Jogja oleh Sultan Jogja Selama 10 Tahun Terakhir

24 Januari 2023
4 Tipe Orang yang Nggak Cocok Jadi Guru, Sebaiknya Cari Profesi Lain kalau Nggak Ingin Menyesal Seumur Hidup Mojok.co

4 Tipe Orang yang Nggak Cocok Jadi Guru, Sebaiknya Cari Profesi Lain kalau Nggak Ingin Menyesal Seumur Hidup

29 Mei 2024
4 Tipe Orang yang Sebaiknya Nggak Usah Kuliah S2, Cuma Buang-buang Waktu dan Duit Mojok.co

4 Tipe Orang yang Sebaiknya Nggak Usah Kuliah S2, Cuma Buang-buang Waktu dan Duit

26 Mei 2024
Perkara Croissant di Jakarta yang Tampak Lebih Mahal daripada di Australia terminal mojok.co

Perkara Croissant di Jakarta yang Tampak Lebih Mahal daripada di Australia

10 Juli 2021
4 Hal yang Sering Disepelekan oleh Fresh Graduate Selama Proses Mencari Pekerjaan terminal mojok

4 Hal yang Sering Disepelekan oleh Fresh Graduate Selama Proses Mencari Pekerjaan

24 September 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

18 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Panduan Membeli Toyota Vios Bekas: Ini Ciri-Ciri Vios Bekas Taxi yang Wajib Diketahui!

18 Desember 2025
Bali, Surga Liburan yang Nggak Ideal bagi Sebagian Orang

Pengalaman Motoran Banyuwangi-Bali: Melatih Kesabaran dan Mental Melintasi Jalur yang Tiada Ujung  

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Membandingkan Warteg di Singapura, Negara Tersehat di Dunia, dengan Indonesia: Perbedaan Kualitasnya Bagai Langit dan Bumi
  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan
  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.