Umbul Senjoyo Salatiga Indah, tapi Nggak Semua Orang Bisa Berkunjung ke Sana

Umbul Senjoyo Salatiga Indah, tapi Nggak Semua Orang Bisa Berkunjung ke Sana

Umbul Senjoyo Salatiga Indah, tapi Nggak Semua Orang Bisa Berkunjung ke Sana (unsplash.com)

Pagi itu saya bersama teman ingin berkunjung ke Umbul Senjoyo, sebuah tempat pemandian di dekat Kota Salatiga untuk ciblon. Namun saat itu kondisi di Salatiga sedang dingin-dinginnya. Sebenarnya saya sempat ragu karena khawatir bakal masuk angin karena nggak tahu seberapa dingin air di pemandian nanti. Apalagi saya dari dataran rendah, tentu tak terbiasa dengan air dingin dan lebih memilih air yang suhunya pas atau cenderung hangat. 

Akan tetapi saya akhirnya tetap berangkat. Hasrat untuk menjelajah lebih kuat daripada keinginan untuk tetap diam di rumah teman. Lantaran keinginan itu sudah menjadi rencana lama dan tak ingin saya undur kembali, akhirnya saya dan teman berangkat.

Perjalanan menuju lokasi Umbul Senjoyo Salatiga

Perjalanan menuju Umbul Senjoyo dimulai dari rumah teman saya yang jaraknya kurang lebih 10 kilometer. Sebenarnya secara administrasi, Umbul Senjoyo berada di Cebongan, Tegalwaton, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Namun lokasinya lebih dekat dari pusat kota Salatiga sehingga banyak yang berkunjung ke sini jika sedang berada di Salatiga.

Selama perjalanan, kami kami disuguhi jalanan yang relatif mulus dan bebas macet, tapi naik-turun. Hanya ada sedikit bagian jalan yang kurang baik, yaitu jalan di Desa Tegalwaton yang merupakan jalan pengantar yang berdekatan dengan lokasi. Tapi jalan ini tak cukup untuk membuat kami kesal, apalagi sampai menghambat perjalanan.

Selanjutnya di ujung perjalanan, sebelum sampai di lokasi tujuan, saya mendapati sebuah jalan dengan nama Jalan Raden Senjaya. Saya bertanya-tanya dalam hati, “Apakah nama tokoh ini yang kemudian diadaptasi sebagai nama pemandian air tersebut?” Lantaran penasaran, saya coba mencari tahu di laman pencarian. Ternyata benar nama Umbul Senjoyo berasal dari nama Raden Sanjaya.

Pemandian yang asri dan menenangkan

Begitu tiba di Umbul Senjoyo Salatiga, hawa sejuk khas pegunungan langsung menyapa kami. Di depan mata, tampak kolam pemandian alami dengan air yang jernih, mengalir langsung dari sumber mata air pegunungan. Terlihat satu kolam dipenuhi ikan mas yang sepi dari aktivitas orang berenang.

Saya sempat bertanya-tanya, apakah memang ada larangan berenang di sana? Namun tak ada papan peringatan yang menunjukkan demikian. Mungkin karena kolamnya dangkal? Tapi bahkan anak-anak pun tak tampak tertarik untuk bermain air di situ. Asumsi saya, selain kolamnya dangkal dan dipenuhi banyak ikan mas, kolam tersebut sepi karena berdekatan dengan akses jalan dari jembatan pembuka menuju tempat pemandian utama yang notabene lebih dalam dan ramai.

Suasana di sekitar umbul tampak asri karena masih dikelilingi pepohonan hijau yang menambah kesan tenang dan alami. Apalagi banyak warung makan yang berjejer, seolah menyambut siapa pun yang ingin beristirahat setelah capek bermain air, atau sekadar duduk ngobrol bareng teman atau keluarga. 

Satu hal yang menarik dari Umbul Senjoyo Salatiga adalah kuliner khasnya, yakni bakwan jembak. Bakwan satu ini berbeda dari bakwan pada umumnya karena menggunakan daun jembak sebagai bahan utama. Bagi yang belum tahu, daun jembak adalah selada air. Gorengan ini enaknya dinikmati selagi hangat. Dingin-dingin makan bakwan jembak, sungguh perpaduan yang cocok.

Baca halaman selanjutnya: Tapi nggak cocok dikunjungi orang yang nggak tahan dingin…

Tapi Umbul Senjoyo Salatiga nggak cocok buat semua orang, apalagi yang nggak tahan dingin

Terlepas dari keindahan dan kenyamanan yang ditawarkan Umbul Senjoyo Salatiga, tempat ini punya tantangan tersendiri. Suhu dingin di sana yang menusuk tulang. Apalagi buat mereka yang nggak terbiasa dengan suhu yang bikin badan menggigil.

Bagi orang-orang yang menyukai kesegaran air pegunungan, Umbul Senjoyo bisa menjadi tempat yang menyenangkan untuk melepas penat. Tapi kalau kalian nggak tahan dingin, mungkin tempat ini bukan pilihan terbaik. Menurut saya, air di sini beda dari umbul lain yang pernah saya kunjungi. Suhu airnya jauh lebih dingin.

Teman saya yang datang bersama ke sini akhirnya harus membayar pengalaman berkunjung dengan tubuh menggigil dan demam keesokan harinya. Padahal waktu ke Umbul Senjoyo Salatiga, dia hanya mencelupkan badannya kurang dari lima menit.

Jumlah kamar mandi terbatas dan lokasinya agak jauh dari tempat pemandian

Ada satu hal yang kerap menjadi perhatian saya saat berada di tempat wisata, yakni fasilitas toilet. Menurut saya, fasilitas toilet yang baik akan menunjang kenyamanan pengunjung yang datang ke tempat wisata. 

Sayangnya di Umbul Senjoyo, jumlah kamar mandi di sana sangat terbatas, hanya sekitar empat unit. Lokasinya pun cukup jauh dari area pemandian, sekitar lima puluh langkah orang dewasa. Bagi pengunjung yang tiba-tiba ingin buang air saat bermain air, ini tentu bisa bikin sebal juga. Nggak kebayang rasanya menahan buang air tapi harus berjalan jauh dulu.

Jumlah kamar mandi yang hanya empat pun masih kurang. Kalau kondisi pemandian sedang sepi nggak banyak pengunjung mungkin cukup. Tapi kalau sedang ramai, tentu bakal terjadi antrean di sana. Mungkin pihak pengelola bisa mempertimbangkan menambah jumlah kamar mandi agar lebih nyaman dan pengunjung nggak perlu antre lama jika kondisinya ramai.

Begitulah pengalaman saya berkunjung ke Umbul Senjoyo Salatiga. Jika suatu hari kalian ingin ke sana, pastikan kalian siap menghadapi tantangan suhu airnya. Jangan sampai kayak teman saya, modal nekat tanpa riset. Ujung-ujungnya malah sakit. 

Penulis: Aditya Firmansyah
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Salatiga, Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Tengah.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version