Dalam kondisi pandemi hampir sebagian besar kegiatan dilakukan secara daring. Tidak terkecuali kampus yang sempat saya banggakan, yaitu UNS.
Diawali dengan penetapan status Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kota Surakarta pada tanggal 13 Maret 2020. UNS dengan sigap merespon penetapan status tersebut dengan mengeluarkan surat edaran Nomor: 1480/UN27/HK/2020 pada tanggal 14 Maret. Di surat tersebut dikatakan mulai 16 Maret 2020 kegiatan kuliah dilakukan secara daring.
Hal ini awalnya sangat menggembirakan bagi sebagian mahasiswa. Karena tidak perlu repot repot ke kampus dan yang pasti tidak perlu repot repot mandi pagi. Sungguh kebijakan yang secara tidak langsung mendukung penyelamatan bumi karena bikin mahasiswa UNS tidak perlu lagi buang-buang ari buat mandi.
Tapi kesenangan tersebut hanyalah awal sebuah malapetaka. Kuliah daring ternyata tidak senyaman kuliah di kelas. Perlahan demi perlahan mahasiswa sadar bahwa UKT yang dibayarkan setiap semesternya tidak dirasakan manfaatnya secara penuh. Yang ada, jadi harus nombok karena perlu beli kuota tambahan yang sering jebol gara-gara kuliah online.
Untungnya UNS berbaik hati memberikan memberikan bantuan kuota 10 GB, sehingga kebutuhan kuota mahasiswa untuk kuliah terfasilitasi. Sampai Solo Pos pun memuat berita soal kebijakan UNS terkait hal tersebut di surat kabarnya pada tanggal 5 April 2020.
Eh, ternyata para mahasiswa tetap merasa kurang puas, sampai menaikkan tagar #UNSAprilMop di media sosial karena merasa diprank oleh kampus. Sebenarnya bukan diprank sih, ini salah paham saja. Kampus UNS mungkin salah sebut, yang dimaksud kuota 10 GB itu pulsa 50 ribu—yang setara internet 10 GB kalau pakai provider yang murah meriah itu lhoo.
Dasar mahasiswa UNS ini tidak pernah bersyukur rupanya, mereka masih saja protes padahal kampus sudah sangat berbaik hati bagi-bagi pulsa 50 ribu. Gini ya, meskipun nggak bisa dipakai beli kuota 10 GB di provider yang mihil, uang pulsa 50 ribu itu bisa dgunakan untuk berbagai hal.
Sebagai referensi, akan saya jabarkan uang pulsa 50 ribu dari kampus UNS ini bisa buat apa saja. Mahasiswa baru juga perlu tahu, agar gak kaget ternyata uang 50 ribu bisa sangat berguna.
1. Membayar denda buku perpustakaan
Buku udah jadi hal yang sangat diperlukan dalam kuliah. Entah hanya sekedar menghilangkan penat dengan membaca novel atau cari bahan untuk materi kuliah dengan menggunakan berbagai buku yang relevan dengan kuliahnya masing masing.
Di gedung 8 lantai UNS disediakan berbagai buku untuk menunjang kuliah mahasiswa. Mahasiswa bisa meminjam maksimal 7 buku dengan batas waktu pinjam 1 minggu. Tenang, bisa diperpanjang kok.
Tapi jangan lupa dengan batas waktu, harus diinget. Karena kalau telat ada denda. 5 ribu/buku per harinya. Jadi kalau misal mahasiswa minjem 7 buku, telat balikin satu hari dari batas waktu pinjam, ya denda 35 ribu. Kalau telatnya 2 hari, ya 70 ribu. 3 hari, ya 105 ribu, dan seterusnya. Loh terus nggak nyukup dong 50 ribu buat bayar denda kalau misal telat 2 hari? Ya tombok lah, salah sendiri telat balikin buku!!
2. Buat pratikum/penelitian mata kuliah
Ini sebenarnya cerita teman saya di fakultas pertanian. Dalam kuliah ada field trip katanya, dan pake uang sendiri. Kalau kata temen saya sih dia habis sekitar 50 ribu – 300 ribu tiap kali field trip. Di fakultas yang sama, prodi beda bisa nyampe jutaan. Jadi selain ngeluarin duit buat UKT, kita juga perlu ngeluarin duit buat field trip gitu. Kalau pengalaman saya di fakultas ilmu sosial dan politik, cuma sekali buat penelitian ke luar kota. Dulu sih ke Malang, habis sekitar 100rb-250rb kalau gak salah inget.
Jadi sebenarnya uang pulsa 50 ribu dari kampus UNS ini bisa sangat berguna untuk ditabung kalau misal ada pratikum/penelitian ke luar daerah kampus dan butuh ongkos. 50 ribu ketika dikumpulkan sedikit demi sedikit bisa buat membiayai pratikum/penelitian.
3. Modal danusan
Udah bukan pemandangan yang aneh kalau lihat teman-teman kita di UNS menawarkan berbagai macam gorengan yang dibungkus di kerdus makanan. Isinya macam macam seperti risol mayo, sosis solo, tahu bakso, dll, harganya biasanya sekitar 2 ribu. Kalau saya sih paling suka sosis solo.
Usut demi usut kenapa banyak yang jualan gitu, karena kebutuhan uang sebuah UKM untuk melaksanakan program kerja. Dana dari kampus terkadang kurang atau belum cair, sehingga mau nggak mau ya harus nyari duit sendiri.
Uang pulsa 50 ribu dari kampus UNS ini kalau digunakan dengan baik bisa sangat menguntungkan. Pengalaman saya, 1 gorengan labanya 1 ribu. Harga beli awal 1 ribu dan dijual ke teman 2 ribu. Jadi dengan modal 50 ribu kita bisa untung 50 ribu.
Tapi sebagai individu yang berjualan harus hati-hati juga, kalau tidak professional justru kita rugi. Karena tidak tahan dengan aroma lezatnya danusan yang kita bawa, akhirnya kita beli sendiri. Ngasih tenaga plus ngasih duit juga, walau dapat makanan sih.
4. Bayar kas UKM
Selain kita harus mengeluarkan tenaga kita untuk jualan danusan, kita juga perlu bayar kas. Alasan yang sama, kampus dalam memberikan dana ke UKM sangat tidak mencukupi. Mau nggak mau, agar program kerja UKM bisa berjalan dengan baik, anggota mengeluarkan uangnya untuk menghidupi UKM.
Tapi kita harus bangga. UKM kalau nggak ada dana sangat susah dalam melaksanakan program kerjanya. Maka dari itu, recehan dari setiap anggota sangatlah berharga bagi keberlangsungan hidup UKM.
Tiap UKM punya kebijakannya masing masing dalam kas. Namun kira kira kas yang dibayarkan perbulannya sekitar 10 ribu – 30 ribu. 50 ribu sangatlah cukup untuk membayar kas, kalau Anda anggota UKM yang baik sebaiknya 20 ribu sisanya juga diberikan ke UKM saja.
5. Naik Bus Kampus
Jangan khawatir bagi mahasiswa rantau yang tidak memiliki kendaraan. Kampus menyediakan bus untuk keliling kampus. Cukup mengeluarkan seribu dalam sekali perjalanan. Sangat murah bukan. Uang pulsa 50 ribu dari kampus UNS sangatlah cukup untuk naik bus kampus berkali kali. Bisa sampai hapal mana saja lantai bus yang sudah karatan, mana yang belum.
Namun sayangnya kita harus jalan terlebih dahulu dari kost menuju ke gerbang depan atau gerbang belakang UNS. Dan tidak jarang, harus menunggu bus datang. Nggak lucu apabila waktu yang digunakan untuk menunggu bus lebih lama daripada waktu jalan kaki menuju tempat yang kita tuju dari gerbang depan atau gerbang belakang.
6. Nyicil Almamater
Sebenarnya saya kaget karena mahasiswa baru di tahun ini untuk mendapatkan jaket almamater harus mengeluarkan duit lagi seharga 195 ribu. Padahal jaket almamater bagi sebagian orang adalah suatu kebanggaan dia bisa berkuliah di suatu kampus tertentu. Saya juga sempat bangga dengan almet berwarna hijau telor dan kampus green campus, sebelum tahu watak asli UNS.
Sebagai mahasiswa yang sempat hampir mendapatkan 2 jaket almamater UNS, saya hanya bisa memberikan saran kepada mahasiswa baru yang diharuskan memiliki jaket almamater saat ospek. Dengan uang pulsa 50 ribu dari kampus UNS setidaknya sudah ¼ untuk membeli almet, jadi menabung lah. Atau kalau tidak, minta saja almet almet UNS ke kakak tingkat kalian. Karena sebagian besar mahasiswa termasuk saya menganggap almet tidak ada gunanya.
BACA JUGA Mencoba Tabah Menjadi Mahasiswa UNS yang Berulang Kali “Diblenjani” Bapaknya Sendiri atau tulisan Muhammad Aminullah Thohir lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.