Di tengah permasalahan tukang parkir yang banyak dibahas di Terminal Mojok. Saya rasa perlu mengapresiasi langkah Dinas Perhubungan Surabaya dalam mengelola tukang parkirnya. Para juru parkir mulai menyediakan pembayaran nontunai QRIS.
Tukang parkir di beberapa titik jalan di Surabaya kini dibekali QRIS. Pengendara bisa membayar parkir cukup dengan memindai barcode tersebut. Sebenarnya teknologi ini bukan barang baru di Surabaya. Di berbagai fasilitas umum Surabaya, QRIS sudah banyak digunakan seperti di Suroboyo Bus maupun Feeder Wira-Wiri. Namun, membayar parkir dengan QRIS benar-benar tidak pernah terbayangkan di benak saya sebelumnya.
QRIS memang belum diterapkan di seluruh Tepi Jalan Umum (TJU) Surabaya. Beberapa TJU yang sudah melayani pembayaran QRIS ada di Jalan Tunjungan, Jalan Tanjung Anom, Jalan Genteng Besar, Jalan Embong Malang, dan Jalan Blauran. Namun sejauh ini, pembayaran parkir via QRIS memudahkan pengendara. Mereka tidak perlu menyiapkan uang nominal kecil lagi.
Sayangnya perubahan ini menuai kontra dari berbagai pihak, termasuk tukang parkir sendiri. Sebenarnya wajar saja sih, segala perubahan jelas perlu penyesuaian. Dalam penyesuaian itu pasti ada pro dan kontra mewarnai. Begitu pula dengan membayar tukang parkir menggunakan QRIS.
Padahal, kalau dipikir-pikir, pembayaran QRIS sebenarnya juga memudahkan tukang parkir. Mereka tidak perlu repot-repot menenteng uang tunai ke sana ke mari. Mereka juga tidak perlu menyiapkan kembalian kalau ada pengendara yang membayar dengan uang nominal besar. Intinya pembayaran QRIS memudahkan bagi tukang parkir maupun pemilik kendaraan.
Baca halaman selanjutnya: Meminimalisir tindak …
Meminimalisir tindak kecurangan tukang parkir
Menurut Walikota Surabaya Eri Cahyadi atau Cak Eri, penggunaan pembayaran via QRIS tersedia supaya setoran dari tukang parkir lebih tepat sasaran. Selama ini setoran parkir dinilai kurang maksimal karena banyak oknum-oknum yang suka “bermain” dengan uang parkir. Dengan penggunaan QRIS, setoran parkir menjadi lebih tertata dan tercatat.
Juru parkir yang “bermain” dengan uang parkir memang sudah menjadi rahasia umum. Saya salah satu korbannya. Pernah waktu itu, ketika saya parkir di daerah wisata di Surabaya, parkir motor tertulis Rp2.000 untuk motor. Saya menyerahkan pecahan Rp5.000 karena tidak memiliki uang pecahan kecil. Bukannya diberikan kembalian Rp3.000, saya malah diberikan uang kembalian Rp2.000. Ketika saya bilang bahwa kembaliannya kurang, jukir tersebut bilang kalau sudah tidak ada lagi kembalian.
Hal semacam itu masih sering saya alami. Entah berapa banyak juru parkir yang selama ini sering bertindak demikian dan berapa pengendara yang tidak diberi kembalian yang sesuai. Itu baru satu bentuk kecurangan, entah ada berapa banyak bentuk kecurangan lainnya.
Itu mengapa kehadiran pembayaran QRIS penting. Perubahan memang tidak bisa menyenangkan semua pihak, tapi menurut saya inovasi QRIS untuk membayar tukang parkir adalah hal yang baik. QRIS tidak merepotkan pengendara dan tukang parkir. Setoran ke pengelola pun menjadi lebih jelas. Lantas, apa lagi yang perlu diragukan dari ide ini? Kalau cara ini diterapkan di tiap TJU, parkiran Surabaya jelas bisa bikin iri daerah-daerah lain.
Penulis: Adhitiya Prasta Pratama
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.